Mohon tunggu...
S Widjaja
S Widjaja Mohon Tunggu... lainnya -

Sharing ideas through writing.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Manusia Atlantis (30) - Tamat

30 April 2015   19:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:30 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“Kalian mungkin terkejut mengetahui eksistensi kami,” kata si Pemimpin yang bernama Riahcman.

Kami terdiam. Harus kuakui, aku memang terkejut. Bertemu dengan sekelompok manusia bertinggi badan 3 meter saja sudah cukup mengejutkan, apalagi mengetahui bahwa mereka adalah ras yang diperkirakan sudah punah puluhan ribu tahun yang lampau.

Sepertinya wajah terkejut kami terlihat cukup lucu buat mereka.

Senyum mengembang terlihat di wajah para Lemurian itu.

“Kami juga terkejut mengetahui ada aerobia – manusia permukaan, yang mendatangi tempat ini.”

Aerobia? Organisme yang mengkonsumsi oksigen?

Manusia permukaan?

Aku memandang Pretty.

“Kami menyebutnya demikian. Kalian tinggal di permukaan bumi yang kalian sebut biosphere dan kami tinggal di bawah permukaan bumi atau lithosphere,” Riahcman melanjutkan penjelasannya.

Tiba-tiba entah dari mana aku bisa mengetahui nama mereka satu per satu. Seperti tulisan yang terpampang jelas di depan mataku beserta lafalannya. Nama-nama tersebut terposisikan di bagian depan dada mereka masing-masing. Lemurian yang berjenis kelamin laki-laki bernama Sujattan, Dhreaman, Svarnawan, dan Hiram. Yang perempuan bernama Panvatti, Mayya, dan Srivika. Para Lemurian memiliki rambut berwarna putih berkilau seperti perak. Hal itu baru kusadari setelah memperhatikan raut wajah mereka semua.

Para Lemurian itu semuanya tersenyum ramah kepada kami, seperti orang-orang yang baru saja memperkenalkan diri. Namun di balik senyuman itu aku merasakan kekuatan yang luar biasa dalam diri mereka.

Sujattan merupakan Lemurian yang paling kalem, dia tenang dan sedikit sekali bergerak. Dhreaman memiliki tubuh yang paling kekar di antara mereka. Svarnawan memiliki tampang yang serius, dia sering memperhatikan kami bertiga. Hiram adalah yang tertinggi di antara mereka dan dia juga yang berkulit paling gelap. Sedangkan Lemurian yang perempuan terlihat lebih santai dan lebih sering tersenyum. Panvatti adalah tercantik di antara ketiganya. Mayya yang paling responsif, selalu memperhatikan apa yang dikatakan Riahcman. Dia juga yang beberapa kali berkomentar. Srivika relatif pendiam dan sedikit tertutup. Dia jarang melihat ke arah kami. Dia lebih sering menundukkan kepalanya.

“Srivika yang paling muda di antara kami semua,” kata Riahcman. “Usianya baru sekitar 5.000 tahun.”

Kami bertiga terkejut. Kulihat Pretty menatap Srivika dengan mata terbelalak dan mulut terbuka lebar.

“Goceng?” Pretty kelepasan menyebut angka 5.000 dengan sebutan yang biasa digunakan oleh ibu-ibu yang sedang menawar barang belanjaan di pasar – saking terkejutnya. Malu-maluin saja.

Sedangkan Sheva biasa-biasa saja. Cenderung cuek malahan. Dia cuma menatap sekilas ke arah Srivika. Itu saja ekspresi terkejut seorang Sheva. Rupanya dia sangat terlatih untuk tidak mudah terkejut ataupun terpengaruh perkataan orang lain. Sepertinya Sheva masih dalam keadaan bersiaga untuk menghadapi bahaya atau ancaman, yang bisa saja tiba-tiba muncul, sehingga konsentrasinya tetap terfokus.

Tiba-tiba satu bayangan kembali melintas di pikiranku.

Aditya? Kenapa tiba-tiba aku teringat padanya?

Kulihat Riahcman menatap sebentar ke arahku. Dia lalu membalikkan tubuhnya, menghadap ke kelompoknya dan berbicara dengan mereka.

Mereka membicarakan sesuatu dalam bahasa mereka. Bahasa yang tidak kukenal. Aku memahami ribuan bahasa termasuk bahasa yang sudah punah sekalipun. Tetapi apa yang mereka bicarakan tidak dapat kupahami. Aku lalu menggunakan mesin penerjemah yang mampu merangkai logika dari kata-kata yang membentuk kalimat dari variasi beberapa ribu bahasa di dunia. Itu pun hanya sedikit yang berhasil kuketahui: nama atau panggilan – ketua atau pemimpin – kelompok atau sekumpulan – daerah atau wilayah – waktu atau zaman – dan Aditya, nama yang beberapa kali mereka sebut.

Dari mana mereka mengetahui tentang Aditya?

“Dari kamu. Baru saja.” Pretty memberitahuku via telepati. “Ketika kamu mendadak teringat pada Aditya, saat itulah mereka mengambil informasi dari pikiranmu.”

Mereka rupanya memiliki kemampuan seperti Pretty. Dari apa yang mereka bicarakan, aku tahu sepertinya mereka mengenal Aditya.

Riahcman berpaling ke arah kami.

“Jadi si pecundang itu sekarang bernama Aditya? Dan dia menjadi kepala pemerintahan di negerimu – Indonesia.”

Kami bertiga merasa kebingungan dengan pernyataannya itu. Memangnya mereka tidak meng-update berita? Tidak mengenal internet? Bangsa berteknologi canggih seperti mereka .… rasanya tidak mungkin kalau ….

“Maaf, kami tidak terlalu memperhatikan apa yang terjadi di permukaan. Buat kami itu tidak penting sama sekali.”

Riahcman tersenyum getir.

“Memang ada ras tertentu dari para penjelajah bintang atau alien – demikian kalian menyebutnya, yang memiliki concern terhadap apa yang dilakukan manusia di bumi ini. Sejauh itu menyangkut senjata nuklir atau paling tidak polusi, pencemaran dan perusakan lingkungan.”

Dia mengangkat kedua bahunya.

“Tetapi sekali lagi kukatakan, buat kami, semua itu tidak penting.”

Dia tersenyum.

Tampak yang lainnya menahan tawa.

“Nuklir atau apa pun itu tidak mampu memusnahkan kami.”

Sekarang Riahcman yang menahan tawa.

“Aku tidak bermaksud menyombongkan diri, bersikap angkuh, arogan, atau apa pun kalian menyebutnya – mungkin perumpamaannya adalah seperti kalian yang tidak mempedulikan phytoplanktona living thing, yang hidup di lautan luas. Bukan saja karena alam mereka yang berbeda dengan kalian, mereka hidup di dalam laut dan kalian di daratan, tetapi juga karena apa pun yang dilakukan phytoplankton itu – walaupun jumlah mereka mencapai sekian kuintiliun, tidak akan mampu mempengaruhi kehidupan kalian.”

Now we’ve been reduced to a single cell organism. Mereka bahkan menganggap kami sebagai benda hidup bukan makhluk hidup!

“Sedemikian hebatnyakah kalian?” tanyaku tiba-tiba – dengan lantang. Entah dari mana muncul ide untuk menentang mereka. Aku sadar akan apa yang kuucapkan dan nada suaraku yang meninggi itu. Aku terbawa emosi, tersinggung dan merasa tertantang.

Mereka semua memandangku.

Tetapi sikap mereka biasa-biasa saja. Ekspresi wajah mereka pun tidak berubah.

“You’ll see,” sekali lagi Riahcman tersenyum.

Akhirnya aku berusaha bersabar. Terbawa emosi pun tidak ada gunanya. Kami tidak akan bisa menang melawan mereka.

Pretty menjelaskan bahwa kaum Lemurian itu tidak ingin mencampuri urusan aerobia alias manusia permukaan – demikian mereka menyebut kami. Aerobia merupakan julukan bagi manusia yang bernapas dengan menghirup oksigen. Para Lemurian yang tinggal di bawah permukaan tanah saat ini bernapas dengan menghirup karbondioksida.

Walaupun Pretty menjelaskan padaku via telepati, sepertinya Riahcman mengetahuinya.

Bahkan ia melanjutkan penjelasan Pretty.

“Oksigen mudah tercemar – debu, kotoran, polutan, kuman, bakteri, dan lain sebagainya. Selain itu oksigen juga mempercepat proses penuaan – aging, dan memperpendek usia. Bahkan logam pun harus dilapisi jika tidak ingin teroksidasi, bersenyawa dengan oksigen dan berkarat,” demikian penjelasan Riahcman. Karat atau besi oksida sebenarnya merupakan senyawa  yang  terbentuk  dari hasil reaksi antara besi dan oksigen.

Aku pernah membaca kalau salah satu negara terkemuka dalam bidang sains dan kedokteran, menggunakan prosedur hampa udara sewaktu menyembuhkan kulit yang terbakar. Luka bakar itu lebih cepat pulih dan bagian kulit yang luka tersebut tidak akan memperlihatkan bekas terbakar sama sekali ketika bagian tubuh yang terluka itu diselubungi dengan kantung hampa udara untuk beberapa minggu.

“Dan makhluk hidup tertua di permukaan bumi adalah yang bernapas dengan menghirup karbondioksida,” Riahcman mengakhiri penjelasannya.

Pretty tersenyum. “Anda seharusnya menyebut benda hidup tertua.”

A living thing not a living being.

Riahcman tertawa.

“Benar, yang kumaksudkan adalah sebatang pohon yang berusia lebih dari lima ribu tahun. Sejenis pinus yang hidup di bagian timur California. Tetapi benda hidup itu masih lebih muda daripada Srivika.”

Lemurian tersebut menunduk ketika mendengar namanya disebut.

Tumbuh-tumbuhan bukan makhluk hidup?

“Kalian yang mengklasifikasikan tumbuh-tumbuhan sebagai makhluk hidup. Bagi kami, mereka lebih tepat disebut benda hidup karena tidak memiliki kesadaran – apalagi pikiran.”

“Sebentar .… kalau kalian bernapas dengan karbondioksida, sedangkan kami menghirup oksigen, maka ….”

Aku baru menyadarinya.

Kristal Atlantis sungguh luar biasa, kami – aku, Pretty, dan Sheva diselimuti lapisan oksigen seperti bumi dilapisi atmosfer. Sekeliling tempat kami sekarang dipenuhi dengan karbondioksida. Rupanya Kristal Atlantis memfasilitasi sistem penunjang hidup untuk para Lemurian tersebut namun tetap memberikan kami cukup oksigen untuk bernapas dengan nyaman.

“Sejak kapan perubahan ini terjadi?”

“Anda lengah. Anda tidak memperhatikan saat Kristal Atlantis melakukan penyesuaian penunjang kehidupan di ruangan ini.” Ekspresi wajah Riahcman seperti menunjukkan kalau aku itu seorang yang ceroboh!

Kelengahan, kehilangan kewaspadaan dapat mengakibatkan kematian.

Tiba-tiba gambaran suatu peristiwa kembali melintasi benakku – saat itu aku seperti sedang menonton film di bioskop. Sekumpulan manusia purba sedang berperang dengan kelompok manusia lainnya. Kelompok manusia itu berbeda dengan manusia purba. Mereka memiliki rahang yang lebih kecil dan tengkorak lebih besar, mereka berjalan dengan tubuh yang tegak dan juga bertubuh lebih tinggi. Dari pakaian dan perlengkapan yang mereka gunakan, mereka jauh lebih beradab. Mereka lebih mirip dengan manusia modern. Kelompok manusia yang terlihat lebih rupawan itu kemudian membantai para manusia purba itu.

Aku menoleh ke arah Riahcman. Aku tahu pesan yang ingin mereka sampaikan. Merekalah yang sesungguhnya merupakan nenek moyang manusia modern. Ini menjelaskan missing link atau mata rantai yang hilang dari evolusi manusia. Manusia yang hidup saat ini bukan merupakan keturunan dari manusia purba atau manusia kera. Jadi fosil homo erectus purba yang menggambarkan peralihan fisik dari manusia purba ke manusia modern sampai kapan pun tidak akan pernah ada! Homo sapiens sapiens atau manusia modern muncul secara tiba-tiba ratusan ribu atau jutaan tahun yang lampau. Mereka yang sesungguhnya merupakan nenek moyang manusia modern berasal dari tata surya yang lain – berjarak jutaan tahun cahaya dari bumi.

Jika mereka saat itu hidup di permukaan bumi, mereka tentunya bernapas dengan menghirup oksigen. Tetapi Lemurian yang berada di hadapan kami ini? Mungkinkah mereka juga telah mengalami evolusi dalam sistem pernapasan mereka?

Secara fisik mereka terlihat seperti manusia pada umumnya.

Dalam pandangan mataku terlihat para Lemurian itu seolah-olah mengenakan selubung berupa selaput (membrane) tipis transparan. Itukah yang mereka kenakan saat berada di biosphere?

Rupanya itulah jawaban mereka atas pertanyaanku.

Mereka menjawabnya melalui gambaran yang disampaikan via telepati.

“Apa hubungan kalian dengan Aditya?” tanya Riahcman tiba-tiba sambil menatap lurus ke arahku seolah-olah mengatakan “Terutama kau.”

Aku merasakan para Lemurian yang lain juga memandangku.

Mereka kembali ke topik semula.

“Mereka mengira kau dikirim Aditya kemari,” kata Pretty melalui telepati.

“Sepertinya kamu memang tidak tahu,” kata Riahcman kepadaku. “Mudah-mudahan begitu.”

“Tetapi dia bukan seorang Atalan,” kudengar satu suara di belakang Riahcman.

Riahcman menganggukkan kepalanya. “Walaupun aku belum yakin seratus persen akan hal itu.”

Dia kembali menatapku lekat-lekat. “Ada sesuatu yang berbeda dengan pemuda ini terlepas dari sistem cybernetics yang melekat pada tubuhnya.”

Aku seorang Atalan? Aku juga manusia Atlantis? Aku menoleh menatap Pretty. Apa maksudnya?

Pretty menggelengkan kepalanya, lalu kembali berbicara via telepati, “Aku rasa kau bukan seorang Atalan. Aku tidak bisa membaca pikiran Riahcman, tetapi sepertinya ia mengira kau dan Aditya memiliki hubungan khusus.”

Hubungan khusus? Aditya ingin membunuhku! Dan itu bukan hanya sekali.

Apa yang tidak kuketahui tentang Aditya? Aku memiliki profilnya dalam database-ku.

Percakapan via telepati antara aku dan Pretty, seperti biasa, tidak luput dari perhatian Riahcman.

“Jadi bukan Aditya yang memerintahkan kalian kemari?” tanya Riahcman lagi. Rupanya mereka tidak membaca keseluruhan pikiran kami. Secara etika hal tersebut memang tidak pantas. Mereka hanya membaca respons kami terhadap pertanyaan ataupun klarifikasi mereka.

Memangnya ada apa dengan Aditya? Kulihat mereka yang berada di belakang Riahcman saling menatap satu sama lain.

“The notorious mercenary.” Kudengar suara salah seorang di antara mereka: Mayya.

“Itu baru dugaan,” Riahcman menjelaskan.

“Ya paling tidak, berkat kedatangan kalian ke tempat ini, kami berhasil menelusuri jejak dan keberadaan Aditya.”

Perburuan para Lemurian terhadap Aditya telah berlangsung sangat lama – dengan rentang waktu puluhan ribu tahun, bahkan telah menembus batas antara ruang dan waktu.

“Aditya menghancurkan Lemurian dengan meledakkan supervolcano Toba,” Pretty memberitahuku.

Mengerikan. Jadi Aditya yang menyebabkan terjadinya salah satu bencana terdahsyat di muka bumi itu. Tetapi untuk apa?

Pretty menundukkan kepala. Ia terlihat sedih. Peristiwa meletusnya supervolcano Toba sepertinya mengingatkannya akan bencana yang menimpa Atlantis. Kedua peristiwa memiliki beberapa persamaan: lenyapnya wilayah – daerah tempat bermukim mereka dan punahnya bangsa atau penduduk wilayah tersebut. Punah di sini lebih tepat disebut sebagai tercerai berai bermigrasi massal ke tempat lain dan menghilang tanpa mewariskan kebudayaan mereka kepada generasi penerus.

Para Lemurian itu kembali saling berbicara satu sama lain. Mayya yang paling berbicara. Riahcman lebih banyak mendengarkan. Srivika, seperti biasa, tidak berbicara sama sekali – tetapi ia menyimak perbincangan tersebut dengan antusias.

Riahcman lalu menghampiri kami.

“Sepertinya kita harus berpisah di sini,” katanya. Tanpa menunggu respons kami, mereka berdelapan bergegas meninggalkan tempat tersebut.

Sewaktu berjalan, mereka berdelapan terlihat seperti berubah menjadi semacam bayangan yang tembus pandang dan perlahan-lahan lenyap dari hadapan kami.

“Teleportasi?” tanyaku.

Pretty mengangguk, wajahnya menunjukkan kekaguman. “Dilakukan dengan cara yang sangat elegan.”

“Ke mana?” tanyaku.

Pretty menatapku dengan bingung. “Ke tempat Aditya. Where else?”

Dia sudah tidak sedih lagi. Dia mencoba untuk fokus terhadap apa yang sedang kami hadapi saat ini. That’s good, it is necessary for you to keep your focus on.

Sejujurnya, aku bingung pada para Lemurian itu. Kami bertiga ditinggal di sini sementara mereka memburu Aditya. Sepertinya benar apa yang mereka katakana – semua hal di dunia ini, termasuk kami, tidak penting.

Kecuali Aditya.

“Omong-omong, apa mereka cuma berdelapan saja di tempat ini?” tanyaku. Pertanyaan yang menurutku rada-rada stupid.

“Tidak. Mereka memiliki koloni tersendiri jauh di bawah tanah – beberapa kilometer lebih dalam lagi.”

“Oh,” sahutku. “Rasanya aku tak perlu menanyakan berapa jumlah Lemurian dalam koloni tersebut.”

Pretty tersenyum. Sekarang Sheva yang menatapku dengan bingung.

Ngapain juga kamu menanyakan hal itu,” katanya – sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Aku tertawa. Ingin rasanya aku mengacak-acak rambut cewek mungil itu.

Sekarang ada hal lebih penting yang harus kami lakukan: segera keluar dari tempat ini.

“Kamu bisa menteleportasi kita semua?” tanyaku.

“Only one at a time,” kata Pretty.

Pilihan yang sulit. Yang pertama diteleportasi tentunya Sheva, yang kedua adalah aku. Tetapi bagaimana dengan dirinya sendiri?

“Seberapa jauh kamu bisa menteleportasi seseorang?” tanyaku lagi.

Pretty memandang Kristal Atlantis yang bercahaya di depannya.

“Ke tempat mana pun di dunia ini,” katanya sambil tersenyum penuh percaya diri.

Heh? Sepertinya dengan bantuan Kristal Atlantis kemampuan teleportasi Pretty bisa ditingkatkan.

“Kita harus menyusul mereka,” kataku.

Pretty mengangguk.

“Apakah kamu bisa menteleportasi aku ke ruang kerja Presiden?” candaku. Maksudku langsung ke tempat VVIP itu tanpa harus berurusan dengan paspampres.

Pretty menggeleng. Di luar dugaan, wajahnya menunjukkan .… aku tak bisa mengatakannya, ketakutan, kesedihan, atau kekhawatiran? Seharusnya dia tahu aku hanya bercanda. Dia bisa membaca pikiranku.

“Presiden Aditya memiliki pelindung, semacam barrier atau kekkai – anti-teleportasi. Jika ada orang yang diteleportasi ke dalam area tersebut, maka orang itu tidak bisa terbentuk atau terwujud kembali, reformed, secara sempurna. Kamu tahu prinsip teleportasi kan? Saat menembus batasan ruang dan waktu, tubuhmu akan terurai hingga ke molekul dan atom. Begitu sampai di tujuan, atom-atom itu akan tersatukan kembali, bergabung membentuk tubuhmu. Utuh seperti semula. Reformed. Tetapi jika terkena kekkai .… maka kekuatan atom-atom itu melemah dan tidak bisa menyatu lagi. Terurai selamanya. Tubuhmu akan lenyap.”

“Aku hanya bercanda,” kataku. Sejujurnya hal tersebut cukup menakutkan buatku. Tubuhku terurai dan tidak bisa menyatu kembali?

Pretty terdiam. Apakah ia berpikir tentang kemungkinan lain?

“Apakah mereka mampu menembus kekkai yang dipasang Aditya?” tanyaku. “Para Lemurian itu?”

Pretty mengangguk.

“Buat mereka hal tersebut semudah membalikkan telapak tangan.”

Sebegitu jauhkah perbedaan kekuatan kami dengan mereka?

Pretty mendekat ke arahku dan memegang kedua sisi wajahku. Lalu dia tersenyum.

Aku tahu yang dia sampaikan. Dengan kekuatan Kristal Atlantis yang ada di dalam diriku diinteraksikan dengan Kristal Atlantis di sini, serta teknik yang digunakan oleh Pretty, aku bisa melakukannya.

“That’s great!” kataku.

Sheva juga sepertinya senang. Matanya tampak berbinar-binar. Rupanya dia sudah bosan berdiam diri saja. Sepertinya dia tidak sabar ingin segera beraksi.

Akhirnya kami bertiga berteleportasi bersama-sama.

********

Begitu menginjakkan kaki di sekitar Istana Negara, komunikasiku, via internet, dengan dunia luar langsung terhubung dengan kecepatan tinggi. Informasi yang kudapatkan kebanyakan merupakan berita mengenai terjadinya bencana di mana-mana. Gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami melanda banyak negara di berbagai belahan dunia. Sesuatu telah men-trigger bencana alam ini. Bisa kupastikan, sesuatu itu Kristal Atlantis!

Berita-berita mengenai bencana global yang ditayangkan di televisi semuanya terpampang jelas di depan mataku.

Sepanjang pesisir barat Amerika Serikat terlanda tsunami yang muncul dari Samudra Pasifik. Kepulauan Jepang bagian timur juga mengalami hal yang sama. Gempa tektonik dan letusan gunung berapi juga mulai terjadi di wilayah tersebut. Apakah Aditya telah menggunakan kekuatan Kristal Atlantis di wilayah itu untuk mengaktifkan Cincin Api Pasifik (The Pacific Ring of Fire)?

Aku mengirimkan cuplikan-cuplikan berita tersebut ke Pretty.

Dia terkejut.

“Seperti itukah kejadiannya saat ini? Ini .… ini tidak seperti yang kita bayangkan.”

Aku mengangguk menyetujui pendapatnya.

Sheva mengajak kami meninggalkan tempat tersebut menuju ke sisi lain dari bangunan berwarna putih itu. Sepertinya ia berusaha menghindari CCTV yang banyak terpasang di tempat ini.

Sambil beranjak meninggalkan tempat tersebut, aku mengolah data yang kuperoleh, informasi yang akan menunjukkan karakteristik daerah yang dipengaruhi oleh Kristal Atlantis, seperti di Mesopotamia, Irak. Melalui mapping yang kuterakan berdasarkan kesamaan fisiologi di lingkungan tempat kristal itu berada, secara kasar dapat kuperkirakan sumber bencana tersebut berada di lokasi di mana Kristal Atlantis itu berada.

Tempat yang kuduga terdapat Kristal Atlantis tersebar merata di hampir seluruh penjuru dunia, termasuk Afrika dan Eropa, kecuali kedua tempat yang dihubungi oleh poros bumi: kutub utara dan selatan – Arktika dan Antartika.

Berdasarkan simulasi yang kulakukan, dalam hitungan jam ratusan juta hingga miliaran manusia akan terbunuh.

Ternyata Aditya benar-benar memanfaatkan kekuatan alam untuk memusnahkan umat manusia.

Rupanya dia menyebar beberapa kelompok untuk mencari dan menemukan Kristal Atlantis bukan untuk mengambilnya dan membawanya ke Indonesia. Aditya menggunakan kristal itu untuk melakukan pemetaan untuk kemudian memanfaatkannya kekuatannya – menimbulkan bencana alam.

Kristal yang tertanam di dalam bumi itu bisa berfungsi seperti bom nuklir – dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari seluruh arsenal, hulu ledak nuklir, yang dimiliki oleh negara-negara superpower di dunia. Kekuatan itulah yang membuat gunung-gunung berapi menjadi aktif serta menggerakkan lempeng bumi hingga bergeser dan menyebabkan gempa tektonik yang – jika terjadi di dasar laut, memicu tsunami.

“This is madness,” kataku.

Pretty terlihat khawatir. Sepertinya problem yang kami hadapi jauh lebih berat daripada yang kami perkirakan sebelumnya.

Tiba-tiba Sheva berhenti.

Kami melihat mereka.

Kedelapan orang itu telah sampai di depan Istana Negara. Seperti yang kulihat dalam pandanganku sebelumnya, mereka mengenakan selubung berupa selaput (membrane) tipis transparan – perlengkapan tersebut sepertinya mempunyai kemampuan mengubah oksigen menjadi karbondioksida.

Mereka tidak langsung menembus kekkai yang dipasang Aditya. Kekkai tersebut tidak terlihat, tetapi aku dapat merasakannya. Sensorku tidak bisa menembus wilayah yang dilindungi kekkai itu.

Para Lemurian sepertinya ingin menunjukkan kedatangan mereka secara terang-terangan.

Kehadiran delapan orang bertubuh tinggi itu tentu saja menimbulkan kehebohan. Terlebih mereka menunjukkan sikap mengancam. Para paspampres yang berjaga di sekitar istana segera bergerak menghampiri mereka. Masing-masing menggenggam senjata di tangan mereka.

Beberapa Harimau tipe A1 – tank tempur utama, dan Anoa Mk III – kendaraan lapis baja pengangkut personel, yang disiagakan di jalan depan istana juga bergerak mendekati kelompok Lemurian itu. Kendaraan-kendaraan tersebut dengan mudah diangkat dan dilemparkan oleh Dhreaman. Harimau dan Anoa itu terlontar sejauh beberapa puluh meter dan menghancurkan kendaraan bermotor yang kebetulan melintasi tempat itu.

No casualties detected. Tidak ada korban jiwa. Entah bagaimana cara para Lemurian itu memperlakukan orang-orang yang berada di dalam kendaraan itu.

Tembakan-tembakan yang dilontarkan paspampres tidak dapat melukai ataupun mengenai tubuh mereka. Sensorku menangkap lapisan pelindung, yang sama dengan kekkai milik Aditya, menyebar di sekitar tubuh para Lemurian tersebut. Begitu serangan mendekati tubuh mereka, otomatis pelindung yang menyebar tersebut langsung menyatu dan terpusat pada titik serangan tersebut. Dengan begitu, para Lemurian tidak terkendala ketika bergerak dan melakukan serangan. Kekkai mereka seperti makhluk hidup yang bergerak aktif melindungi tuannya – jauh lebih canggih daripada kekkai Aditya.

Tank Harimau yang lain diremukkan turret-nya kemudian laras meriam tank tersebut dipatahkan.

Para paspampres segera bergerak masuk ke dalam bangunan Istana Negara. Tampaknya mereka bermaksud mengungsikan Presiden Aditya.

Beberapa helikopter serbu dan drone militer tampak muncul dan menembakkan roket ke arah kelompok Lemurian tersebut. Hanya dengan satu gerakan tangan, helikopter tersebut langsung terhunjam jatuh ke bumi. Drone yang berukuran jauh lebih kecil dari helikopter itu langsung terpental jauh dan meledak. Entah apa yang dilakukan mereka, sepertinya mereka memiliki kekuatan untuk mengendalikan segala hal yang berhubungan dengan tenaga listrik – seperti telekinesis.

Sekali lagi sensorku menginformasikan kalau para awak helikopter tersebut hanya mengalami luka-luka, tidak ada yang meninggal. Luar biasa.

Lima orang paspampres, empat di antaranya merupakan cyborg, segera bergerak maju menghadang Riahcman yang jelas terlihat sebagai pemimpin para Lemurian itu. Namun mereka tidak berhasil menghentikan Riahcman. Lagi, hanya dengan satu gerakan tangan kelima orang itu terpental dan cyborg-cyborg itu kehilangan kepala mereka.

Riahcman terus merangsek maju ke dalam bangunan tempat Presiden Aditya bekerja. Para Lemurian lainnya bergerak mengikuti di belakangnya, sambil berjaga-jaga.

Sementara itu suara tembakan dan ledakan terus terdengar.

Kami sekarang sudah berada di dalam Istana Merdeka. Aku sudah tidak merasakan keberadaan kekkai yang dipasang Aditya. Sepertinya para Lemurian itu berhasil melenyapkan kekkai tersebut.

“Terlalu chaotic, kitamasuk dari sisi lain saja,” kataku.

Kami bergerak menuju bagian lain dari bangunan itu.

Tiba-tiba Sheva menghentikan langkahnya. Dia menyorongkan tangan kirinya ke belakang tubuhnya dengan telapak tangan menghadap ke belakang – mengarah kepadaku dan Pretty.

Stop. Itu maksudnya. Dia meminta kami berhenti.

Ada apa? Sepertinya ada seseorang.

Aku melihat Aditya di depan kami, hanya berjarak kurang lebih sepuluh meter. Tanpa berpikir panjang, aku segera bergegas menghampirinya. Dengan kecepatan dan kekuatanku, aku akan bisa dengan mudah membekuknya.

Aku merasakan Sheva berusaha menjamah tanganku, tapi kalah cepat, aku terus bergerak maju.

Hologram!

Aku menerkam sesuatu yang tidak berwujud.

Ini jebakan. Aku jatuh tersungkur ke lantai.

“Awas!” Sheva berteriak.

Terlambat.

Aku terpotong sinar laser. Sinar laser berwujud garis memanjang yang muncul secara tiba-tiba bagaikan tali-temali terentang di mana-mana memenuhi ruang di sekitarku. Tubuhku termutilasi dengan cepat menjadi beberapa bagian.

Sheva tampak gemetar. Rupanya dia baru ingat akan sistem keamanan tempat ini, tetapi dia terlambat mengingatkanku.

Atau aku yang bergerak terlalu cepat? Bukankah ia berusaha menahanku?

Mengapa aku tidak mengaktifkan sensorku terlebih dahulu?

Percuma menyesal dan mengeluh. Saat ini tak ada gunanya mempermasalahkan hal itu.

Yon dan beberapa paspampres tiba-tiba muncul dari satu pintu di samping ruang terbuka yang penuh sinar laser ini. Yon melihat ke arahku dengan terkejut.

Sama terkejutnya dengan aku melihatnya berdiri di sini.

Mereka berenam.

Sementara Yon terus berjalan mendekatiku – tubuhku yang telah terpotong-potong itu, anggota pasukannya yang lain menunggu di belakangnya berjaga-jaga. Ia melangkah dengan hati-hati, menghindari garis-garis sinar laser yang membentang tak beraturan di sekitarku. Terkadang ia harus membungkukkan badannya atau memiringkan tubuhnya saat melangkah maju mendekatiku.

“Efran?” Yon kebingungan melihatku. Ia sama sekali tidak menyangka kalau orang yang menyusup ke dalam gedung ini adalah aku – yang sudah diteleportasi ke Timur Tengah.

“Apa kabar Winter Sonata?” sapaku. Ya, walaupun kepalaku terpenggal – terpisah dari badanku, aku masih hidup. Berbeda dengan cyborg secara umum, aku memiliki sumber tenaga cadangan di belakang otakku sehingga aku masih bisa hidup walaupun kepalaku terpisah dari badanku. Perbedaan antara mass produced cyborg dengan custom built.

Yon tidak membalas, ia menoleh ke sekeliling seperti mencari seseorang. Sepertinya ia ingin tahu apakah aku menyelinap seorang diri saja ke tempat ini. Aku berharap Pretty dan Sheva tetap diam di tempat mereka bersembunyi. Yon tampaknya akan mengaktifkan sensornya.

Tiba-tiba garis-garis sinar laser tersebut bergerak dan berubah pola, semakin meluas.

Yon yang saat itu sedang berjongkok di dekatku, tidak sempat menghindar.

Tubuh Yon pun langsung termutilasi – menjadi beberapa puluh potongan.

Rupanya Pretty telah bertindak mendahului sebelum keberadaan mereka diketahui Yon. Dengan kekuatan telekinesisnya ia menggerakkan pointer-pointer laser itu secara acak hingga memotong bukan saja Yon tetapi juga pasukannya.

“Aku berharap ia selamat,” kataku. “Maksudku, microchip itu still intact.”

“Tidak,” Pretty menggelengkan kepalanya. Nada suaranya seperti orang yang tertekan. Ada kesedihan di sana. Aku tahu, walaupun ia menggelengkan kepalanya, ia juga berharap Yon akan selamat. Ada apa dengannya? Bagaimana pun juga Yon adalah musuh kami. Yon juga yang membunuh saudaranya sesama replika, apakah ia sudah melupakan hal itu?

Kulihat Sheva terduduk dengan lemas. Kepala Yon tampak di pelukannya. Kepala tersebut memperlihatkan beberapa luka goresan pada bagian pelipisnya. Aku memandai kepala itu di bagian otak, mencari sekeping benda kecil. Aku menemukannya. Microchip yang ada di otak Yon ternyata sudah terpotong sinar laser. Dia mati. Cyborg itu tidak akan dapat dihidupkan lagi.

Pretty menangis, walaupun ia tidak bersuara – aku tahu. Aku bisa merasakan kesedihannya.

“Sheva dan Yon seharusnya akan bertunangan,” katanya perlahan. “Kalau tidak terjadi konflik seperti ini.”

Aku mengerti. Seolah-olah aku dan Pretty telah menyeret Sheva ke dalam peristiwa ini dan merenggut kebahagiaan yang seharusnya ia dapatkan. Harus kuakui, Sheva telah menjadi bagian dari kami. Sheva telah bersama kami sejauh ini – merasakan kesulitan bersama-sama.

“Kamu tidak sengaja, kamu tidak bermaksud membunuhnya. Ia seorang cyborg. Seharusnya ia memang bisa dihidupkan kembali,” aku berusaha menghiburnya. Mudah-mudahan Yon sempat melakukan update terkini – melakukan backup via cloud computing.

Pretty terdiam. Ia memperhatikan Sheva yang masih duduk di lantai sambil menelungkupkan kepalanya di kedua pahanya.

“Aku belum mati,” kataku – berusaha membuat Pretty tersenyum.

Ia mengangguk. Lalu meraih kepalaku dan membawanya.

“Jangan,” kataku.

Ia menundukkan wajahnya – menatapku. Seandainya ia bukan seorang ilmuwan, mungkin Pretty sudah melempar apa yang dilihatnya dan dipegangnya saat itu.

Ya, ia memegang kepalaku yang sudah terpisah dari badanku. Kepala yang masih bisa berkata-kata.

“Ambil saja chip yang ada di otakku. Semua sudah direkam – dan akan terus merekam sampai t-1 (time minus one), 1 detik sebelum aku benar-benar dinyatakan ‘meninggal’.”

“Hm,” Pretty mengangguk.

Ya, hal itu akan jauh lebih baik ketimbang berlari-lari sambil membawa kepalaku. Mengerikan sekali kelihatannya.

“Posisinya sekitar setengah meter di depan,” kataku.

Ia memejamkan matanya dan berkonsentrasi. Dengan kekuatan pikirannya, Pretty berhasil mendeteksi posisi garis-garis sinar laser itu.

Hanya aku dan Yon – serta para cyborg yang bisa melihat sinar laser itu. Manusia biasa harus memakai kacamata khusus. Dan Pretty ternyata berhasil melihatnya!

Ia lalu mengarahkan kepalaku ke arah sinar laser itu. Perkiraannya tepat. Sinar laser berbentuk garis memanjang itu langsung memotong pelipisku menembus tengkorak hingga bagian belakang kepalaku.

Gelap.

“Efran! Efran!”

Kudengar seseorang memanggilku.

Aku merasa asing. Aku seperti berada di dalam suatu peti. Bagaimana bisa?

“Efran!” panggil suara itu lagi. Aku mengenali suara itu – Pretty.

“Ya,” jawabku. Aneh, suaraku terdengar berbeda.

“Aku menempatkanmu di ponselku. Ya, aku terpaksa mengeluarkan memory card-ku untuk sementara,” kudengar suara Pretty.

“Mereka bisa mengambil tubuhmu tetapi tidak apa-apa. Mereka tidak akan mendapatkan data-data dan informasi yang kau miliki.”

Ya, sementara ini aku bisa berfungsi terbatas dengan perantaraan gadget.

Sheva mengikuti di belakang kami. Aku bisa merasakan kehadirannya. Sebentar kemudian ia sudah berada di depan, memimpin kami. Seorang pasukan khusus memang sebaiknya berada di depan barisan.

“Kamu bisa melihatnya?” tanya Pretty sambil mengarahkan lensa kamera ponsel miliknya ke depan.

“Ya,” jawabku melalui speaker di earphone-nya. Pretty rupanya mengaktifkan handset-nya.

Kami bertiga sekarang sudah tiba di tempat Aditya.

Tiba-tiba kami melihat Pretty 0 – si purwarupa. Ia bergerak menuju ke suatu tempat. Tempat itu ruang kerja Aditya.

“Jangan!” teriak Pretty.

Namun Pretty 0 tidak mendengarkannya atau sengaja tidak menggubrisnya. Ia langsung menerjang ke arah para Lemurian yang sudah lebih dulu ada di situ.

“Replika, serupa dengan yang bersama Efran.”

Terdengar suara Riahcman.

“Hm!” dengan satu kibasan tangan pemimpin kelompok Lemurian itu, Pretty 0 langsung terhempas dan tewas seketika.

Lemurian itu tahu kalau replika bisa mentransfer pikiran mereka ke replika yang lainnya, yang belum aktif. Tetapi Pretty 0? Aku tidak tahu apakah ia memiliki replika yang nonaktif juga.

Kami akhirnya sampai juga di depan pintu ruangan itu. Beberapa orang paspampres tampak terkapar pingsan di sekitar pintu masuk ruang kerja Presiden.

Para Lemurian segera masuk dan kami bertiga menyusul di belakangnya.

Sheva langsung berdiri di dekat pintu dan mengawasi keadaan di luar ruang kerja Presiden.

Aditya tampak terkejut bukan kepalang melihat kedatangan kami dan para Lemurian itu. Apalagi kalau ia melihatku juga – orang yang telah dibuangnya ke Timur Tengah. Saat ini ia tentu tidak bisa melihat wujudku yang berupa microchip dan tersimpan di dalam gadget.

“Apa kabar, Aditya?” sapa Riahcman. Senyum tipis tersungging di bibirnya. “Ataukah perlu kusebutkan nama-namamu yang lain? Nama-nama yang kau gunakan selama ribuan tahun berkelana?”

Aditya memandang Riahcman.

“Aku tidak mengenalmu.”

Riahcman menoleh ke arah Mayya. Mayya menganggukkan kepalanya. Identity confirmed.

“Ya, tetapi kami sangat familiar denganmu. Your image dan DNA characteristic have been planted in our mind by our ancestors,” Mayya menanggapi perkataan Aditya. Sepertinya Mayya merupakan orang kedua dalam kelompok itu – yang akan segera mengambil alih kepemimpinan mana kala terjadi sesuatu dengan Riahcman.

“Let me show you something.” Riahcman mengirimkan gambar peristiwa musnahnya Lemuria.

Entah bagaimana menjelaskannya, walaupun aku berada di dalam gadget, tetapi aku mampu melihat peristiwa itu. Gambaran yang seharusnya hanya bisa ditampakkan dalam pikiran manusia.

“Kalian Lemurian? Kalian seharusnya sudah punah puluhan ribu tahun yang lalu.” Aditya tampak bingung.

Sepertinya Riahcman dan kelompoknya telah mengalami perubahan genetika setelah mereka hidup ribuan tahun di bawah tanah. Mereka tampak berbeda dengan Lemurian yang pernah ditemui Aditya – yang waktu itu masih bernapas menghirup oksigen.

“Dan kau sudah jadi legenda.” Mayya tersenyum sinis.

“Seharusnya kau tahu, Aditya. Kenapa masih mencoba hal yang tidak mungkin bisa kau lakukan?” Riahcman bertanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Aditya terdiam.

“Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Kekuatan telekinesisnya ditekan oleh Sujattan dan Dhreaman,” Pretty menjelaskan.

“Satu orang Lemurian sudah cukup untuk melumpuhkanmu. Dua orang akan dengan mudah membunuhmu.” Riahcman melontarkan peringatan yang lebih tepat terdengar seperti ancaman.

“Mesopotamia? Beberapa kilometer di bawah tanah ….” Aditya rupanya berhasil melacak tempat kediaman kaum Lemurian yang saat ini berada di hadapannya.

“Kristal Atlantis ada di sana ….” Katanya lagi.

Aditya tampak berusaha meraih sesuatu dari laci mejanya. Sesuatu yang tampaknya akan ia gunakan untuk menyerang para Lemurian itu.

Tetapi sesuatu itu malah bergerak lebih cepat dari tangannya – dan menghunjam tubuhnya tanpa sempat ia genggam.

Aditya terjatuh dengan lambung terbuka. Luka menganga di lambungnya itu memperlihatkan lubang yang tembus ke punggungnya.

Ia tidak pernah menyangka keinginannya menemukan dan mengaktifkan Kristal Atlantis di berbagai belahan dunia malah membuka jalan bagi para musuhnya menemukan dirinya. Musuh dari puluhan ribu tahun yang lampau.

Benda yang melukainya itu sekarang melayang-layang di atas tubuhnya.

Kristal Atlantis! Dengan wujud seperti lembing, berukuran sekitar dua jengkal dan warna merah menyala yang berbeda dari yang lain.

“Entah apa maumu dengan benda ini? Apakah ini semacam alat pengendali atau apa, tetapi aku telah memperingatkanmu, kekuatanmu telah kami lenyapkan. Ada apa sebenarnya denganmu Aditya?” Riahcman menggelengkan kepalanya.

Aku tahu. Pretty juga. Aditya bermaksud mengaktifkan Kristal Atlantis, yang kami temukan di bawah tanah di Lembah Mesopotamia, untuk menghancurkan koloni Lemurian di sana. Lalu ia akan melarikan diri berteleportasi dari tempat ini dengan kekuatan Kristal Atlantis berwarna merah itu. Kristal Atlantis itu telah terkoneksi dengan Kristal Atlantis yang lain yang tersebar di seluruh penjuru dunia.

Tetapi dia tidak sempat …. atau dia sudah tidak mampu lagi ….

Ketika kekuatan telekinesisnya dilemahkan, gerakan Kristal Atlantis merah itu menjadi tidak terkendali dan malahan mengarah langsung ke tubuhnya.

Dia sekarat.

Menjelang kematiannya, Aditya tampak tersenyum.

Dia mati.

Api berwarna biru terang dan putih muncul di sekelilingnya dan kemudian menyelimuti jasad tersebut.

Dia musnah.

(Tamat)

EPILOG

Aditya ternyata adalah ayah kandungku. Fakta ini benar-benar mengejutkanku!

Setelah menikah dengan Ibuku, ia pergi mengarungi ruang dan waktu untuk melanjutkan misinya. Ia kembali lagi setelah aku remaja. Saat itulah ia menyadari kekuatanku dan menjadikanku alat untuk meraih kekuasaan tertinggi di republik ini. Ketika aku dinilainya mulai membangkang, ia bermaksud menyingkirkanku.

Profesor Devan hanyalah alter ego dari Aditya. Ia berhasil memanipulasi pikiranku. Ibuku selama ini hanya mengenal Profesor Devan. Ia tidak pernah tahu kalau Aditya dan Profesor Devan adalah orang yang sama. Dengan kemampuannya, tidak sulit bagi Aditya untuk memainkan peran sebagai dua orang yang berbeda.

Pretty pun tidak menyadari kalau selama ini ia bekerja membantu Aditya. Sebagai seorang Atalan sejati, kemampuan Aditya memang jauh di atas Pretty yang hanya seorang replika Atalan.

Nanomachine yang ditanamkan dalam tubuhku sebenarnya berfungsi untuk melakukan rekayasa genetika, memanipulasi DNA dan menghilangkan unsur Atalan dari dalam diriku. Itulah sebabnya Pretty tidak mengetahui kalau aku adalah seorang Atalan – keturunan dari Aditya. Para Lemurian itu juga tidak mengetahuinya. Sebenarnya Aditya ingin membunuhku ketika ia menyadari aku tidak bisa dikendalikannya, tetapi ia membiarkanku hidup sampai tiba waktunya bagiku dijadikan senjata pamungkasnya.

Adityalah yang telah menghancurkan Atlantis. Dia menghasut para tetua untuk mengirim kelompok perintis pergi ke masa awal dari segalanya. Aditya mengetahui perjalanan menempuh waktu yang tak berujung itu akan mengikis habis kekuatan fisik dan mental mereka. Mereka tak akan mampu lagi mengendalikan Kristal Atlantis. Aditya kemudian menguasai Kristal Atlantis dan menggunakannya untuk menenggelamkan benua itu ke dasar laut.

Namun ketika ia tidak memperoleh apa yang ia inginkan, ia pergi ke masa lalu jauh sebelum Atlantis tercipta dan ia kembali menggunakan Kristal Atlantis sebagai detonator, memicu peledakan supervolcano Toba yang mengakibatkan kehancuran Lemuria dan memunahkan penduduknya. Sisa-sisa Lemurian yang hidup kemudian bermukim di bawah permukaan bumi tetapi mereka tidak pernah lupa kepada Aditya, sang nemesis atau the archenemy bagi kaum Lemurian. Mereka terus menanamkan imajinasi fisik mengenai Aditya dan karakteristik DNA-nya pada pikiran keturunan mereka. Mereka tahu Aditya mampu melakukan perjalanan menembus ruang dan waktu, itulah sebabnya mereka harus mengantisipasi kemunculan Aditya di masa depan yang mungkin akan kembali membawa kehancuran bagi generasi Lemurian yang akan datang.

Para Lemurian juga tidak bersikap pasif, mereka bergerak mencari dan berusaha menemukan Aditya orang yang dianggap sebagai pelaku genosida terbesar sepanjang sejarah bumi. Selama puluhan ribu tahun mereka terus mencari.

Motif Aditya menghancurkan spesies dan peradaban tertentu masih kabur hingga saat ini. Para Lemurian menduga ia adalah seorang mercenary – pemicu konflik yang menghancurkan suatu planet dan kemudian menjualnya, yang menjalin bisnis dengan ras lain atau alien yang membutuhkannya. Bumi merupakan planet yang kaya akan sumber alam. Dugaan lain adalah Aditya ingin menciptakan bumi seperti firdaus – jadi ia ingin mengulangi proses penciptaan dari awal. Apa pun motif Aditya, satu hal sudah pasti: terjadinya pemusnahan umat manusia secara masif.

Kelompok Lemurian di bawah pimpinan Riahcman telah kembali ke asal mereka. Mereka membiarkan dunia mengetahui keberadaan mereka tanpa bisa menemukan mereka. Toh sudah selama puluhan ribu tahun mereka berhasil menyembunyikan diri.

Saat ini, pascabencana tersebut, pemerintahan berbagai negara di dunia – didukung oleh PBB, bekerja sama bahu-membahu memperbaiki kerusakan yang terjadi akibat bencana alam yang dipicu oleh Kristal Atlantis. Lebih dari dua miliar manusia menjadi korban – tewas, terluka, kehilangan harta benda dan tempat tinggal, serta penderitaan lainnya. Namun aku percaya, dengan bekerja sama – rakyat dan pemerintah, semuanya akan berakhir dengan baik.

Indonesia akan segera mengadakan pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang baru. Untuk sementara pemerintahan dipimpin oleh Tauffan Goffar yang saat ini menjabat sebagai Mensesneg.

Yon tidak berhasil diselamatkan – seorang hacker berhasil masuk ke database milik TNI dan menghapus semua data-data cyborg yang ada di sana.

Aku sendiri sudah memperoleh tubuh baru. Just an ordinary man and machine. Tubuh manusia-cyborg “biasa”. Ya, aku bukan lagi Manusia Atlantis. Saat ini aku memilih untuk berkelana keliling dunia bersama Pretty dan Sheva. Kami juga membebaskan Pretty-Pretty yang lain untuk menjalani profesi sesuai keinginan mereka. Namun demikian kami tetap berhubungan dengan mereka di mana pun kami berada. Kami tidak berhasil menemukan Pretty 0.

Aku bermaksud menemukan Kristal Atlantis yang lain dan berusaha untuk menjaga keberadaan mereka dan merahasiakannya. Biarlah Kristal Atlantis tetap hidup dan memberikan kebaikan bagi planet ini beserta penghuninya.

********

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun