Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[100 Puisi] Sajak Lincak Pasar

19 Februari 2016   10:33 Diperbarui: 19 Februari 2016   11:08 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ceritabiasa05.blogspot.com"][/caption]tidak butuh dagangan menggunung
sedang lincak itu ambruk sendiri
tidak juga panas dan hujan yang membuatnya lekang dan lapuk
hingga ia berubah menjadi pembuat bara dalam tungku

lincak-lincak tersingkir perlahan pasti
merindui bau keringat,
pantat-pantat perempuan pengabdi pasar
merindui pula,
lalat-lalat yang kerap hinggap tak kenal permisi

pasar sepi seperti museum
minimarket telah mengambil hati
ramai orang-orang pasang gengsi di sana,
berdiri berjajar
menanti senyum gadis-gadis belia berseragam

lincak-lincak pudar tenggelam tak fungsi
empat kakinya tak kuasa tahan berdiri lagi
motor roda tiga menerjang
mengantinya,
menjadi lincak besi bergerak dari kampung ke kampung

Lelaki pengemudi membaca pesanan:
satu kilo kentang
seperempat cabe merah
sayur buncis ada?
Semua sampai tujuan; siap antar
tot…tot…tot: pembeli datang menjemput pesanan

ditelusuri pula lewat jalan kecil
merambah gang-gang sempit bercor beton
sepeda ontel memanggul serombongan kebutuhan dapur
dan perempuan bercaping lantas kencang bersuara:
sayur………….sayur………sayur bu………….sayur

 

 

*) Dalam rangka 100 Puisi Orang-orang kecil

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun