Sabtu pagi (7 September 2017), awan kompak menghalangi hangatnya mentari. Alun-alun Kidul sudah ramai dengan masyarakat yang berlari pagi mengelilingi alun-alun. Saya duduk di seberang sisi timur menunggu teman-teman untuk memulai sebuah LDR. Sebuah perencanaan yang sudah digagas seminggu lalu. Sekian menit kemudian mereka datang.
Kami memulai perjalanan panjang ini dari Alkid (Alun-alun Kidul), menuju ujung pulau Jawa bagian selatan sekitar pukul 6. Kami akan menghadapi rute datar sepanjang 25 Km. Perjalanan terasa lancar dan mungkin memakan waktu yang lumayan singkat karena kami tiba di sana pukul 7 lebih sedikit. Langit benar-benar telah tertutup oleh awan hitam sesampai kami di sana.
Di Pantai Samas, rintik-rintik gerimis turun. Baru saja menikmati udara pantai dan deburan ombak, hujan turun. Padahal cahaya mentari juga sedang cerah-cerahnya. Kami menunggu hujan reda di warung terdekat. Tak lama hujan-terang berhenti. Kami tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabadikan citra di sekitar pantai. Menurut kami destinasi ini merupakan pencapaian terjauh hingga saat ini, bersepeda hingga ke pantai, apalagi bagi om Made yang memulai dari jalan lingkar utara. Oh iya, masuk kawasan pantai ini kami tidak membayar, bukan karena kami kabur dari pos TPR, namun belum posnya masih tutup ketika kami melewatinya.
Pantai Samas ini menurut saya seperti pantai pada umumnya, ada ombak dan pasir yang bersih. Hanya saja di pantai ini ditawarkan wisata menaiki perahu yang disediakan di bibir pantai. Juga ada beberapa perahu nelayan yang "diparkirkan" di pantai.
Setelah puas mengambil citra dari beberapa sudut, kami melanjutkan pengembaraan kayuhan kami ke destinasi awal yang ingin kami tuju, yaitu kebun cabai. Saya bersungguh-sungguh, destinasi kami adalah kebun cabai. Namun kebun tersebut mendadak jadi tenar karena pembatas kebun ditanami bunga matahari yang menarik untuk diunggah menjadi terbitan di Instagram.
Biaya masuk ke lokasi adalah lima ribu rupiah, dan pengelola mengingatkan agar kami tidak memetik bunga yang ada. Kami memuaskan diri berfoto di taman cabai ini, tentu saja tidak berfoto dengan cabai. Sempat terjadi insiden yang menimpa saya, kaki saya menyandung batang pembatas blok-blok kebun. Hasilnya: bengkak dan lecet karena saya menyandungnya cukup keras. Nyeri, namun tidak menghalangi kaki untuk mengayuh.
Pemandangan pantai juga tak kalah indah, dengan pemandangan ombak lumayan tinggi dan pasir yang bersih. Sayang karena ombak tinggi tersebut, percikan air laut kerap kali membasahi lensa kamera sehingga kami kesulitan untuk mengambil beberapa gambar yang menghadap ke pantai.
Puas berfoto di pantai dan hutan cemara, dengan sisa tenaga kami mengunjungi mercusuar yang tadi terlewat sebelum ke Goa Cemara. Posisi mercusuar ini sangat dekat sehingga tidak butuh waktu lama untuk mencapainya. Di sana kami memarkirkan sepeda dan masuk dengan membayar biaya 5000. Tinggi mercusuar mencapai 40 meter, saya batal mencapai puncak merecusuar yang terdiri sekitar 5 lantai.Â