Mohon tunggu...
Ryu Xaverius Sugiri
Ryu Xaverius Sugiri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Saya adalah murid kolese kanisius angkatan 25

Saya murid, dan membuat akun ini untuk pembelajaran bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tanggapan Pak Ari

19 Mei 2023   16:51 Diperbarui: 19 Mei 2023   17:01 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dari artikel yang saya baca, saya mendapatkan bahwa Gus Dur merupakan sebuah pemimpin dengan gaya yang humoris. Gus Dur selalu menyisipkan anekdot atau cerita pendek lucu di dalam forum-forum agar bisa menghilangkan ketegangan. Ia menyampaikan berbagai kritikan melalui media humor dalam bentuk sindiran, sehingga kritikan bisa lebih diterima. Tetapi gaya pimpin Gus Dur juga membawa kontroversi, dimana orang lain bisa marah saat mendengar anekdot yang Gus Dur sampaikan. Karena standar dan kritik dari masyarakat yang kurang toleran

Anekdot sendiri adalah sebuah teks, yang memiliki elemen humor, dan arti dan tujuan dari teks tersebut merupakan pesan tersirat yang berupa sindiran atau kritikan halus. Anekdot juga memiliki tujuan untuk menghibur pembacanya melalui humor, dan terdiri dari struktur yang lengkap. Ini adalah alasan mengapa Gus Dur menyampaikan banyak hal melalui teks anekdot, karena ia bisa memberikan kesenangan dan menghibur pendengarnya, dan juga bisa melakukan kritikan ringan terhadap hal yang dia mau sampaikan. Jarang lagi kita akan menemukan pemimpin yang seperti ini.

Pada suatu sore, ada satpam yang sedang melamun menjaga pintu kawasan bulu tangkis. Seseorang menggunakan baju olahraga, membawa tas bulu tangkis besar, lewat. Satpam hanya memberikan perhatian sebentar, dan kembali melamun. Kemudian, sebuah pasangan dengan pakaian rapi lewat, Satpam hanya melihat sebentar keheranan, kemudian dengan cepat melupakannya. Setelah itu seseorang dengan pakaian Arab datang membawa tas besar. 

Satpam tersebut langsung panik dan berdiri mencegat orang Arab tersebut lewat. "JANGAN MASUK, BERIKAN SAYA CEK DULU TASNYA" teriak satpam tersebut. Orang yang berpakaian arab terbelalak kaget, dan memberikan tasnya untuk dicek, isinya adalah raket, botol minum, dan baju. "Kau ngapain disini?" tanya satpam tersebut dengan tajam. "Yahh, saya mau main bulu tangkis pak, ini kan lapangan bulu tangkis" balas orang berpakaian arab tersebut. "Oh begitu ya, maap maap" balasnya. "Emangnya bapak pikir saya ngapain? Bawa Bom? Hanya karena saya berpakaian arab? Orang-orang sebelumnya saja tidak dicek barangnya. Satpam hanya bisa menunduk sambil merasa bersalah.

Dari cerita anekdot ini, dapat dilihat bahwa Satpam yang bertugas disitu ternyata membeda-bedakan orang hanya karena pakaiannya. Ini merupakan sindiran bahwa status sosial dan tampak dari luar dapat mempengaruhi perlakuan  orang lain terhadap kita.

Fungsi dominan yang ada di alam teks anekdot diatas, adalah sebagai sindiran terhadap pemikiran-pemikiran yang sudah mencemari pikiran kita, yang menyamakan orang arab dengan teroris islam. Karena satpam menduga dengan keras bahwa berpakaian arab berarti teroris yang membawa bom, sehingga ia menghentikan orang tersebut. Teks anekdot ini juga memiliki faktor kelucuan sedikit, karena reaksi berlebihan dari satpam. Tapi fungsi utamanya adalah sebagai sindiran terhadap pandangan sosial dan budaya kita.

Teks Anekdot di atas sangat berhubungan dengan peristiwa yang terjadi sekarang. Terlebih lagi di luar negeri, karena di luar negeri orang yang berpakaian Islam akan dicurigai sebagai anggota dari ISIS. Ini juga bisa dihubungkan dengan rasisme, bahwa ada bias tertentu terhadap kulit yang berbeda. Contohnya saja di Amerika, Orang yang berkulit gelap memiliki kemungkinan ditangkap 5 kali lipat lebih besar daripada orang berkulit putih. Dimana rasisme dari polisi mempengaruhi pandangan kejahatan.

Di dunia, banyak sekali perbedaan agama, ras, suku, budaya, yang bisa mempengaruhi seseorang dalam mengambil kebutuhan. Tetapi topik ini cukup sulit untuk dikritik karena banyaknya variasi yang ada. Teks anekdot merupakan salah satu media untuk mengkritik hal ini, karena anekdot bisa memberikan kritikan tersebut secara halus, dan sekalian juga bisa menghibur para pembaca atau pendengar dari teks anekdot tersebut. Oleh karena itu, Gus Dur membuat banyak anekdot yang humoris agar bisa lebih mudah dan nyaman dalam menyampaikan pesan yang ada tanpa begitu banyak kontroversi. (YK)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun