Mohon tunggu...
Septri Lediana Lanis
Septri Lediana Lanis Mohon Tunggu... writer and journalist -

Dikenal juga dengan nama Ledian Lanis www.lediana.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jejak-Jejak Langkah

7 Oktober 2015   16:28 Diperbarui: 7 Oktober 2015   16:28 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usahlah kita menghindari melihat jejak jejak langkah yang tertinggal di belakang kita. Ini hanya masalah sudut pandang. Jejak langkah bukanlah soal apa yg telah pergi. Bukan pula tentang apa yang telah hilang. Tapi ini tentang apa yang pernah ada pada kita, apa yang pernah singgah dan apa yang kita dapatkan dari sebuah pertemuan. Apa yang pernah kita alami dan menjadi pengalaman.

Bukankah akan lebih berguna untuk mengemasi apa yang tertinggal ketimbang menangisi apa yang telah pergi? Bukankah lebih bermanfaat mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi?

Pada setiap pertemuan, pengalaman. Baik atau buruk, tetap akan ada yang tertinggal pada kita. Walau mungkin hanya  sebutir biji  saja. Jika kita pandai menanam,bukankah sebutir biji bisa mendatangkan banyak hal yang kita inginkan? Sepanjang kita ingin menanam, sepandai-pandai kita menanam, segemar-gemar merawat sambil mengharapkan akan ada hasil yang kita tuai.

Maka berbangga hatilah. Banyaknya jejak  langkah yang tertinggal itu sungguh bukan tentang berapa banyak kita harus menangisi perpisahan. Bukan pula tentang meratapi berapa banyak kau telah ditinggalkan. Hidup bukanlah  tentang yang ditinggal atau yang meninggalkan. Tapi tentang apa yang ada di antara pertemuan dan perpisahan. Tentang apa yang kita dapatkan dari rentang keduanya.

Banyaknya jejak langkah yang tertinggal itu sungguh bukan tentang berapa banyak kejadian pahit yang kita alami dengan kegeraman dan penyesalan. Bukan pula tentang menyesali dan mengandaikan ia tak pernah terjadi. Hidup adalah tentang pengalaman yang mendewasakan, mengubah kita menjadi bijak. Mengambil makna dan pelajaran dari sepahit apapun, seburuh apapun pengalaman.

Ini adalah sebuah ruang yang harusnya kita manfaatkan semaksimal usaha yang kita punya. Seperti menikmati keindahan untuk menjadikan kita lebih bahagia. Seperti menyerap energi untuk menjadikan jiwa kita lebih kaya.
Ibarat menikmati lukisan. Ini bukan soal berapa banyak lukisan yang kau lihat. Tapi soal berapa banyak keindahan dan energi yang kau serap dari lukisan itu untuk membuatmu kaya.
Seperti pergi berwisata, menjemputi indahnya alam. Tak perlu kita menangisi berapa banyak tempat indah yang pernah kita singgahi, yang telah kita tinggalkan, yang mungkin tak akan kita kunjungi lagi. Tapi mengingat dengan rasa bahagia bahwa telah amat banyak tempat indah yang kita kunjungi. Yang telah menorehkan kenangan indah yang bisa kita kenang kapanpun kita inginkan. Yang telah memberikan kita energi yang mengayakan jiwa kita.
Marilah kita berbangga. Jejak-jejak langkah itu, mari kita lihat dengan suka cita.  Yang membuat kita berbahagia untuk menyadari bahwa kita telah memiliki banyak kesempatan untuk mengemasi banyak hal. Tentang pertemuan, tentang kebersamaan, tentang pengalaman, tentang keindahan, tentang energi. Tentang biji yang tertinggal dan ingin kita tanam untuk memberikan kita hal yang berguna demi kebahagian di masa sekarang dan akan datang.

Marilah. Marilah kita melihat jejak langkah itu bukan sebagai pemandangan kelam yang memuat tentang derai air mata perpisahan, penyesalan dan ratapan. Bukan sebagai pemandangan kelam ibarat foto kusam masa lalu di sudut ruangan yang kau sembunyikan agar tak lagi terlihat.
Mari dengan berani dan tanpa ragu kita gantungkan di dinding-dinding kenangan yang bisa kita kunjungi kapan pun kita mau. Tiap kali kita inginkan keindahannya, tiap kali kita inginkan energinya. Untuk mendapati jiwa baru yang tak pernah tenggelam akan satu dua kepedihan yang menghadang di masa depan.
Bingkai keemasan yang indah, tergantung di ruang bercahaya yang nyaman, adalah tempat yang layak untuknya. Untuk tiap jejak-jejak langkah itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun