Mohon tunggu...
Sa'diah Ayu Putri
Sa'diah Ayu Putri Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang\r\nFB : Sa'diah Ayu Putri\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Humor Bahasa Komunikasi"

7 Juli 2014   05:48 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:12 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

BAHASA KOMUNIKASI

Beberapa minggu yang lalu, setelah ujian akhir selesai, saya memutuskan untuk pulang kerumah. Yah seperti biasa, saya membantu ibu berjualan nasi bungkus. Lokasi rumah saya dekat dengan panti werda (panti jompo). Di panti jompo tersebut sering digunakan sebagai tempat magang oleh para mahasiswa. Tepat di sebelah rumah saya, adalah rumah tante saya, sebut saja bu Sri. Rumah bu Sri sering sekali digunakan sebagai tempat kost anak magang.

Yah, waktu itu setelah sholat isya’ seperti biasanya. Kami berkumpul dihalaman teras bu Sri, saling berbagi cerita satu sama lain. Ketika itu, saya mendapatkan cerita lucu dari tante saya tersebut. Kami tertawa terpingkal dan terbahak - bahak setelah mendengar cerita dari beliau.

Begini ceritanya …

Mahasiswa yang kost dirumah bu Sri berasal dari Madura. Yap.. tebak saja, pasti kebanyakan dari mereka, dan mungkin hampir semuanya tidak bisa menggunakan bahasa jawa. Ketika mahasiswa baru datang, bu Sri menjelaskan isi rumah tentang ini dan itu. Waktu maghrib tiba. Bu Sri heran, kenapa lampu dari rumah si mahasiswa belum menyala, bahkan sampai isya’ lampu masih tetap mati. Bu Sri mencoba bertanya pada mahasiswa tersebut. “mas! Lampune kok nggak dinyalakan?” (mas! Lampunya kok belum dinyalakan?). bu Sri mengulanginya hampir beberapa kali, tapi tidak ada jawaban. Akhirnya, bu Sri membiarkannya. Sewaktu si mahasiswa kebetulan melewati depan rumah buu Sri, beliau langsung menanyakan pada mahasiswa tersebut. “mas? Lampunya kok ndag dinyalakan?”. “gak apa - apa bu, saya belum belajar kok bu” (jawab mahasiswa tersebut). Yah spontan saja bu Sri langsung tertawa terpingkal - pingkal. “owalah mas - mas. Maksud saya tadi itu lampunya ndag apa - apa dinyalakan, lampunya kan terang, jadi enak buat belajar. Jadi ya dinyalain aja mas, meskipun ndag belajar”. “oh.. iya bu, ndag apa - apa”. (jawab si mahasiswa).

Flash back dari cerita ini. Waktu itu ketika bu Sri menjelaskan tentang rumah, beliau menyampaikan pada mahasiswa “mas, ini lampunya nyalanya terang, di buat belajar enak.” Nah,, ceritanya si mahasiswa ini salah menangkap pesan dari bu Sri. Dikiranya lampunya hanya boleh dinyalakan kalau si mahasiswa sedang belajar atau mengerjakan tugas. Hehehe.. yups,, intinya jadi salah paham kan??

Dari sini, saya mendapatkan hikmah yang sangat penting. Bahasa komunikasi kita dalam sehari - hari ternyata sangat penting. Seperti menata bahasa komunikasi kita. Mungkin sering kita tidak menyadari tentang bahasa atau kata - kata yang kita gunakan dalam percakapan sehari - hari. Akhirnya, mungkin ada pihak yang merasa tersakiti atau terhina hanya karena penggunaan bahasa kita yang kurang benar, akhirnya terjadi salah pemaknaan atau penafsiran pesan dalam bahasa komunikasi kita. Bisa - bisa maksud kita baik, tetapi malah menjadikan diri musuh bagi orang lain.

Yah.. pelajaran yang cukup berharga bagi saya. Awal liburan yang menyenangkan. Dari pengalaman tersebut, saya bisa menyimpulkan bahwa “Perkataan adalah Pedang, siap menghunus kapan saja”. Hehehe.. ☺by : S.A.P.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun