Mohon tunggu...
S Widjaja
S Widjaja Mohon Tunggu... lainnya -

Sharing ideas through writing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pembunuh (3)

1 Oktober 2014   21:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:46 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa saat kemudian, pintu lift terbuka. Erwan membiarkan orang misterius itu masuk lift lebih dahulu. Seperti dugaannya, orang itu langsung menuju ke bagian belakang dan merapat ke pojok kiri. Orang itu bahkan tidak menekan tombol lantai tujuannya!

Erwan memperhatikan hal ganjil ini, dia lalu memilih berdiri di sisi kanan, dekat panel tombol, di samping pintu lift. Dia menekan tombol B – lantai basement. Erwan tahu orang misterius itu mengamati gerak-geriknya.

Erwan mendongak ke atas, melihat ke kamera CCTV. Ya, lift ini dilengkapi dengan kamera CCTV. Melalui sudut matanya, Erwan melihat orang misterius itu juga mendongakkan kepalanya ke arah kamera CCTV itu.

“Dia tidak akan berani berbuat macam-macam,” pikir Erwan.

Erwan melirik jam tangannya.

Bakalan terlambat nih, pikirnya.

Erwan lalu mengirim BBM ke Hertandi mengabarkan kalau dia bakal terlambat. Untungnya BB-nya masih bisa menangkap sinyal biarpun di dalam lift.

Segera ada BBM balasan dari Hertandi.

“Seperti biasa?” Hertandi menanyakan via BBM.

“Seperti biasa,jawab Erwan.

“Ok. Saya akan siap-siap.”

Ketika penunjuk lantai lift menunjukkan huruf G, lift tiba-tiba terbuka. Lift di mal ini memang disetel untuk selalu terbuka di lantai dasar – Ground Floor. Erwan segera keluar – si orang misterius itu tampaknya terkejut dan buru-buru mengikuti Erwan keluar lift.

“Berarti dia memang ingin menguntitku,” demikian pikir Erwan sambil terus berjalan.

Dia melewati bagian informasi, menoleh ke Deisy – petugas informasi yang saat itu bertugas. Deisy orangnya ramah dan cantik. Saat itu Deisy ditemani Kholil dari bagian security.

Erwan tersenyum dan mengangguk ke arah Deisy.

“Baru pulang, Pak?” tanya Deisy menyapa sambil tersenyum. Kholil ikut tersenyum sambil menganggukkan kepala.

Erwan hanya melambaikan tangan lalu cepat-cepat berlalu.

Tampak si orang misterius melintas di depan mereka berdua. Orang itu tampak bergegas mengikuti Erwan. Melihat kejadian itu, keduanya terkejut. Muka mereka mendadak pucat.

“Kamu ikutin, gih,” Deisy berkata kepada Kholil.

Kholil bangkit berdiri dan segera beranjak dari tempat tersebut.

“Oke, oke,” katanya.

Cepetan, nanti keburu kejadian lho,” kata Deisy lagi. Ada nada khawatir dalam kata-katanya.

Kholil mengangguk dan buru-buru mengejar kedua orang itu.

Tetapi dia terlambat.

Dia tidak melihat keduanya lagi. Di antara puluhan kios yang sebagian sudah mulai tutup, tak terlihat bayangan keduanya. Yang terlihat hanyalah lorong-lorong di antara kumpulan kios tersebut.

“Ke mana perginya mereka berdua?” Kholil tampak cemas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun