Mohon tunggu...
Refki Riyanto
Refki Riyanto Mohon Tunggu... Wara-wiri -

aku hanya lah aku, tak pernah mau menjadi kau atau siapapun.

Selanjutnya

Tutup

Money

Pendidikan Anak adalah Aset Orang Tua

8 Oktober 2015   01:14 Diperbarui: 8 Oktober 2015   01:21 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Di zaman yang semakin modern dan semakin mahal, segala sesuatu harus kita persiapkan jauh-jauh hari. kehidupan yang baik adalah kehidupan yang memiliki perencanaan yang matang, dan tersusun dengan baik. harus punya opsi lebih, sama seperti kita berinvestasi “jangan meletakkan telur disatu keranjang”, artinya kita harus menyiapkan opsi-opsi jika rencana satu terbentur kita bisa menjalankan rencana cadangan, semua kembali seberapa kuat kita berusaha dan seberapa banyak kita berdoa, selanjutnya biarkan tuhan yang membuka jalan untuk kita nikmati, dan tetap bersabar jika apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan kenyataan.

Sebelum menikah lebih baik kita menyiapkan dana untuk pernikahan itu sendiri dan setelah pernikahan, jangan habiskan uang hanya untuk pesta pernikahan walau mungkin ada yang berpandangan menikah sekali seumur hidup tapi bukan berarti kita harus boros kan, tidak perlu membeli sesuatu yang tidak kita butuhkan, hanya sekedar keinginan yang terlalu memikat hati, akhirnya memperkeruh pikiran. Yang penting dari pernikahan adalah setelah pesta pernikahan itu sendiri. Sisihkan dana sepertiga dari penghasilan untuk biaya pernikahan (biasanya juga biaya pernikahan ini sharing antara kedua belah pihak, walau pihak pria lebih besar), sepertiga untuk biaya setelah pernikahan, sepertiga untuk menikmati hidup jika ada sisanya tetap di saving. Dana yang peruntukannya untuk pra dan pasca menikah bisa diinvestasikan ke dalam bentuk emas batangan atau perhiasan lainnya bisa berlian atau produk lainnya, atau ke dalam bentuk investasi yang lain. Saya sarankan investasikan dalam emas atau perhiasan, kenapa saya pilih emas, resikonya kecil dan liquid serta harga jualnya stabil, sama seperti tanah walau naiknya tidak terlalu signifikan.

Setelah menikah tentunya kita bisa joint income dengan pasangan. Dana yang kita siapkan untuk pasca menikah, jikalau pasangan juga melakukan hal yang sama, tentu bisa digabung. Dana ini bisa digunakan untuk uang muka rumah dan biaya untuk persalinan anak, selama masa bangun rumah kita paling satu atau dua tahun sewa rumah dulu, atau bisa menumpang dengan orang tua atau mertua jika memungkinkan, bisa berhemat juga kan. Dana untuk biaya sewa rumah bisa kita alihkan untuk hal yang lain seperti menambah biaya persalinan anak. Kita bisa bermufakat bersama, berapa besar penghasilan masing-masing, dan berapa besar biaya untuk kebutuhan hidup selama sebulan, dan berapa besar kontribusi masing-masing untuk mengatur keuangan keluarga. Biasanya para istri akan selalu menyatakan penghasilannya adalah miliknya sedangkan penghasilan suami adalah milik bersama, untuk para suami jangan berburuk sangka dulu ya, para istri itu justru akan menyelamatkan keuangan keluarga disaat genting, jadi alangkah baiknya kita komunikasikan dengan baik, bijak dan berpikiran terbuka.

Setelah kita tahu berapa kebutuhan bulanan, biasanya kisaran 30 s.d.40 persen dari total penghasilan bersama adalah untuk kebutuhan hidup. Anggap saja dari gabungan penghasilan tersebut 30 persennya adalah untuk biaya hidup. Saya sudah singgung diatas mengenai pembelian rumah tinggal, 30 persen dari penghasilan nantinya untuk membayar cicilan rumah, sisanya adalah 40 persen dan biasanya setengah adalah milik istri dan akan tetap menjadi miliknya. Berarti setengahnya menjadi dana untuk bersama. Sarankan kepada para istri, dana yang ada pada mereka diinvestasikan dalam bentuk apa saja, daripada hanya disimpan didalam dompet, dana tidak bertambah dan bisa jadi berkurang. Investasi bisa dalam bentuk apa saja, pilihlah yang resiko kecil, dan mudah dicairkan kapan dibutuhkan.

Pendidikan anak adalah investasi untuk orang tua dan anak itu kelak, kenapa saya katakan pendidikan adalah salah satu bentuk investasi juga, seumpama keluarga itu adalah satu perusahaan, anak-anak adalah asset kita, kita sebagai orang tua adalah Owner, Direktur sekaligus Manager. Maka jadilah kita sebagai owner, direktur dan manager yang cerdas. Bisa menjadikan asset kita sesuatu yang berharga kelak, yang dapat dinilai oleh pihak lain dengan nilai yang tinggi, maka berikanlah pendidikan yang layak untuk putra-putri kita. Pendidikan yang layak tentunya tidak gratis dan juga tidak murah, apalagi kalau kita menginginkan anak kita sekolah di sekolah yang kurikulumnya internasional (bukan fasilitas yang internasional ya), tentu dengan biaya yang tidak sedikit. Dari anak balita kita bisa melihat bagaimana pola belajar anak sehingga kita tidak salah memilih sekolah untuk mereka kelak, karena sekolah adalah tempat kedua mereka disaat playground dan menjadi tempat pertama mereka jika sudah naik ke tingkat selanjutnya karena sebagian waktu yang mereka habiskan ada disekolah.

Bagaimana kita menyiapkan dana pendidikan untuk putra-putri kita kelak. Di atas sudah saya bahas bagaimana kita bermufakat bersama pasangan untuk menentukan berapa besar penghasilan agar bisa memilah-milah penghasilan tersebut ke dalam pos pengeluarannya masing-masing. Dana yang ada pada istri jangan diganggu gugat, kelak dana tersebut akan cair sendiri. Sisa dana yang 20% bisa kita siapkan untuk dana pendidikan anak nanti, dana tersebut dapat kita investasikan dalam bentuk apa saja. Pihak Perbankan maupun lembaga keuangan lainnya banyak mengeluarkan produk-produk untuk mempersiapkan dana pendidikan ini, tinggal kita memilah mana yang sesuai dengan kebutuhan kita.

Cermat dan telitilah memilih produk-produk tersebut, jika kita tidak tahu mengenai produk-produk tersebut baik fungsi dan resikonya, kita tinggal bertanya kepada ahlinya atau kita meluncur kedalam gadget mengandalkan mesin pencari. Sekali lagi saya katakan “jangan meletakkan telur disatu keranjang”, investasikan dana tersebut kedalam investasi yang berbeda, usahakan ada investasi jangka panjang dan ada investasi jangka pendek, ini dilakukan untuk menyiasati rentang waktu pendidikan anak, usia sekolah TK hanya dua tahun setelah itu masuk ke tingkat selanjutnya. Biaya untuk pendidikan anak ini harus kita siapkan sebelum si anak lahir, itu lebih baik sama halnya seperti kita menyediakan payung sebelum hujan.

Investasi jangka pendek bisa berupa deposito, emas dan perhiasan berharga lainnya, dan banyak lagi produk-produk yang ditawarkan oleh perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Investasi jangka panjang bisa berupa saham, obligasi maupun surat berharga lainnya, properti baik berupa tanah maupun rumah, dan banyak jenis investasi jangka panjang lainnya. Investasi emas bisa masuk dalam kategori jangka pendek maupun jangka panjang, karena mudah dicairkan.

Silahkan pilih investasi yang aman dan menguntungkan untuk pendidikan putra-putri anda. dunia semakin maju kita juga harus semakin cerdas dan berpikiran luas. Kelak anak tersebut akan menjadi kebanggaan orang tua. Dan ingatlah selalu jika penghasilan kita sedikit, pengeluaran kita juga harus lebih diperhatikan.https://www.axa-madiri.co.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun