Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Layar Tancap

8 April 2016   10:40 Diperbarui: 9 April 2016   16:29 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: wahanariau.com"][/caption]

Dulu itu, setiap aku mendengar orang bicara layar tancap, aku malah sedih. Tapi untunglah, setelah dewasa aku sudah bisa mengikis kepiluan itu. Layar tancap sudah tersingkir dari jagat hiburan rakyat. Dan orang-orang pun kemudian tak lagi bercerita tentang itu.

Kini, aku ingin bercerita kepadamu: kenapa aku dulu bisa dirundung pilu begitu. Aku berharap kau berkenan menyimak. Tetapi jika tidak, ya sudahlah, sudahi saja sampai di sini.    

Tapi aku ingatkan juga padamu, kau nanti bisa penasaran jika tak menyimak ceritaku ini. Jadi, alangkah beruntungnya kau, jika mau memenggal waktu untuk kisahkuku yang satu  ini.

Nah, aku mulai saja sekarang....

Orang tuaku memanggilku Bandol. Aku bertanya kepada ibu sewaktu kecil, ”Kenapa dipanggil begitu?” Ibu menatapku sejenak. Wajah bulat telurnya tampak benar. “Karena kamu bandel.” 

Bandel? Aku belum mengerti apa hubungan antara Bandol dengan bandel.

“Bandol itu hanya plesetan saja. Maksudnya ya sama, yaitu bandel,” lanjut ibu.  

“Oh, jadi karena aku ini bandel, aku lantas dipanggil Bandol.” 

Tapi aku sungguh tak merasa bandel. Aku menganggap diriku biasa saja, seperti anak-anak yang lain. Mungkin karena aku ini anak tunggal sehingga tidak bisa dibandingkan dengan yang lain di dalam rumah? 

Repotnya, kemudian orang-orang kampung sama juga memanggilku begitu. Nama Satria Pratamaku tenggelam. Hanya terdengar sewaktu guru mengabsen di kelas. Selebihnya: Bandol… Bandol… Bandol…! Tapi aku kecil menerima saja tanpa perasaan jengkel atau malu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun