MASIH sangat segar dalam ingatan. Saat masalah menimpa Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, segera saja dilakukan pergantian jabatan. Itu suatu hal terpuji dari PKS. Hal lain yang juga begitu mengagumkan dari PKS ialah penekanannya pada penyebaran kader dengan tak memberi kesempatan bagi seseorang menjadi semacam big boss (jika istilah ini dapat digunakan) sebagaimana halnya terjadi pada partai lain. PAN juga mencatatakan sejarah yang sama, paling tidak dengan hal yang dicontohkan oleh M.Amien Rais, tak mengabadikan dirinya untuk jabatan Ketua Umum.
Pada PKS ada tradisi terbalik. Jika pada partai lain kekuasaan eksekutif (tertinggi, menengah ataupun bawah) dipegang oleh seorang kader, maka ia berpeluang besar menjadi pemimpin puncak partainya sesuai level itu. Setelah Presiden Nurmahmudi Ismail menjadi menteri, ia pun diganti oleh kader lain. Begitu pun yang lain.
Tetapi JK yang mendampingi SBY pada pilpress 2004 begitu mudah menjadi Ketua Umum Partai Golkar setelah memenangi pilpres itu dengan mengalahkan calon dari partainya sendiri, Wiranto. Akan halnya Partai Demokrat, lain lagi. Anda sudah tahu dengan tak usah diceritakan di sini. Begitu juga tradisi pada PDIP.
Nah, kembali ke PKS. Sekiranya (sekali lagi sekiranya) Presiden PKS Anis Matta juga akan mengalami nasib yang serupa dengan atau tersangkut dengan kasus yang menimpa Luthfi Hasan Ishaaq, siapakah di antara keempat orang ini yang paling berpeluang untuk mengganti? Anda tentu bisa memberi nama lain.
Mudah-mudahan saja keadaan seburuk itu tidak akan terjadi pada PKS.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI