Mohon tunggu...
Reza Pahlevi
Reza Pahlevi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Film dan Televisi UPI

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pameran Seni Dikala Covid-19 Mulai Membaik

25 Oktober 2021   19:08 Diperbarui: 25 Oktober 2021   19:31 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pameran seni merupakan sebuah wadah bagi para seniman untuk mempublikasi berbagai macam karyanya yang telah dibuat. Para penikmat seni juga dapat mengapresiasi hasil dari buah pikir para seniman yang dipajang di pameran. Dalam pameran seni kita dapat memperluas perspektif kita dengan berinteraksi dengan karya seni. Selain itu pameran seni dapat memberikan kita inspirasi baru dengan melihat karya-karya yang terpajang. Pameran seni juga menjadi tempat pelestarian budaya karna seni juga adalah salah satu dari aspek kebudayaan. Dengan mengunjungi dan mengapresiasi karya seni, kita mengambil peran pula dalam pelestarian dan kemajuan budaya. 

Belakangan ini setelah kabarnya pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia mulai mereda, pemerintah akhirnya memberi izin kepada masyarakat untuk menyelenggarakan kegiatan yang memiliki skala besar baik itu festival, konser maupun pameran. Meskipun begitu tetap ada beberapa persyaratan yang diberikan dimana pemerintah hanya akan memberikan izin jika kasus Covid-19 di area sekitar penyelenggaraan acara telah terkendali.

Original Photo by Reza
Original Photo by Reza

Melihat kesempatan itu, beberapa seniman di daerah Bandung sepertinya berlomba-lomba menggelar acara pameran seni, beberapa diantaranya adalah yang digelar di Lawang Wangi Creative Space pada tanggal 15 Oktober 2021 sampai dengan 15 November 2021 dengan tema Irrational Wishes yang dikurasi oleh Axel Ridzky, lalu ada pameran yang bertajuk "Ekuilibrium: Karya dan Pikiran Rita Widaglo" yang digelar di Selasar Sunaryo Art Space pada tanggal 17 September 2021 sampai dengan 24 Desember 2021 yang dikurasi oleh Nurdian Ichsan. Di Orbital Dago, Daniel Nugraha menggelar pameran tunggalnya yang berjudul "Serap Tampak Tapak" yang digelar pada tanggal 23 Oktober 2021 sampai dengan 21 November 2021. Selain itu,  FSRD ISBI juga mengadakan pameran seni yang bertajuk "HONJE" atau "Haritage Of Native Jabar Exhibition" jilid 2.

Original Photo by Reza
Original Photo by Reza

Pameran HONJE jilid 2 ini digelar bersamaan dengan Dies ISBI Bandung yang ke-53 dan bertempat di Thee Huis Gallery, Taman Budaya Jawa Barat yang berada di jalan Bukit Dago Selatan pada tanggal 17 Oktober 2021 sampai dengan 22 Oktober 2021. Dalam pameran ini ditampilkan sekitar 40 karya dengan berbagai macam teknik pendekatan seperti lukisan, drawing, desain produk, desain fesyen, artcraft, instalasi, patung dan lain sebagainya. Seluruh karya yang ditampilkan juga adalah hasil dari para Mahasiswa, Alumni, dan Staf Pengajar ISBI Bandung. 

Pameran HONJE jilid 2 ini mengangkat topik "Legacy" atau warisan, yang menurut Press Release yang diterbitkan, ini menawarkan ruang pertemuan bagi beragam gagasan penciptaan seni civitas akademika FSRD ISBI Bandung yang tumbuh dalam ruang lingkup kehidupan yang terbuka antara bekal ketradisian budaya setempat dan arus modernisasi yang terus berkembang. Masih menurut Press Release, Melalui karya seni rupa dalam pameran ini diharapkan munculnya dialektika yang mempertemukan berbagai irisan gagasan seni dengan sudut pandang estetikanya yang beragam. 

Original Photo by Reza
Original Photo by Reza

Menurut Syafira, salah satu mahasiswa dari ISBI Bandung, "penyelenggaraan pameran ini bukan hanya sekedar untuk pemenuhan tugas belaka, lebih dari itu pameran ini diselenggarakan sebagai upaya untuk mempertahankan pameran-pameran yang sudah mulai berkurang karna pandemi ini. Lalu dengan adanya pameran, mahasiswa dapat menyalurkan dan mengembangkan potensinya serta juga untuk memperlihatkan bagaimana kain tradisional dapat dikembangkan kepada kreasi fesyen modern."

"Disini biasanya kita mengkiblatkan mode busana dari eropa, padahal local culture kita juga cukup keren dan jika dikembangkan secara tepat akan memiliki daya saing yang tidak kalah dari fesyen eropa." tambahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun