Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Nikmatnya Menyambangi Wisata Konstruksi

5 Januari 2019   16:06 Diperbarui: 6 Januari 2019   17:53 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Kaligintung, Purbalingga.Dokumentasi pribadi

Tak jauh dari tempat tinggal saya, sebuah jembatan berwarna merah kokoh berdiri. Disainnya cukup menawan untuk ukuran infrastruktur penghubung desa, sehingga banyak orang sering berkunjung ke sana. Terlebih setelah jembatan ini rampung penggarapannya. Sebagaimana anak muda di manapun, tempat ini menjadi incaran untuk swafoto mereka.

Di bawah jembatan yang panjangnya hampir 100 meter itu mengalir sungai yang biasa disebut Kaligintung, yang sekaligus sebagai nama tetenger bangunan ini. Lama sudah masyarakat menunggu ada sarana penghubung dua wilayah Desa Tegalpingen (Kecamatan Pengadegan) dengan Desa Pepedan (Kecamatan Karangmoncol) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.  Selama ini mereka menyeberang pakai getek bahkan mancrub berjalan di kali. Saat banjir sangat berisiko, yang kadangkala sambil membawa barang.

Sudah banyak korban meninggal terbawa arus saat hendak menyeberang dari dua wilayah yang terbelah sungai itu. Bahkan sampai tak ditemukan jasadnya. Maka tak mengherankan, jika masyarakat di sana amat menanti terwujudnya infrastruktur ini.

Tapi dalam kenyataan berkata lain. Pembangunan itu tersendat. Kontraktor tidak mampu menyelesaikan pada tenggat waktu yang ditentukan. Jadilah proyek ini mangkrak beberapa lama. Kemudian berganti kontraktor lain.

Material konstruksi jembatan tergeletak di tepi sungai. Saat proyek terhenti. Dokumentasi pribadi
Material konstruksi jembatan tergeletak di tepi sungai. Saat proyek terhenti. Dokumentasi pribadi
Melihat pembanguan infrastruktur sangat menyenangkan. Bagi saya ini tak beda dengan wisata pada umumnya. Intinya adalah keluar rumah dan menemukan hal yang membuat diri ini hepi. Di manapun tempatnya, kata budayawan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun, kita bisa rekreasi.  Tak usah jauh-jauh dan mahal.

Kita sudah kerap mendengar istilah wisata sejarah, wisata boga, wisata alam dan wisata religi. Semua terkait dengan destinasinya. Maka saya menyebut wisata yang saya lakukan dengan sebutan wisata konstruksi. Agak janggal kedengarannya. Nanti lama-lama biasa.

Kita memang tidak boleh mendekati lokasi proyek pada radius tertentu. Semua tentu untuk keselamatan bersama. Tetapi kita bisa melihat dari jarak yang memungkinkan. Yang tidak ada larangan kita berada di sana saat proyek berlangsung.

Apa yang menyenangkan berada di lokasi proyek?

Menyenangkan karena berharap kapan bisa menikmati hasilnya dan bagaimana wujud akhirnya. Jadi selama proses itu, saya ingin melihat progres dari waktu ke waktu. Sesuatu yang sebenarnya bukan "kewenangan" saya. Tapi saya punya kenakalan untuk tahu hal itu. 

Ya, sekadar tahu. Sebagai orang yang "kepo" terhadap pelaksanaan proyek yang berasal dari uang rakyat. Juga, kalau ada orang yang bertanya-tanya, saya bisa menjawab. Maka entah sudah berapa kali saya bolak balik ke sana. Ke proyek itu.

Konstruksi adalah proses panjang dari riset lokasi, desain, penghitungan material dan spesifikasinya, penghitungan anggaran dan manajemen pelaksanaan. Dan imajinasi saya bisa berkembang dengan melihat proyek. Inilah keberuntungan saya yang tidak belajar teknik sipil. Tetapi tertarik untuk sekadar tahu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun