SEBENARNYA saya lebih senang menulis di Kompasian pada rubrik Fiksiana, baik menulis cerpen ataupun kolom cermin. Sesekali menulis humor di rubrik hiburan. Belum terpikirkan untuk menulis yang berat-berat sekelas artikel politik. Walaupun saya pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Tapi itu lebih dari lima belas tahun yang lalu dan jarang sekali membaca buku-buku politik kembali. Jadi rasanya malu untuk menulis artikel politik. Pasti isinya kering kerontang. Jika dipaksakan biasanya malah mengutip yang sudah ada di media massa.
Tapi saya mencoba menelisik tulisan yang menjadi Trending Topic di Kompasiana. Hampir sembilan puluh persen lebih adalah artikel/ opini berkonten politik. Menarik untuk saya pikir, kenapa rubrik fiksiana belum mampu menembus Trending Topic. Jawabannya sederhana, karena orang-orang Indonesia “sarapan paginya politik, makan siangnya politik dan menu malamnya pun politik”. Wajar kemudian, opini politik lebih dulu menjadi santapan bacaan. Sedangkan rubrik Fiksiana hanya dikunjungi oleh kompasainer yang memang menyenangi dunia sastra. Tidaklah perlu kaget, jumlah pembacanya masih terbatas.
“TAK KENAL JOKOWI TAK MENGAPA”. Saya sengaja membuat judul dengan menyisipkan nama “JOKOWI”. Mengapa? Setelah saya amati, opini yang menjadi Trending Topic Kompasiana sering terkait dengan Presiden RI sekarang. Sehingga tesis saya adalah jika ingin menembus Trending Topic maka tuliskan “Jokowi” pada judul opini. Jadi sebenarnya, alasan saya membuat tulisan ini hanya sekedar mengetes tesis saya tadi. Dan saya punya rasa geregetan yang “saya buat-buat”, kapan tulisan saya bisa masuk trending topik. Sesungguhnya saya tidak memikirkan isinya apa, tapi saya fokus pada judul yang harus saya buat. Intinya, yang penting ada “Jokowi”-nya.
Tak kenal Jokowi? Ya saya memang tak kenal. Saya hanya tahu. Tahu dari Televisi maupun koran. Istilah yang cocok adalah “Katanya”. Orang Jawa bilang “Jere”. Jere Koran, Jere tivi. Baik dan buruk tergantung apa yang disampaikan media itu. Sehingga bagi saya tak kenal Jokowi ya tak mengapa. Mereka yang mengaku kenal pun sesungguhnya bias. Biasanya simpatisan partai pendukung, tim sukses kampanye pilpres, atau juga orang-orang yang bangga “diwongcilikan”. Mereka sepertinya mengenal betul Jokowi. Tapi pada galibnya itu katanya, jere tivi lan koran.
Bukan Cuma itu. Mereka yang membenci dan suka memaki-maki Jokowi pun merasa kenal betul dengan mantan Gubernur DKI itu. Pokoknya semua keburukannya sudah dia daftar dalam catatan harian. Sehingga saat bicara tentang Jokowi, tinggal buka dan bagi. Tapi tetap saja itu katanya! Jadi, sesungguhnya yang mengenal Jokowi adalah Jokowi sendiri dan Tuhan.
Demikian yang bisa saya sampaikan lewat tulisan saya ini. Terima kasih banyak Anda telah menyempatkan untuk membaca, walau tidak ada isi yang berarti. Tapi setidaknya, saya memilki keberanian yang luar biasa untuk memasukkan tulisan ini di rubrik Politik. Mohon doanya, agar deretan kalimat yang saya tulis ini bisa menembus Trending Topic.
Salam Gigit Jari alias Koloh Jenthik
Purbalingga, 2 Desember 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H