Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

"Orang Pintar" Bikin Lumpuh Logika

3 Januari 2015   02:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:56 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasus #1.

Bagi Anda perempuan yang sudah berumur tetapi belum mendapatkan jodoh, pengalaman ini perlu diperhatikan.

Banyak perempuan yang karena terjempit faktor usia dan merasa tidak nyaman dengan kesendiriannya, sering membuat langkah pintas dengan mendatangi dukun atau orang pintar.   Ingin mendapat  cara bagaimana segera bertemu dengan jodohnya.  Dari berbagai cerita yang sering saya dengar, nasihat yang diperoleh sederhana saja.

“Saya melihat kamu punya banyak salah ke ibu.  Kamu mesti segera minta maaf.  Nanti kalau sudah dimaafkan, jodohmu segera datang.”

Mikir sebentar.  Di dunia ini mana ada anak yang tidak punya salah ke ibunya!

Tapi karena kadung menganggap dia orang pintar, nasihat itu langsung dipercaya, dipraktekkan. Kesannya orang itu bisa membaca orang yang mendatanginya.  Padahal kalau mau sejenak merenung, nasihat itu sesuatu yang normatif saja.

Jadi kenapa repot-repot mendatangi orang pintar.  Datangi saja Tuhan dan itu gratis!

Kasus #2.

Selepas waktu Isya, dua orang berboncengan bertamu ke seorang tukang emas.   Ia membawa sesuatu yang dibungkus kain putih.

“Saya mau minta tolong ke bapak untuk mengkir barang ini.  Emas apa bukan?”

Satu di antar tamu menyodorkan kain putih itu ke tuan rumah.  Kemudian dibukalah bungkusan itu.

“Lho mas, ini kan “carang”!

Sumber: nur-makrifatullah.blogspot.com

Carang dalam istilah masyarakat Jawa adalah ranting pohon bambu.  Jika sudah kering menjadi berwarna kuning.  Dan di dalam bungkusan itu, berukuran panjang 5 cm.

“Iya, tapi saya di suruh “si mbah” mendatangi tukang emas.  Biar dicek”

“Menurut sampean, ini apa?

“Itu carang Pak? Jawab tamunya.

“Ya sudah, kalau sudah tahu carang kenapa di bawa ke sini?”

“Begini Pak.  Saya Cuma ingin dengar dari Bapak, kalau barang itu “emas”.

“Tapi kan ini bukan emas!” sanggah si Tukang emas.

“Ya nggak apa-apa Pak.  Yang penting Bapak bilang saja ke saya, kalau barang itu “emas”!

Akhirnya kedua tamu itu pulang dengan tidak mendapat jawaban bahwa barang yang di bungkus kain mori itu “sebatang emas”.

Lha wong bukan emas!  Ngeyel..............!

Kasus #3.

Pak Par berasal di lingkungan keluarga terdidik.  Dua orang adiknya berprofesi sebagai dokter spesialis lulusan Perguruan Negeri terkenal.   Tapi keluhan penyakitnya belum juga teratasi.  Berbagai pengobatan alternatif ia jalani.  Kali ini ia mendatangi orang pintar di Banjarnegara, yang bisa memindahkan penyakitnya ke hewan.

“Nuwunsewu, apakah Bapak berkenan kalau dimintai biaya lima ratus?

“Maksudnya lima ratus apa?” Pak Par bertanya balik.

“Ya, lima ratus ribu Pak”

“Begini.  Saya kan rumahnya di Purwokerto.  Untuk pulang pergi saya butuh uang transport.  Kalau lima ratus ribu, saya tidak bersedia”

“Kalau begitu bisanya berapa?” tanya si orang pintar di ruang konsultasinya.

“Paling-paling tiga ratus ribu!”

“Oh ya ya.  Tiga ratus ribu juga boleh”.

Begitu keluar dari ruangan itu, istrinya yang turut mengantar langsung mengomel sepanjang jalan.

“Mbok ya di tawar yang benar!  Dua puluh lima ribu atau lima puluh ribu saja.  Jangan tiga ratus ribu.  Gampang amat buang duit!”.

Sepanjang naik angkutan hingga sampai rumah, istri Pak Par cemberut.  Tapi sebagai lelaki ia tidak terlalu njelimet berhitung.  Yang penting sembuh.  Walau kenyataannya tidak sembuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun