Topik mengenai generasi milenial atau juga bisa disebut generasi Y sangat hangat diperbincangkan dewasa ini, mulai dari segi sosial, teknologi sampai budaya. Generasi X, Y, Z, atau baby boomers adalah istila yang digunakan untuk menggambarkan pengelompokan manusia berdasarkan generasi atau tahun kelahiran. Para Ahli dan Peneliti biasanya mengelompokan generasi milenial adalah mereka yang lahir pada awal tahun 80-an sampai akhir 90-an.
 Kehidupan generasi milenial erat kaitannya dengan perkembangan teknologi yang pesat dan serba cepat terutama dalam penyebaran informasi. Gadget dan internet sudah menjadi sebutan sehari-hari.
Masing-masing generasi memiliki karakteristik tersendiri, yang dipengaruhi oleh konteks lingkungan yang dihadapi di masa hidupnya. Stereotipe yang muncul tentang setiap generasi pun berbeda dan bermacam-macam, salah satunya adalah bahwa generasi milenial adalah generasi yang malas.
Stereotipe yang disebarkan oleh pembicara terkemuka dan telah diterima oleh massa adalah salah satu faktor penguatnya tentang citra generasi ini. Salah satu pembicara yang memiliki imbas cukup besar adalah Simon Sinek, penilis buku Start With Why, baru-baru ini melakukan wawancara dan mengemukakan pandangannya;
"Generasi milenial tidak dapat diatur di dalam dunia kerja (perusahaan) karena meraka tidak sabaran, malas akibat dari pengasuhan yang buruk, kecanduan ponsel dan depresi Facebook. Namun, itu bukan kesalahan Milenial, mereka di didik dengan buruk"
Pandangan umum Masyarakat terhadap generasi milenial yang terkesan mereka adalah kelompok pemalas tidak berarti dapat dijadikan acuan bahwa mereka benar begitu adanya. Hanya karena berusaha mencari cara termuda dan tercepat untuk melakukan sesuatu yang bukan malas, mereka mencoba menyelesaikan tugas dengan lebih efisien.
Generasi milenial memiliki hak istimewa untuk hidup di dunia, dimana formasi tentang apa pun secara harafiah ada di ujung jari. Tetapi hanya karena teknologi mempermudah pencarian informasi, bukan berarti mereka tidak mau bekkerja keras, untuk apa bekerja keras jika bekerja dengan mudah pun hasilnya sama?
Perlu dipahami perkembangan teknologi memang diperuntukan mempermudah aktifitas manusia, bukan membuat manusia malas karenannya. streotipe yang diberikan kepada generasi milenial terkesan menghakimi tanpa benar-benar memandang nilai positif dari inovasi yang telah dihasilkan , misalnya gojek, grab, tokopedia, bukalapak dan masih banyak lagi yang biasa dinikmati oleh banyak kalangan dari berbagai generasi.
Sebelum ada inovasi-inovasi ini, untuk membeli barang saja kita semua harus bepergian dan dihadapkan pada antrian yang cukup menyita waktu, di sisi trasportasi sebelumnya masyarakat harus menunggu angkutan dan masih harus berjalan kaki menuju tempat yang tidak berada di rute angkutan, namun saat ini kita dapat berbelanja, memanggil grab atau ojek hanya dengan sentuhan jari dari rumah sehingga kita memiliki sisa waktu lebih banyak untuk melakukanaktifitas lain yang lebih produktif dibanding sekedar menunggu antrian atau angkutan.
Terkait penilaian Masyarakat terhadap generasi milenial tidak dapat dipersalahkan pula, mungkin mereka hanya dari sisi Negatif bagaimana milenial menghabiskan waktu bejam-jam melihat media sosial, bermain game seharian dan hal lain yang tidak produktif lah yang membangun streotipe ini, namun generalisasi juga tidak dapat dibenarkan jika hasilnya adalah menghakimi satu kelompok.
Pikiran yang terbuka disertai penggunaan teknologi dan informasi dengan lebih bijak adalah kunci untuk membuktikan bahwa generasi milenial bukanlah generasi yang malas, mereka adalah generasi yang cepat, efektif dan produktif.