Tahun 2022 menjadi puncak titik balik memanasnya hubungan geopolitik Rusia dengan Negara-negara Barat. Â Melalui siaran televisi lokal Rusia pada 24 Februari 2022 dini hari waktu setempat, Presiden Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus Rusia di wilayah Ukraina. Pengumuman tersebut menandai dimulaiya invasi Rusia ke Ukraina. Sebelumnya, penumpukan pasukan milter dalam jumlah besar di sepanjang perbatasan Ukraina-Rusia dilakukan oleh pihak Rusia sejak akhir tahun 2021. Penumpukan pasukan ini diklaim sebagai bagian dari rangkaian latihan militer, termasuk latihan militer gabungan dengan Belarusia yang diberi kode Zapad-2021. Invasi ini disebut sebagai 'Perang Hybrida' karena mengabungkan perang konvensional dan perang cyber melalui penyebaran disinformasi dan propaganda (Smart dkk., 2022). Dalam propagandanya, Rusia menyebarkan informasi dengan mengeksploitasi sejarah dan kebudayaan yang terdistorsi (diubah-ubah). Menyangkal keragaman etnis dan melakukan framing bahwa Ukraina merupakan bagian Rusia yang harus di-integrasikan, menggunakan narasi-narasi identitas nasional imperialistik (Tolz & Hutchings, 2023).
Tindakan agresif Rusia terhadap Ukraina dengan cepat mendapatkan respon dari dunia internasional. Negara-negara Uni Eropa secara kolektif menjatuhkan sanksi dengan menagguhkan beberapa sektor perdagangan dan membekukan aset-aset milik warga Rusia. Inggris dan Amerika Serikat juga menjatuhkan sanksi yang serupa. Invasi yang dibalas dengan sanksi dari negara-negara barat memicu peningkatan ketegangan geopolitik. Dampaknya dapat dilihat dalam beberapa dimensi seperti krisis energi dan pangan, krisis kemanusiaan, hingga memicu perlombaan senjata. Di luar itu, gangguan langsung terhadap keamanan nasional dirasakan Ukraina sebagai pihak yang diinvasi.
Setelah Uni Soviet runtuh, selama tiga dekade lebih kawasan Laut Hitam menjadi pemasok biji-bijian dan biji minyak, termasuk minyak nabati yang penting bagi pasar global. Rusia dan Ukraina secara akumulatif menyumbang sekitar 12% dari total perdagangan kalori dunia, keduanya termasuk dalam lima besar eksportir global pada sektor gandum, sereal, biji-bijian, jangung, dan biji bunga matahari. Ukraina sendiri memasok 50% dari seluruh kebutuhan minyak bunga matahri global. Invasi Rusia menjangkau area di Ukraina Timur dan Selatan, termasuk area di Semenanjung Krimea yang diduduki Rusia secara ilegal sejak 2014. Pendudukan Krimea menyebabkan gangguan perdagangan dari Ukraina ke luar akibat blokade pelabuhan di Laut Hitam. Hal ini berakibat pada krisis dan kenaikan harga pangan dunia. Negara-negara di Sub-Sahara Afrika merasakan dampak dengan lonjakan harga pangan dan bahan bakar yang mengancam perekonomian kawasan ini (Selassie & Kovacks, 2022).
Sementara itu, Rusia adalah eksportir gas alam yang menyumbang sekitar 20% dari perdagangan global. Secara khusus Rusia memasok sekitar 40% dari impor gas alam Uni Eropa sebelum invasi. Sanksi perdagangan yang dikenakan oleh negara-negara Uni Eropa berdampak pada blokade perdagangan energi dengan Rusia. Pada pertengahan Juli 2022, ekspor turun menjadi 1,2 miliar kaki kubik per hari, level terendah dalam hampir 40 tahun terakhir (IEA, 2022). Antara Januari hingga November 2022, impor gas pipa dan gas alam cair dari Rusia oleh Uni Eropa menurun mencapai kurang dari seperempat yakni sekitar 24,6% (Union, 2023). Segera setelah invasi, harga energi melonjak di seluruh dunia, mencapai kenaikan 20% selama lima bulan berturut-turut (EU, 2023). Kondisi ini merupakan dampak krisis energi akibat Invasi Rusia sejak Februari 2022.
Invasi merupakan bentuk pelanggaran terhadap kedaulatan negara. Invasi yang berarti pengerahan kekuatan militer dan persenjataannya tentunya memicu konflik pertumpahan darah. Korban yang berguguran tidak hanya berasal dari pihak militer kedua negara, tetapi juga warga sipil yang berada di area konflik. Dari data yang diperoleh per tanggal 15 Mei 2023, sejak serangan pertama yang dilakukan oleh Rusia pada tanggal 24 Februari 2022, terdapat 23.821 korban dengan rincian 8.836 tewas, dan 14.985 mengalami luka-luka dengan perincian sebagai berikut; (1) 19.175 korban (6.680 tewas dan 12.315 luka-luka) di wilayah yang dikuasai oleh pemerintah Ukraina saat korban terjadi seperti di Donetsk dan Luhanansk yang mengakibatkan 9.699 korban (4.022 tewas dan 5.677 luka-luka) atau di wilayah lain yang mengakibatkan 9.476 korban (2.838 tewas dan 6.638 luka-luka); (2) 4.646 korban (1.976 tewas dan 2.670 luka-luka) di wilayah yang dikuasai Federasi Rusia ketika korban terjadi seperti Donetsk dan Luhansk yang menjatuhkan 3.113 korban (697 tewas dan 2.416 luka-luka) atau di wilayah lain 1.533 korban (1.279 tewas dan 254 luka-luka) (PBB, 2023). Data ini dipastikan akan bertambah mengingat invasi masih terus berlangsung hingga akhir 2024 ini. Krisis kemanusiaan di Ukraina berakibat pada banyaknya warga yang meninggalkan negaranya. Gelombang pengunsi akibat invasi Rusia ke Ukraina terjadi di Eropa dan sekitarnya. Berdasarkan data dari Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) terdapat lebih dari 6 juta pengungsi asal Ukraina sejak tahun 2022.
Tindakan Rusia tidak hanya berdampak pada krisis energi, pangan, dan kemanusiaan. Invasi ini menyebabkan rasa tidak aman akan potensi konflik bersenjata di seluruh dunia. Beberapa negara terutama di Eropa mulai meningkatkan belanja militernya menyusul peristiwa di Eropa Timur. Polandia sebagai negara yang langsung berbatasan dengan Ukraina merasakan ketidakamanan akibat kehadiran militer Rusia di wilayah negara tentangga. Pengeluaran militernya melonjak sebesar 75% pada tahun 2023 dari tahun sebelumnya. Bersama-sama dengan 10 negara anggota NATO lainnya meningkatkan belanja militer pada 2023, dengan belanja pertahanan sebesar 4,3% dari PDB pada tahun 2023 dan peningkatan 2,1 poin persentase dari tahun 2021, Polandia merupakan pelopor peningkatan belanja militer NATO. Polandia bahkan mengesahkan Undang-Undang Pertahanan Tanah Air untuk meningkatkan anggaran pertahanannya secara permanen menjadi 3% dari total Pendapatan Domestik Bruto nasional, dan juga membentuk dana pertahanan di luar anggaran reguler (Janes, 2022). Peningkatan belanja militer tidak hanya terjadi di Eropa. Di Asia Timur misalnya, Tiongkok meningkatkan belanja militernya hingga 6% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini menimbulkan dilema keamanan bagi negara lain di kawasan itu, mendorong Jepang dan Taiwan yang masing-masing meningkatkan belanja militernya hingga 11% (SIPRI, 2024).
Selama Invasi Rusia sejak 2022, banyak negara yang mengirimkan bantuan persenjataan kepada Ukraina. Negara-negara seperti Inggirs, Prancis, Amerika Serikat, dan lainnya mengirimkan banyak peralatan militer guna mempersenjatai Tentara Ukraina untuk mempertahankan negara. Â Di sisi lain, Rusia mendapatkan suplai persenjataan dari negara sekutunya seperti Tiongkok dan Korea Utara. Bahkan berdasarkan laporan terbaru yang dikonfirmasi oleh Menteri Pertahanan Amerika Serikat Llyod Austin, Korea Utara sudah mengirimkan personel militernya ke Wilayah Rusia dekat perbatasan Ukraina (Defense.gov, 2024). Pengiriman Pasukan Korea Utara ini juga dilaporkan oleh intelejen Korea Selata, bahkan Korea Selatan berencana mengirimkan personelnya ke Ukraina guna memonitoring pasukan Korea Utara.
Invasi Rusia sejatinya merupakan bentuk penjajahan atas Wilayah Ukraina. Ukraina telah memisahkan diri semenjak bubarnya Uni Soviet dan memiliki kedaulatan sebagai sebuah negara. Tindakan offensiv Rusia bukan pertama kali terjadi. Pada tahun 2014, Rusia juga menyerang wilayah Semenanjung Krimea di Ukraina dan mendudukinya hingga saat ini. Invasi ini menimbulkan dampak yang luas secara global, menimbulkan ketegangan geopolitik dengan negara-negara barat, mengancam keamanan pangan dunia, mengganggu pasokan energi global, menciptakan krisis kemanusiaan dan gelombang pengungsi, hingga memicu negara di seluruh dunia untuk berlomba-lomba memperkuat militernya.
Referensi:
Selassie, A. A., & Peter Kovacks. (2022, April 28). Africa Faces New Shock as War Raises Food and Fuel Costs. IMF Blog. https://www-imf-org/Blogs/Articles/2022/04/28/blog-africa-faces-new-shock-as-war-raises-food-fuel-costs?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
SIPRI. "Global Military Spending Surges Amid War, Rising Tensions and Insecurity," April 22, 2024. https://www.sipri.org/media/press-release/2024/global-military-spending-surges-amid-war-rising-tensions-and-insecurity.
Smart, B., Watt, J., Benedetti, S., Mitchell, L., & Roughan, M. (2022, October). # IStandWithPutin versus# IStandWithUkraine: the interaction of bots and humans in discussion of the Russia/Ukraine war. In International Conference on Social Informatics (pp. 34-53). Cham: Springer International Publishing
Tolz, V., & Hutchings, S. (2023). Truth with a Z: disinformation, war in Ukraine, and Russia's contradictory discourse of imperial identity. Post-Soviet Affairs, 39(5), 347-365.
U.S. Department of Defense. "Austin Confirms North Korea Has Sent Troops to Russia," n.d. https://www.defense.gov/News/News-Stories/Article/Article/3943880/austin-confirms-north-korea-has-sent-troops-to-russia/.
Ukraine. "REPORT ON THE HUMAN RIGHTS SITUATION IN UKRAINE: 1 February to 31 July 2023," n.d. https://ukraine.un.org/en/248372-report-human-rights-situation-ukraine-1-february-31-july-2023.
Union, E. C. (2023, Februari 7). Infographic - Where does the EU's gas come from? Retrieved Mei 2023, from www.consilium.europa.eu: https://www.consilium.europa.eu/en/info graphics/eu-gas-supply
US Energy Information Administration. "Russia's natural gas pipeline exports to Europe decline to almost 40-year lows - U.S. Energy Information Administration (EIA)." EIA.com, August 9, 2022. Accessed November 16, 2024. https://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=53379.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI