Mohon tunggu...
Sa'diah Ayu Putri
Sa'diah Ayu Putri Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang\r\nFB : Sa'diah Ayu Putri\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Behavior-Therapy dan Psikodinamika" Dalam Intervensi Klinis

9 April 2014   17:30 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:52 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam tataran ilmu psikologi, intervensi klinis dikenal sebagai pemecahan suatu masalah dengan memberikan terapi – terapi tertentu, atau yang lebih dikenal sebagai istilah psikoterapi. Alasan penggunaan intervensi klinis sendiri didasarkan pada tiga alasan yakni,


  1. Ameliorasi, ialah menolong orang atau sistim sosial untuk menanggulangi masalah – masalah yang telah terjadi. Misalnya, menangani orang yang sedang cemas atau mengalami kegagalan dalam hidupnya.
  2. Prevensi, meliputi usaha – usaha untuk meramalkan masalah – masalah sebelum masalah itu semakin berkembang. Misalnya, dalam bentuk merencanakan suatu pembangunan suatu pusat rekreasi agar masyarakat tidak melakukan tindak kriminal.
  3. Pengembangan, adalah usaha untuk membantu orang meningkatkan keterampilan pribadi, relasi dan lingkungan hidupnya. (Wiramihardja, 2012:158)

Ada begitu banyak jenis psikoterapi yang bisa dipakai dalam intervensi klinis dari beberapa teori pikologi yang ada. Diantaranya adalah : psikoanalisis dan behavior-therapy. Jika mendengar kata psikoanalisis, kita akan terbayang pada teori Freud yang mengorientasikan masalah pada manusia melalui alam bawah sadarnya (unconsciousness). Yang dimaksud dari psikoanalisis sebagai sebuah terapi adalah usaha untuk menjelaskan gejala yang dikeluhkan oleh seorang pasien secara mendalam hingga sampai pada inti masalah.


Dalam  psikoanalisis suatu abnormalitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan kerja antara ID, EGO dan super EGO yang merupakan sisi psikologis manusia. Dalam ketidakseimbangan ini misalnya, ketika seseorang mengalami suatu kejadian yang tidak ia senangi dan tidak bisa ia pecahkan dan kemudian masalah tersebut semakin larut dan terus berlanjutt tanpa adanya suatu pemecahan. Masalah tersebut akan terbawa dan tersimpan kedalam alam bawah sadarnya secara dengan tidak sengaja. Hingga akhirnya masalah tersebut akan mempengaruhi pola pikirnya. Teori Freud  menawarkan banyak bentuk terapi / teknik/ metode yakni:


  1. Asosiasi bebas, menyampaikan semua masalah yang dialami pada saat itu
  2. Analisis mimpi, adanya tema – tema tertentu yang merupakan produk psikis yaitu adanya ketengangan dalam realita yang tak dapat terselesaikan sehingga tersalurkan / terrepress kedalam alam bawah sadar yang kemudian terslurkan dalam mimipi, jadi sebenarnya merupakan asosiasi juga.
  3. Flooding, menghadapi suatu masalah / ketengangan/ ketakutan dengan menghadapi ketakutan tersebut secara langsung.
  4. Katarsis, peluapan emosi negative yang dialami.
  5. Disentisasi, penyelesaian suatu ketegangan/ ketakutan yang dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit. Dan disela – sela terapi diberikan sugesti positif.

Adapun melalui tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Freud, yakni oral, anal, falik, laten, dan genital. Abnormalitas menurut Freud juga dimungkinkan terjadi karena adanya masalah atau gangguan yang terjadi dalam satu tahap perkembangan seseorang. Sehingga masalah tersebut dapat menjadi pribadi seseorang tersebut.


Metode yang kedua yakni dari behavior – therapy, beberapa jenis terapi yang dilakukan dengan teori ini yakni,


  1. Relaksasi, pengaturan berupa gerak motorik untuk mengendurkan tegangan yang ada yang kemudaian dapat mengendurkan ketegangan jiwa juga. Misalnya : dengan menarik nafas.
  2. Disentisasi sistematis, membuat tidakk sensitifnya seseorang terhadap suatu hal, keadaan, atau pendapat dan sistematis. Misalnya, menangani seseorang yang takut ular. Disini klien diperlihatkan gambar ular  dari jarak jauh, jika klien tidak menunjukkan ketegangan, maka jaraknya akan diperdekat, begitu seterusnya sampai pada penunjukkan ular yang asli. (Wirahimardja, 2012:177)
  3. Operant conditioning, yakni aplikasi penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif diberikan jika perilaku sesuai dalam membentuk kebiasaan yang diinginkan. Sedangkan penguatan negative diberikan apabila terdapat tingkah laku yang tidak diinginkan.
  4. Modeling, belajar melalui pengamatan. Disini klien diperlihatkan model yang tepat agar klien dapat meniru bagaimana upaya yang dilakukan model tersebut dalam mengatasi masalahnya.
  5. Pelatihan asersi, pelatihan sikap dan kemampuan asertif. Kemampuan asertif adalah kemampuan untuk mengekspresikan apa yang ada dalam diri dedeoarang secara mandiri dan tegas, serta memuaskan, rasional dan juaga tanpa meng-agresi maupun mengikuti orang lain. (Wiramihardja, 2012:179)
  6. Biofeedback, pembiasaan perilaku otomatis manusia. Perlibatan alat perekam secara terus menerus memantau respon fisik subjek dan tampilan respon tersebut kepada subjek. Misalnya pencatatan detak jantung, dan subjek mengamati dan menerima umpan balik.(Wiramihardja, 2012:180)

Masih banyak lagi jenis terapi yang ingin saya sampaikan, dan akan saya lanjutkan di sesi berikutnya, selamat belajar… (^_^)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun