Oh Pemimpin Negeri ini. Tidakkah engkau dengar isak tangis rakyatmu dalam kesedihan minta tolong. Tidakkah engau bersumpah atas nama Tuhan akan memegang amanah untuk menolong... Darag Tuni
Puisi indah ini dilantunkan ditengah aksi persatuan petani jambi (PPJ) pada saat aksi menginap digedung DPRD jambi pada bulan mei 2011 ketika mereka meminta kepada pt WKS untuk mengembalikan lahan mereka, yang telah masuk konsesi PT WKS.
Konflik antara PT WKS dan( PPJ) persatuan petani Jambi kembali menelan korban seorang bocah berusia delapan tahun  bernama Wella, pada dini hari selasa (7/6/2011).
Perlawanan yang tiada henti dan lelah dari persatuan petani jambi, membuat PT WKS mengunakan segala cara, dari mengunakan aparat TNI dan Polri  bahkan sampai mengunakan preman untuk terus mengintimidasi warga agar takut.
Para preman bertopeng yang diduga suruhan PT WKS, setiap malam berkeliling mendatangi warga yang meminta tanahnya. Pada malam selasa dini hari Ijal bapak dari Wella warga distri SP-8 didatangi oleh para preman bertopeng  dengan mengedot pintu dengan keras, pada saat dibukakan pintu langsung saja para preman membentak-bentak Ijal disertai dengan ancaman pembunuhan .
Wella bangun dari tidurnya, dia shock melihat senjata tajam yang dihunus didepan Bapaknya yang disertai makian dan bentakan agar tidak merebut tanah yang sudah dikuasai PT WKS.
Tak lama berselang Wella terkulai lemas dan akhirnya meninggal. Gaya PT WKS ini terus terjadi dan terus menghantui para petani yang menuntuk tanah mereka.
Sejak tahun 2000 sejak PT WKS mulai mendapatkan konsesi di Jambi, sudah 2 orang meninggal. Pada 8 November 2010 yang lalu seorang petani tertembak kepalanya oleh Brimob.
Entah sampai kapan penderitaan petani jambi ini berakhir, berapa korban lagi yang harus menjadi tumbal, jika para pemimpin hanya mengumbar janji dan  tidak  mengambil tindakan nyata yang berpihak kepada petani.
Tulisan sebelumnya terkait soal konflik PT WKS dan PPJ