Di era digital seperti sekarang sosial media tidak dapat dipisahkan oleh kehidupan kita sehari-hari dengan melalui ponsel kita dapat mengetahui informasi dengan bebas yang beredar di segala penjuru dunia dengan mudah. Dengan kemudahan akses untuk mencari tahu berita terkini dengan sangat mudah. Karena itu dengan banyak informasi yang beredar kita harus pintar mengetahui dan menganalisis berita dengan teliti agar tidak terkena hoaks/ berita yang tidak benar. Maka dari itu kita harus menguasai literasi digital agar terhindar oleh semua itu.Â
Kata "literasi", yang dulunya hanya mengarah ke arah kemampuan membaca dan menulis, sekarang sudah berkembang dengan teknologi media dan munculnya era digital. Menurut W. James Potter, beberapa pakar sudah berkembang dan memperluas definisi literasi, sehingga tidak hanya mencakup literasi membaca, tetapi juga meliputi literasi visual (seperti yang terdapat dalam televisi dan film) serta literasi komputer. Ketiga istilah ini tidak saling menggantikan, melainkan masing-masing merupakan konsep yang berdiri sendiri. Disisi lain, menggabungkan ketiga kemampuan ini dapat menghasilkan pemahaman yang lebih luas dan lebih umum. Literasi digital adalah kemampuan seseorang dalam mengakses, menilai, memahami, dan memanfaatkan informasi yang tersedia di dunia digital dengan bijak. Ini bukan hanya tentang kemampuan menggunakan perangkat atau aplikasi namu juga mencakup keterampilan berpikir kritis dalam memahami konten yang dikonsumsi.
Konsep literasi digital menurut UNESCO yakni sebagai upaya untuk memahami perangkat teknologi komunikasi dan informasi. Pun literasi digital itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu literasi teknologi yang lebih menekankan pada pemahaman teknologi digital dalam penggunaan kemampuan teknis serta literasi informasi yang menekankan pada aspek pengetahuan. Nah, secara luas, literasi digital banyak dianggap sebagai kebijaksanaan dalam menggunakan internet dan media. Literasi digital merupakan gerakan melek teknologi yang dibuat untuk memberikan panduan untuk penggunaan media digital individu, tidak terkecuali generasi milenial yang memang jago dalam menggunakan teknologiÂ
Kemampuan literasi digital penting untuk digital penting untuk dimiliki oleh setiap individu. Akan tetapi, nyatanya di Indonesia kemampuan literasi masih sangat rendah apalagi pada generasi milenial seperti sekarang mereka jarang melek akan isu fakta yang mereka baca di media sosial. Marilah kita memiliki kondisi kemampuan literasi masyarakat Indonesia yang masih memprihatinkan tidak heran apabila masyarakat Indonesia  yang sangat memprihatinkan ini. Karena itu kita harus berpikir secara kritis , sehingga mudah terpapar berbagai hoaks. Hal ini didasarkan pada survey yang dilakukan  oleh Katadata Insight Center (KIC) yang bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika serta SiBerkreasi pada tahun 2020 yang menemukan bahwa 30% sampai 60% masyarakat Indonesia terpapar hoaks.
 Berikut ini merupakan alasan mengapa Indonesia sangat penting memiliki literasi digital dalam membaca informasi di media sosial:Â
Membantu Menyaring Informasi yang ValidÂ
Dengan literasi digital yang baik, kita mampu menyaring informasi mana yang benar dan informasi yang salah. Kita belajar untuk tidak langsung percaya pada semua yang kita baca dan mulai memverifikasi informasi dengan mencari informasi yang lebih kredibel. Literasi digital mengajarkan kita untuk tidak hanya terpaku pada judul yang sensasional atau informasi yang belum terverifikasi
Menghindari Penyebaran Hoaks
Informasi palsu atau hoaks biasanya dibuat agar terlihat menarik atau bahkan menghebohkan. Dengan kemampuan literasi digital, kita akan lebih peka terhadap tanda-tanda informasi yang menyesatkan. Selain menghindari jebakan hoaks, kita juga menjadi lebih bijak dalam berbagai informasi. Kita tidak langsung menekan tombol "bagikan" tanpa memeriksa keakuratan informasi tersebut terlebih dahulu
Mengasah Kemampuan Berpikir KritisÂ
Literasi digital menuntut kita untuk berpikir kritis dan tidak sekedar menelan mentah-mentah informasi. Kita belajar untuk mempertanyakan: Apakah ini sumber yang terpercaya? Apa tujuan dari informasi ini? Apakah ada agenda tertentu di baliknya? Dengan berpikir kritis, kita menjadi lebih paham dan dapat menilai apakah informasi tersebut layak dipercaya atau tidak