Warna pink lumayan berarti bagi Mbah Jumbleng. Alam raya menyediakan semburat warna itu lewat sunset dan sunrise di hari cerah. Warna itu memancar dari jambu air muda, buah kegemarannya, yang di masa bocah pohonnya selalu ia panjati demi menangguk kesegaran buah crunchy tersebut. Pink memang punya makna tersendiri untuknya.
Suatu kali, seorang mahasiswi Universitas Gadjahmada meminta tolong pada Simbah agar dicarikan ide kado Valentine inovatif untuk pacarnya. Si mahasiswi cantik ini nyaris setengah gila karena bingung menentukan barang apa yang hendak dikadokan, sembari harus berkompromi dengan situasi kantungnya yang tipis.
Cowoknya punya minat segudang, dan aktivitas juga segudang. Dia suka olahraga selam dan arung jeram, selain main dakon (congklak). Suka membaca John Grisham (namun) sekaligus nonton telenovela Amerika Latin yang judul pilem-nya nama-nama indah belaka. Marimar, Kassandra, Sri Redjeki, Nojorono dan lain sebagainya.
Kontribusi terbesar yang memperparah kebimbangan sang gadis adalah: sang lelaki pujaan ini gemar betul mengutip-ngutip firman Tuhan seraya memelihara minatnya untuk datang hanya 2 kali saja dalam setahun ke gereja; yaitu sehari setelah Natal dan sehari setelah Paskah.
Sebabnya pada dua hari H tersebut si bocah ini justru ambruk molor seharian penuh karena kelelahan, setelah tadi malamnya dugem begadangan di diskotik Mendem Jaya milik Tuan Lucifer yang, entah sengaja entah tidak, memberikan promo ladies night, cash back serta diskon besar-besaran tepat di malam Natal dan Paskah. Nah, hadiah apa yang cocok, coba....
.
Alkisah, blangsak sekali pikiran sang gadis. Ribuan kali ia mencoba berimajinasi, meninjau kantong, hunting kado ke mal, melongok saldo lagi, bolak-balik, tetapi tetap tak ada solusi.
Ia ingin menghadiahkan piranti aktivitas outdoor, tapi ia tahu pacarnya sudah memiliki segalanya. DVD atau CD? Ah, kuno. Burning lagu-lagu terindah sepanjang sejarah ke kepingan CD kosong? Hm, ia tak ingin memberi kesan murah. Maaf saja. Sedangkan untuk meluluskan keinginan pacarnya yang mengidam-idamkan punya Alkitab bahasa Swahili, si gadis tak punya dana cukup untuk membelinya. Buntet. Ribet. Maka ia bertandang ke kos-kosan Simbah; mencari secercah ilham. Mereka memang bertetangga.
.
Simbah akrab dengan kawula muda. Semenjengkelkan apa pun gayanya, anak-anak kuliahan tetap menyukai Simbah. Simbah suka mendermakan cerutu dan kupon belanja. Mereka menganggap Simbah sebagai role model. Tokoh panutan. Namun dalam hal ini Simbah lebih tepatnya menjadi role model dalam pengertian antipolar. Tubuh Mbah Jumbleng itu seakan papan announcement berjalan yang bagi anak muda bunyinya kira-kira: Hei, kau pemuda, kalau kau kelak tua, jangan sampai jadi manusia serunyam ini.