Mohon tunggu...
sapto suhardiyo
sapto suhardiyo Mohon Tunggu... Penulis - Laki-laki

Seorang yang biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kerajinan Gerabah yang Mulai Punah

20 Juli 2020   14:56 Diperbarui: 20 Juli 2020   15:07 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dusun Sambirata yang masih termasuk di wilayah Desa Wanogara Kulon, Kecamatan Kertanegara merupakan desa penghasil gerabah di Kabupaten Purbalingga sejak 40 puluh tahunan yang lalu.

Ketrampilan warga desa membuat gerabah seperti cobek, kendi, kendil (wadah ari-ari) wajan, sangan dan peralatan dapur lainnya yang terbuat dari tanah merupakan warisan nenek moyang-nya yang diwariskan secara turun temurun.

Kerajinan gerabah tanah liat mengalami booming sekitar tahun 90-an, yang mana belum banyak pemakain bahan baku plastik untuk peralatan rumah tangga. Sekarang di tahun 2020 kerajinan gerabah mengalami penurunan seiring beralihnya masyarakat dalam menggunakan alat dapur berbahan plastik yang lebih awet, ringan dan cukup terjangkau harganya.

Penurunan permintaan pasar terkait dengan gerabah membuat sebagian pengrajin menghentikan produksinya, sebagian beralih profesi menjadi buruh bangunan atau karyawan pabrik di kota-kota besar seperti di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Selain itu juga anak-anak muda juga tidak mau meneruskan usaha dari orang tuanya, dikarenakan penghasilannya tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari "pas-pasan".

Dari data yang ada dari kurang lebih 40-an pengrajin sekarang tinggal separohnya yakni 20 pengrajin dan 20 pengrajin itu sekarang dalam kondisi berumur sudah lanjut "lansia". Sehingga jumlah produksinya pun menurun drastis. Sehari satu orang pengrajin hanya mampu memproduksi tutup kendil dengan ukuran kecil hanya sekitar 100 buah, sedangkan untuk kendilnya sekitar 50an buah.

Bersyukur tanah yang dipakai sebagai bahan baku tidak modal, hanya untuk membayarpajak PBB saja yang kisaran tidak samapai 100 ribu. Hal ini dikarenakan tanah yang diambil merupakan tanah galian, biasanya guna meratakan tanah yang elevasinya tinggi. Hanya bermodalkan tenaga untuk mengangkut tanah sebagai baha baku gerabah.

Untuk membuat satu buah gerabah memakan waktu 5-7 hari, satu hari untuk membentuk tanah liat menjadi gerabah, kemudian di jemur, setelah agak kering gerabah didiamkan di tempat teduh, kemudian esok harinya di jemur lagi sekitar 3-4 jam kemdudian didiamkan lagi. Hal tersebut dilakukan berulang selama 3-4 hari. Gerabah yang masih mentah tidak boleh terlalu kering sekaligus diterik matahari karena bisa pecah saat pembakaran.

Setelah dilakukan penjemuran, gerabah dibakar selama 1 jam, sebelumnya disusun sedekimian rupa agar gerabah matang secara sempurna. Sekali pembakaran memuat 500-1000 buah berabah. Yang menarik disini adalah untuk melakukan pembakaran dibutuhkan banyak orang 5-10 orang, yang mana saat pembakaran dilakukan secara gotong royong, saling bantu sama lain.

Untuk pemasaran disekitar Kabupaten Purbalingga, Purwokerto, Pemalang dan Banjarnegara. Rumah sakit, puskesmas dan bidan menjadi konsumen tetap yakni dibutuhkan kendil untuk wadah ari-ari setelah melahirkan.

Dusun Sambirata juga kerap untuk kunjungan wisata edukasi sekolah-sekolah sekitar wilayah Rembang dan Karangmoncol. Biasanya anak didik diajak untuk melihat proses pembuatannya, penjemuran, serta pembakarannya.

Setelah kunjungan biasanya anak-anak membeli gerabah untuk bahan mainan seperti masak-masakan.  Info selengkapnya bisa di klik tautan disamping  https://www.youtube.com/watch?v=ehIHUP2AVmg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun