Mohon tunggu...
Sobran Holid
Sobran Holid Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pelaku usaha yang mengharapkan Indonesia lebih ramah terhadap rakyat kecil. toko onlinehttps://www.bukalapak.com/u/holids https://www.bukalapak.com/u/holids jangan lupa mampir bagi kompasianer dan pembaca yang membutuhkan sparepart motor .

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Pamer Kekayaan" saat Mudik

30 Agustus 2011   12:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:21 1658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_132333" align="alignnone" width="680" caption="potokmpascom"][/caption] Mudik, bagi perantau, seperti ritual tahunan, dari kota menuju kampung halaman,  semuanya berjalan serentak dalam satuan waktu, yaitu pada saat lebaran.  Semua ikut sibuk, dari pemudik, polisi, dephub, media yang terus mengabarkan berita terkini, berlomba mendukung demi kelancaran acara mudik. Mudik memang  unik, dari ajang silaturahmi, sampai pamer hasil jerih payah dari hasil merantau, dari HP baru, motor baru, mobil baru, tidak lupa budaya baru yang dibawa ke kampung. Apalagi tradisi mudik dikemas oleh media massa, dalam bentuk konsumtif, dari iklan sarung baru, motor baru, sampai mobil baru, dan tidak istri baru hehe. Banyak cerita tentang kesuksesan yang dibumbui oleh para pemudik,  Jadi sales kartu, yang jelas-jelas pegawai "outsourcing" ngakunya pegawai Bank. Ada guru honorer ngakunya dah PNS dan banyak cerita membual laiinya.  Ada juga teman aktivis yang pulang kampung, karena keterbatasan dana, tidak membuat  dia kehilangan akal untuk tetap menampilkan sesuatu yang lebih, dari orang kampung. Ber casciscus soal politik, dengan istilah yang tinggi, yang membuat  orang kampung binggung artinya, yang penting  Semuanya harus lebih dari saudara dan tetangga dikampung. Ada teman yang harus pakai dana kartu kreditnya untuk rental mobil, sampai kampung, ngakunya mobil sendiri. Bahkan ada keluarga saya setiap pulang kampung selalu ganti mobil. Padahal setiap mau mudik selalu pinjam hutangan baru. Biasanya pemudik juga akan membawakan oleh-oleh ciri has kota tempatnya merantau, dari baju, sarung dan uang baru, besarnya angpau tergantung seberapa besar dia mau bercerita tentang kuseksesan didaerah rantau. Berikutnya urusan nanti, biasanya pemudik tipe ini pulang dari kampung, harus siap-siap dengan setumpuk tagihan surat hutang, atau perlu hutang baru karena uang sudah habis pada saat mudik. Bahkan banyak yang dikejar-kejar kolektor kartu kredit, kolektor motor, bahkan ada mobil atau motor yang baru dua bulan di beli secara kredit, sibuk cari yang mau take over kredit mobil atau motornya. Kekuatan untuk pamer ini menjadi masalah besar dalam kehidupan sehari-hari, kita pun  terbawa emosi ini. Lucunya, bila pada tahun berikutnya kita mengalami penurunan gaya, misalnya dari bawa mobil pribadi, terus naik bus, serasa hancur harga diri. Semuanya bertanya kenapa...?. Ah ternyata kita ini memang hanya di pandang dan memandang seseorang, dari bajunya, motornya dan juga mobilnya. Untuk menutupi ini kadang kita berkelit,biasa bawa mobil, tahun berikutnya naik bus,kita mencari alasan. Lagi malas bawa mobil, lebih enak naik bus bisa tidur atau mobil lagi rusak pada saat mau mudik, padahal emang mobilnya ngak ada, tahun lalu mobil rental, tahun ini doku(duit) tidak mencukupi, bahkan hutang yang tahun kemarin aja belum lunas, hehe. Ada juga yang menunda keinginan mudiknya , karena malu, ngak bawa oleh-oleh atau kendaraan, takut di cibir , dan serasa semua orang berkata "apa kata saudara...? Padahal bukan ngak mau tampil keren habis, emang dana terbatas. Susahnya, saudara-saudara dikampung juga, melihat keberhasilan dari apa yang kita bawa,  dari kendaraan yang kita pakai, alias "matre abis" memandang saudara yang dirantau, yang kadang membuat kita ngak pede untuk tampil apa adanya. Ada yang mencibir" ngapain kekota, kalau ngak dapat apa-apa...?. Aduh nih jaman ngak ramah   kalau lagi bokek. Jangan-jangan ini juga yang membuat  Negara ini susah lepas dari korupsi, karena kita "terpaksa" tampil diluar kemampuan kita. Ah, andai kita sadar diri, dan tutup kuping  segala omongan keluarga dan tetangga, barangkali bisa ngurangi napsu untuk berbuat curang dan korupsi. Pastinya kita juga lebih tenang.. Kalau belum bisa tampil apa adanya, mudiknya tiga tahun sekali aja, biar kayak bang toyyib,,,hehe. Selamat mudik, semoga sampai tujuan... Bagi yang tidak mudik,,,,,, mari kita bersibuk ria menulis di kompasiana,,,,,,,,,,, Minal aizin mohon  maap lahir bathin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun