Mohon tunggu...
S. Haryo Suwahyo
S. Haryo Suwahyo Mohon Tunggu... -

Pekerja publik dengan 3 orang anak, pernah bersekolah di Okla State University, Stillwater, USA

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

‘Blusukan Politik’ ala Jokowi

16 Oktober 2014   18:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:46 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendekati hari-hari pelantikannya, Presiden terpilih Joko Widodo melakukan kegiatan strategis dalam bentuk ‘blusukan politik’ ke sejumlah pengurus Partai politik.Blusukan politik ini terasa sangat istimewa bukan hanya berbeda dengan kegiatan blusukan biasa namun juga mengingat situasi politik yang berkembang saat ini dikaitkan dengan urgensi efektifitas kepemimpinan Jokowi lima tahun mendatang.

Salah satu yang dianggap fenomenal dari seorang Jokowi selama ini adalah gaya blusukannya, baik selagi menjadi walikota Solo maupun ketika menjabat sebagai gubernur DKI. Jokowi tidak segan-segan turun gunung bahkan turun kampung untuk melihat dari dekat permasalahan yang dihadapi dilapangan. Kisah fenomenal salah satu diantaranya adalah ketika Jokowi blusukan masuk ke gorong-gorong untuk mengecek seberapa besar saluran yang ada tersebut. Tanpa mengecilkan arti blusukan yang dilaksanakan oleh Jokowi, sebenarnya kegiatan blusukan serupa yang bersifat konvensional juga pernah dilakukan baik oleh Presiden Suharto (misalnya dengan klompencapirnya), maupun Gus Dur (blusukan ke luar negeri), bahkan juga SBY (yang selalu dianggap pencitraan?). lihat: http://politik.news. viva.co.id/ news/ read/431393-demokrat--sebelum-jokowi--sby-sudah-lakukan-blusukan, http: /nasional.inilah.com /read/detail/2017786/mencermati-blusukan-presiden-sby-jokowi#.VD84qRbStKJjuga http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/05/30/1355295 /Mengapa.Manajemen.Blusukan.Menjadi.Populer.tetapi.Disambut.Sinis.

Tentunya tak dapat dipungkiri terdapat perbedaan antara pemimpin yang satu dengan pemimpin yang lainnya dalam melakukan blusukan tersebut, seperti misalnya pada peristilahan (turba, sidak, blusukan dll), style, frequensi maupun sifat peliputan dari media (masif atau biasa saja) dan itu sah-sah saja dan anggap saja hal yang biasa.

Blusukan kali ini yang dilakukan oleh Jokowi terasa sangat spesial karena penuh dengan muatan politik, oleh sebab itulah mengapa blusukan kali ini boleh disebut dengan ‘blusukan politik’. Blusukan politik yang oleh beberapa pihak juga menyebutnya silaturahmi politik, safari politik, dll menjadi sangat penting artinya saat ini ditengah suasana politik yang terkesan terjadi polarisasi yang cukup tajam yang menimbulkan berbagai dugaan yang bersifat spekulatif yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Kebekuan dan kebuntuan politik yang terjadi saat ini oleh para pengamat sering dianggap karena kurangnya kemampuan komunikasi politik dan menjadi penyebab terjadinya kondisi politik seperti ini. Blusukan politik dalam rangka menjalin komunikasi politik ini menjadi syarat makna mengingat wujud silahturahmi politik sangat penting dalam rangka membangun kesatuan dan keutuhan bangsa dalam rangka melumerkan kebekuan jalinan komunikasi politik yang selama ini ada, serta membuka sekat sekat yang membatasi karena adanya kekakuan komunikasi. Ketua umum partai adalah simbol dari pengambil keputusan tertinggi partai yang posisinya tidak bisa diabaikan begitu saja karena menentukan pengambilan keputusan politik strategis dalam kehidupan berbangsa dan negara. Partai politik secara posisional bisa sajaberbeda, baik dalam wilayahyang bersama-sama dengan pemerintah maupun yang berposisi sebagai penyeimbang, namun baik di posisi yang berbeda maupun di posisi yang sama dengan pemegang pemerintahan semestinya berpikir dan bertindak sama-sama untuk kepentingan bangsa, bukan menganggap yang satu kawan dan yang lainnya bukan kawan. Silaturahmi politik ini sangat penting agar baik partai diposisi yang sama maupun yang tidak sama/penyeimbang dapat sama-sama mendukung kebijakan-kebijakan politik yang penting untuk kesejahteraaan masyarakat yang akan diambil dalam masa pemerintahannya, dan menghilangkan stigma yang oleh beberapa kalangan dicoba untuk di“stempel”kan pada pihak yang tidak sama pandangan politiknya. Dan inilah saatnya, sebelum pelantikan untuk menjadi orang pertama di negeri ini, seorang Jokowi,- yang sayangnya tanpa didampingi oleh partai pendukungnya, melakukan lompatan besar dan strategis melakukan blusukan politik, untuk bukan saja mendapatkan simpati publik namun juga mendapatkan dukungan dari partai politik yang ada atas kebijakan strategis yang akan diambil nantinya, bukan sesudah keputusan politik diambil baru ada pertemuan, atau komunikasi politik dll.. Terlambat itu namanya. Adakah ini sebuah sindiran/tamparan halus buat petinggi partai politik yang selama ini tampaknya sulit sekali mengadakan komunikasi politik?

Sayangnya blusukan politik ini tidak didampingi oleh wakil dari partai pendukungnya, terutama partai pendukung utamanya, sehingga terkesan Jokowi jalan sendiri. Mestinya sikap politik Jokowi yang elegan dan sangat mencerminkan sifat kenegarawanan ini dilakukan juga oleh petinggi-petinggi partai politik yang lain, dengan sedikit membuang dan mengurangi egoisitas maupun rasa harga diri yang terlalu tinggi, demi untuk kepentingan rakyat, bangsa dan negara.

Semoga ini menjadi pembelajaran politik yang sangat berharga buat kita semua....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun