[caption id="attachment_132065" align="alignnone" width="680" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Awal saya membuka toko sparepart motor tahun 2004 dibandung, saya terkaget-kaget ketika menjelang lebaran puluhan orang dari tukang ojeg sampai preman meminta THR kepada kami. Saya kebingungan kok begini sih, wong baru buka toko, belum juga kelihatan untungnya yang minta THR banyak banget ukuran saya sebagai pengusaha kecil dan pemula pada waktu itu. Akhirnya demi kebaikan saya bagikan saja uang semampu saya dan buru-buru menutup toko karena yang minta tak kunjung habis. Nah tahun sekarang seperti tahun-tahun sebelumnya kami sudah mengantisipasi dengan menyeragamkan pemberian buat para tukang ojeg dan preman sekitar. Tidak usah yang mahal sih sebenarnya, hanya biar tidak ada kecemburuan sosial maka kami seragamkan. Nah hari Jumat hari yang kami tetapkan pembagian , tapi sayangnya ada saja yang merasa tidak puas dan meminta lebih dari apa yang mampu kami beri. Pegawai saya bilang , " bang tuh ngak mau pergi-pergi walau sudah dikasih", "yah biarin saja ,ntar juga pergi jawabku". 10 menit kemudian mekanikku masuk" bang belum mau pergi tuh, nanyain abang". "bentar ya ", aku keluar. "kenapa mas", itu kan sudah dikasih", terima aja deh, kita kan banyak yang harus dibagi". "eh bang, masa cuman ini, tambahin buat beli Nutrisari eh buat Intisari dong", Tanya mereka padaku. Belagak bodoh, apaan tuh nutrisari eh intisari tanyaku". Sambil ngacungin jempol kemulut mereka bilang, " itu lah bang masa sih ngak ngerti". Gini ya, aku ngak mau kasih kalian uang kalau dipakai buat intisari", soalnya menurut agama, siapapun yang mnyediakan minuman atau mempasilitasi sama saja dosanya dengan minum." Jawabku. "Abang,  ngak usah minum , kita minta buat beli aja deh". Nutrisari yang dimaksud bukan minuman yang terkenal itu loh, intisari juga bukan majalah yang terkenal itu, , tapi isitlah miras yang biasa digunakan dalam pergaulan klas bawah untuk minuman keras. Dipasaran memang ada merek minuman keras Intisari. [caption id="attachment_128262" align="alignnone" width="200" caption="poto diambil dari Faceebook turunkan harga intisari"][/caption] Perdebatan yang tiada akhir, akhirnya saya kasih uang dan saya minta uang itu jangan buat minum ya. Dengan senyum mereka pergi, semoga saja uang yang mereka terima tidak dibelikan "nutrisari eh intisari" hehehe. Itulah tradisi tahunan yang harus kami alami menjelang lebaran dan dengan senang hati akan memberi semampu kami. Lain lagi cerita kawan yang punya perusahaan bubutan, biasanya setiap lebaran sudah datang surat dari pangkalan ojeg, becak, preman sekitar dengan menyodorkan daftar nama dari kelompoknya. Itu juga belum cukup, karena perusahaan kawan ini pemasok sparepart pabrik dibandung, biasanya para preman disekitar pabrik dan para  satpam pabrik tersebut juga akan menyodorkan daftar nama , semuanya harus dibagi agar semua urusan lancar. Itulah cerita sekilas tentang para pengusaha kecil menjelang lebaran dan  jangan disamakan dengan perusahaan besar ya?.. Perusahaan besar biasanya disamping THR buat para karyawan dan para mitra bisnisnya, biasanya harus menyediakan juga THR buat para penguasa setempat, agar jika ada urusan semuanya bisa lancar dan cepat tuntas. Begitu juga dengan para politisi, mereka akan didatangi oleh konstituennya, terutama tim suksesnya,  semuanya harus berbagi, tapi sekali lagi ini bukan alasan untuk korupsi dan memanipulasi. Salam THR
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H