“Mbok cuma sendirian di sini?” tanya Sora. Matanya menatap sekeliling ruangan itu. Rumah kecil berdinding anyaman bambu ini cuma memiliki satu kamar tidur – ruangan tempat Sora berdiri saat ini.
Di hadapannya tampak sebuah tempat tidur dari kayu yang dibuat seadanya. Mirip dipan. Hanya ada selembar kasur tipis di atasnya.
“Iya, Nak,” jawab Saripah yang dipanggil si Mbok itu.
“Kalau aku menginap di sini, lalu Mbok tidur di mana?” tanya Sora lagi.
“Mbok hari ini kebetulan menginap di rumah ponakan Mbok.” Saripah tersenyum sambil memandangi Sora.
Sora merasa tidak nyaman dengan tatapan mata si Mbok itu.
Ia manggut-manggut seolah mengiyakan jawaban perempuan tua itu. Usianya mungkin sekitar enam puluh tahun.
“Baiklah, Mbok. Aku jadi memakai tempat ini. Biayanya tujuh puluh ribu ya untuk semalam.” Sora lalu mengeluarkan dompet dari dalam tasnya. Ia mengeluarkan uang sejumlah tujuh puluh ribu dan menyerahkannya pada Saripah.
“Terima kasih, ya, Nak. Cukup semalam saja nginapnya?”
Sora tersenyum. “Iya, aku semalam saja di sini.”
“Baiklah, kalau begitu. Kalau Nak ada perlu, panggil si Mbok saja, ya. Rumah ponakan si Mbok tidak jauh kok. Dua rumah dari sini,” kata Saripah lagi.