Sebelum debat dimulai, saya mencatat pada akun facebook saya:
“Akan banyak persamaan antara Hatta Rajasa dan JK dalam debat ini. Tetapi soal bahasa dan sistematika serta muatan program Hatta Rajasa pasti akan sangat unggul. Sedangkan paparan yang memberikan kesan menjungkir-balikkan kemapanan akan lebih terkesan dari JK. Jangan terkecoh tepuk tangan di studio, beri penilaian objektif seolah Anda bukan dari salah satu kubu keduanya”.
Usai debat, saya tulis lagi sebuah status demikian:
- Kedua Capres (Prabowo Subianto dan Jokowi) mestinya merasa mendapat briefing penting dari Hatta Rajasa dan JK. Fakta ini sedikit melegakan buat saya, bahwa meski pun rasa was-was kepada Capres begitu tinggi, karena ada indikasi kapasitas yang sangat rendah, tetapi dengan figur Cawapres dari luar Jawa ini pastilah tertutupi kebutuhan dinamika pemerintahan yang menggembirakan.
- Managerial Skill dan Technical Skill acapkali begitu kabur ketika dalam debat-debat Capres berurusan pada isyu kecil dan tetek-bengek tetapi ditepuk-tepuk tangani, seolah Presiden itu setara operator.
- Para moderator kita dalam rangkaian debat seperti ini, dengan tugas hanya "mempersilakan" saja, tak perlulah para profesor. Cukuplah orang-orang TV yang sudah terlatih itu.
Sebelumnya, lewat layar tv saya saksikan kedatangan para Capres dan Cawapres ini. Lalu saya pun menulis status pada akun facebook:
Mana Onthelnya? Mana Bajajnya? Oh itu cerita lama ya?
Indonesia: never give up !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H