Siang yang terik. Sedang matahari belum sampai tegak lurus di atas ubun-ubun. Saya memasuki pintu masuk Pelabuhan Perikanan Tegalsari, Kota Tegal. Lokasinya di tepi jalur Pantura.Â
Kendaraan besar angkutan umum biasanya lewat jalur ini. Dan bau khas laut langsung menusuk hidung. Memusingkan bagi yang jarang berkunjung ke tempat seperti ini.
Kesan pertama adalah kotor. Dan agaknya pelabuhan perikanan ataupun pantai nelayan demikian adanya di Indonesia. Makin ke dalam kawasan, beberapa motor hilir mudik membawa keranjang plastik kuning. Kebanyakan motor bodong, yang tak berplat nomor itu. Ada yang berbodi agak bagus. Sebagian besar buruk rupa. Tapi tetap fungsional.Â
Di belakang kendaraan itu ada gerobak roda dua. Yang pegangannya terikat pada sadel motor. Mereka mengambil dari tempat pengolahan ikan. Baik yang skala besar maupun industri rumah tangga (IRT). Dibawa ke gedung pelelangan. Pagi-pagi sekali sekitar pukul enam,para penarik gerobak mengantarkan ikan dalam keranjang itu. Mereka mendapat order di pelelangan, lantas mengirimkannya ke tempat yang dituju di kawasan itu.
Banyak orang di halaman depan gedung. Para calon pembeli. Para penawar di sesi lelang. Para kuli lakukan bongkar muat. Ada beberapa perempuan bersepatu boot membuat catatan. Kemudian menyerahkan kertas itu pada para pengemudi motor bergerobak. Jumlahnya puluhan. Mereka yang mengantar ikan hasil lelang.
Perbekalan yang sewaktu-waktu habis. Belum lagi cuaca yang bisa buruk sewaktu-waktu. Tapi begitulah nelayan. Hidup di atas ombak. Ini pilihan atau keterpaksaan ekonomi, nyatanya mereka masih melakoni.
Di sekitar pelabuhan ini terdapat banyak usaha pengolahan ikan. Saya memasuki salah satunya. Â Masih skala Industri Rumah Tangga (IRT). Saya merasakan bau yang menyengat. Amat menusuk hidung. Amis.Â
Perempuan pekerja wanita duduk menghadap meja besar. Tangannya terampil memotong kepala ikan. Membelah perut, mengeluarkan "jeroan" dan menaruhnya pada tempat tertentu. Daging ikan punya tempat sendiri. Mereka beradu banyak dan cepat. Â Uang yang mereka dapat berdasar berapa kilogram ia menyelesaikan tugasnya.Â
Tapi, saya pun melihat beberapa orang bermotor. Pada sisi sadel terdapat wadah seperti tong plastik. Usut cerita, mereka membeli potongan kepala dan jeroan atau bagian ikan yang tak terpilih. Untuk apa? Mereka memanfaatkan itu untuk campuran pakan itik. Karena, protein ikan yang tinggi akan menghasilkan itik-itik yang berkualitas. Â