Mohon tunggu...
Sa'diah Ayu Putri
Sa'diah Ayu Putri Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang\r\nFB : Sa'diah Ayu Putri\r\n

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

"Kita Autis ga sih?"

20 September 2014   22:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:06 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MASYARAKAT AUTIS

Teknologi semakin berkembang. Yah wajar saja jika generasi muda kita, mulai dari balita sudah semakin cerdas menggunakan alat teknologi sekarang ini. Bayangkan saja, mulai dari HP jadul berlayar hitam - putih, sampai HP tanpa tombol. Bahkan sekarang, tanpa menyentuhnya pun sudah bisa di operasikan. Mulai dari perkembangan computer dan perangkatnya, laptop, sambai tab. Apa sih yang tidak bisa dikembangkan oreh manusia?. Jika kita memikirkan terlalu dalam, otak manusia bisa mengalahkan pantium computer ciptaan manusia. Pentium core I3 pun masih bisa dikalahkan oleh kapasitas yang dimiliki oleh manusia.

Saya jadi teringat oleh pesan Bapak Albert Einstein. Begini pesannya:

“Aku takut pada hari dimana teknologi akan melampaui interaksi manusia. Dunia akan        memiliki generasi yang idiot”. -Albert Einstein-

Faktanya nih, di Indonesia, banyak anak balita sudah bisa mengoperasikan gadget. Miris sekali. Dunia bermain mera jadi semakin individualis. Apalagi dengan adanya kecanggihan dunia sosial media. Pelajar pun ikut semakin asyik dengan dunianya sendiri. Tak terima pelajar, tukang becak juga ikut - ikutan ng-eksis. Hemh semakin aneh saja kan dunia ini?. Memang benar kata Bapak Einstein. Dunia sosial semakin menjadi individualis. Masyarakat semakin mengautiskan diri mereka sendiri. Mereka asyik dengan dunia mereka sendiri. Coba kita flashback ke masa lalu. Teknologi belum begitu maju dan canggih. Orang ngangkot aja pada berbincang dan kenalan satu sama lain. Nambah teman kan?.

“Eh mbak namanya siapa? Mau kemana? Asalnya mana mbak?”

Akhirnya kenal kan satu sama lain? Biarin aja dibilang “kepo”, yang penting nambah teman. Coba sekarang, boro - boro mau kenalan. Noleh senyum aja enggak. Semua pada megang hp sendiri - sendiri. Dan ujung - ujungnya nih, semua pada ketawa - ketawa sendiri sama si HP. Aneh kan? Coba kalo ketawanya sama tetangga yang duduk disebelahnya. Udah dapet pahala, nambah temen, disenyumin balik. Disapa balik. Tuh kan juga udah ada sunnahnya,

“Senyummu ketika berjumpa saudaramu adalah ibadah.” ( HR. Al-Baihaqi )

“Senyum manismu di hadapan saudaramu dan orang lain adalah sedekah” (HR. Tirmidzi)

Jika kita terus hidup dalam kepalsuan dunia maya, bagaimana tidak jika kita memang benar - benar telah mengautiskan diri sendiri? Masak iya, ceritanya ada yang sakit nih. Trus pada update status, “Hiks...hiks...sakit nih, jarum suntik, infus pada nancep”. Lalu tuh status yg nge-like 50 orang. Wihh, senengnya minta ampun. Padahal nih ya, mentok juga paling komentarnya juga cuma ngucapin, “yang sabar ya.. Moga cepet sembuh”. Atau kalo nggak gitu cuman “GWS ya...”. Aduh.. Ini kan dunia nyata. Coba kalo orang dulu, meskipun nggak gaul pake gadget - gadgetan. Tahu satu dateng seribu. Misal,

“Eh si Edi kemmarin masuk rumah sakit, kata kena tifus”

Kemudian satunya balesin, “Dirawat di RS mana?”

Langsung deh, ga pake nunggu lama langsung dibesuk (dijenguk). Udah gitu dibawain oleh - oleh entah apa. Dateng pun ga sendirian seneng kan? Ngrasa jadi diperhatiin? Biasanya nanti kabarnya merembet. Yang jenguk jadi tambah banyak. Suasana hati seneng. Akhirnya cepet sembuh. Nah kan dunia sosial nyata tuh lebh asik.

Ya memang dunia teknologi itu sangat penting. Tapi ya memang juga harus kita kadarkan dong. Tidak usah meng-autiskan diri. Masa iya dari jaman SMP, SMA, bahkan sampe kuliah nih temen satu sekolah, satu kampus, atau satu rekan kerja aja ga kenal. Padahal udah berapa lama tuh ngabdikan hidup disana tapi ga kenal sama siapa - siapa.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun