Dari satu mimpi ganjil dini hari
*
Truk berbobot 2 ton menggeram menjelang puncak tanjakan. Mesin 110 ps yang kecapaian itu hampir saja mencapai puncak bukit sebelum akhirnya satu sepeda motor memotong lintasan dan berhenti tepat di mukanya. Anak muda di dalam kabin truk terperanjat dan memijak pedal rem seketika. Muatan seberat 1 ton, ratusan ayam pedaging yang terkemas berjejalan dalam boks-boks bambu bersusun, menjerit massal dalam bahasa mereka. Momentum melemparkan kandang-kandang ke muka namun jalinan temali yang terhubung kepada taut-taut baja menahannya dari sisi ke sisi. Satu umpatan nyaris terlontar dari mulut anak muda pengemudi truk. Tapi dia tidak sempat mengatakannya, begitu dia lihat pengendara motor yang berada di boncengan turun dan mengokang sepucuk Magnum.
*
”Keluar kau!” bentak si pembawa senjata, sembari menghunuskannya tepat menyasar kepala. Suaranya feminin, dari balik helm berkaca gelap. ”Naik ke bak belakang dan lepaskan semua tali. Biar kernetmu tetap di dalam. Dan jangan kau matikan mesin.”
*
Gemetar dan pucat, sopir bergeming. Dia begitu syok.
*
”Aku bilang turun!” ulang sang pengancam. Sopir sontak melompat keluar. Dia langsung memanjat anak tangga yang menjulur di samping pintu kabin, di bawah todongan laras yang selalu mengikutinya. Dia lakukan apa yang tadi diperintahkan. Sang pengancam beringsut ke depan dan memberi kode jari kepada rekannya yang menunggang motor untuk maju menepi.
*