Pengamatan saya, selama keluar masuk toko khususnya dipasar traditional sebagai kuli juru tagih, selalu dan sering menjumpai teman-teman para tuan toko jawa "ah yo wes 100e gak usah, dipasne 10.000 ae" BAYARNYA YANG Rp100 TIDAK USAH, DIPASKAN Rp10.000 saja! pemandangan seperti ini mungkin para kompasianer juga sering tahu bahkan mungkin mengalami sendiri ketika bertransaksi di pasar-pasar traditional, mungkin juga pasar modern.
Oh...
Kalau anda memasuki di toko orang china, anda membayar kurang Rp100, maka anda dikejar untuk membayarnya! So bussines is bussines, Dulur is Dulur, Tapi Kalo urusan uang Gak ada Dulur..he..he..
(TAPI SAYA PRIBADI LEBIH SEPENDAPAT DENGAN YANG INI)
Rp 100 adalah kecil, namun menurut Robet t Kiyosaki kalo kita mau menyisihkan uang Rp100 tiap hari selama sekianpuluh tahun maka akan menjadi angka yang mencengangkan. Rpxxx.xxx.xxx
uang Rp100 kecil tapi kalau mindset kita salah menilai akan uang rp100 tersebut, kita akan digerogoti kekayaan kita dari Rp100 tersebut sedikit demi sedikit secara jangka panjang. Sedikit namun pasti "ADALAH MUBADZIR" ...........menggunakan sesuatu dengan sia-sia. Sesungguhnya Mubadzir itu adalah bersaudara dengan Syaithon...ha..ha..kok tambah dalem???
So menurut saya:
Kalo kita sebagai orang yang punya kewajiban bayar Rp 100nya, alangkah eloknya kalo kewajiban itu kita tunaikan. Tapi kalo kita yang kelebihan Rp100nya, seyogyanya memberikan kembalianya, atau kalau tidak, ya minta ridhonya.Cos Keridhoan inilah yang menjadikan kehalalanya.
JADI SENANG DI SINI DAN SENANG DI SITU, bukan SENENG DI SINI SENEB (Mules) DISITU
KALO MEMANG ANDA TIDAK BUTUH UANG Rp1oo tersebut, silahkan sumbangkan ke yayasan Sosial atau panitia pembangunan masjid dekat rumah anda, Pasti akan lebih Sangat bermanfaat. he..he..tapi kok ya kebangeten sieh.......MASAK CUMAN Rp.100???? Temanya uang Rp100 mana???
Bagaimana dengan anda dengan uang Rp100__?