[caption id="attachment_347920" align="aligncenter" width="360" caption="Sumber: http://goo.gl/N9aYqf"][/caption]
Banyak orang terutama mereka yang sudah tua, mudah melupakan sesuatu, tidak ingat dengan apa yang mereka baru atau ingin lakukan. Bahkan pada tahap paling parah, seseorang bisa melupakan banyak hal dan kejadian yang kita kenal dengan amnesia.
Berbeda dengan amnesia, ingatan yang salah atau lebih dikenal dengan false memory, adalah sebuah keadaan di mana kita mengingat sesuatu yang salah atau mengingat satu hal yang menjadi bias, sehingga kita sulit membedakan mana yang sebenarnya terekam di ingatan kita dan mana yang bias.
Contoh sederhana adalah saat kita melihat sekilas baju berwarna oren di butik atau di toko baju yang menurut kita lumayan, tapi tidak terlalu bagus, apalagi jika kita lebih suka motif dibandingkan warnanya. Ketika ditanya dan kita berusaha mengingat tentang warna pakaian tersebut, ingatan kita menjadi bias. Tiba-tiba saja kita lupa, apakah pakaian tersebut berwarna merah atau oren.
Lebih sederhana lagi, saat kita bermimpi, kita tiba-tiba punya ingatan lain terkait dengan mimpi tersebut. Namun begitu bangun, kita bisa tiba-tiba lupa sama sekali tentang mimpi tersebut dan segera bisa membedakan kenyataan dan mimpi.
Contoh lainnya, ketika kita melihat sebuah tabrakan di lampu merah dan kita serta beberapa saksi lainnya dimintai keterangan oleh polisi. Ingatan kita mengatakan bahwa tabrakan terjadi karena mobil yang tertabrak menerobos lampu merah. Namun karenasebagian besar atau semua saksi lain mengatakan bahwa lampu sudah hijau, sehingga kesaksian tersebut mensugesti pikiran kita dan menjadikannya menjadi false memory.
False memory seringkali membiaskan ingatan sehingga kita jadi ragu dan merasa bahwa ingatan tersebut benar.
Pada tahapan yang parah, false memory akan membuat orang yang mengalaminya tidak dapat membedakan antara kenyataan dan false memory tersebut.
Salah satu contoh kasus yang pernah saya tonton di Discovery Channel, menceritakan mengenai orang yang menonton televisi, yang menceritakan tentang sekte sesat, kemudian apa yang dia lihat dalam acara tersebut,terbawa ke dalam pikirannya. Pada akhirnya, dia percaya bahwa dia mengalami sendiri kejadian tersebut dan menceritakan bagaimana seramnya berada di sana seolah dia mengalaminya sendiri.
Tahapan tersebut dikenal dengan misinformation effect atau efek kesalahan informasi di mana penderita tidak dapat membedakan mana ingatan palsu atau imajinasi dan mana yang asli karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, dalam kasus ini, televisi adalah pemicunya atau pada kasus lainnya, dipengaruhi oleh sugesti dari orang-orang yang dianggap kredibel oleh penderita.
Pada tahap ini, seseorang butuh terapi dan konsultasi pada ahli kejiwaan. Untuk terapi sendiri, para ahli terapi akan menanyakan pertanyaan yang sama berulang-ulang untuk berusaha mengembalikan dan mencari bias informasi dari ingatan tersebut.
Ada banyak metode yang bisa dilakukan, namun untuk menghadapi orang-orang dengan false memory, membutuhkan ahli terapi yang berpengalaman dan memang sudah terbiasa menanggani kasus seperti ini.
Seorang ahli terapi harus dapat membedakan antara false memory dengan real memory, selain itu pemilihan kata dan sugesti juga harus diperhatikan, jangan sampai terjadi kesalahan dalam memberikan sugesti yang mengarahkan klien pada ingatan yang sebenarnya untuk mencari akar masalahnya. Kesalahan terapi bisa mengakibatkan pendalaman traumatis atau menciptakan trauma baru pada pasien.
Pada penelitian yang dilakukan pada beberapa orang, orang-orang yang ditanya berulang kali tentang sebuah peristiwa, terutama untuk mereka yang pernah mengalami trauma dengan peristiwa tersebut, akan lebih mudah tergiring ke arah false memory.
Misalnya saja, saat seorang anak, korban pelecehan ditanyakan tentang area tubuh mana saja yang disentuh, korban yang tengah berusaha mengingat dan samar-samar, kemudian misalnya, diarahkan dengan pertanyaan, “paha?”. Tiba-tiba, korban yang ingatannya samar-samar tergiring ke arah false memory, terutama jika berkali-kali ditanya hal yang sama, maka anak tersebut akan mengatakan “ya”.
[caption id="attachment_347919" align="aligncenter" width="582" caption="Sumber: http://goo.gl/HClqk8"]
Lantas, apa bahaya dari false memory?
1. Orang yang mengalami false memory sering kali mengalami gangguan atau keraguan dalam mengingat sesuatu. Misalnya saja, saat seseorang menaruh kunci rumah di atas kulkas, tapi di ingatannya, dia menaruh kunci tersebut di dalam tas. Dalam hal ini, ingatan bias disebabkan oleh kebiasaan yang sering kali mengarah pada false memory.
2. Orang yang mengalami false memory tidak dapat membedakan antara realita dan false memory. Keadaan ini bisa membuat seseorang menjadi percaya akan kenyataan semu dan seringkali trauma karena false memory yang tidak menyenangkan. Biasanya mereka sering berubah-ubah dalam mengungkapkan pengalaman mereka terkait sebuah kejadian.
3. Ekspektasi dan imajinasi dari orang yang mengalami false memory cenderung berlebihan. Misalnya saja ketika orang yang mengalami false memory diarahkan oleh ahli terapi kepada keinginan ahli terapi. Pada beberapa kasus, misalnya saja ahli terapi percaya bahwa masalah tersebut disebabkan oleh pelecehan seksual, maka seorang terapi bisa saja malah mengarahkan klien ke arah false memory.
[caption id="attachment_347922" align="aligncenter" width="528" caption="Sumber: http://goo.gl/db4hhh"]
Ekspetasi juga bisa berasal dari “imajinasi liar” seseorang yang mengalami false memory, mulai memainkan peran yang sesuai dengan keinginan orang tersebut. Biasanya lebih cenderung kepada apa yang tidak dia dapatkan di kehidupan nyata. Misalnya saja seseorang merasa bahwa dia sudah menjadi seperti seorang tokoh idolanya, padahal itu hanya sebuah bentuk imajinasi saja.
4. Tahapan lain yang jarang diketahui adalah seseorang yang mengalami false memory, bisa mengalami MPD (Multiple Personality Disorder) atau kepribadian ganda. Secara teori, banyak yang merasa bahwa false memory dan MPD adalah dua hal yang berbeda. Namun, beberapa orang percaya bahwa false memory adalah salah satu penyebab MPD.
5. Mudah tersugesti atau terpengaruh oleh sugesti-sugesti orang lain. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan otak untuk membedakan ingatan yang asli atau palsu. Sehingga, orang-orang pada golongan ini, lebih mudah dipengaruhi.
6. False memory mempengaruhi sikap dari orang yang mengalaminya. Dia bisa saja menjadi takut tanpa alasan, tertekan, terobsesi, lebih menutup diri sampai membuat kepercayaannya terhadap false memory tersebut semakin dalam.
[caption id="attachment_347918" align="aligncenter" width="400" caption="sumber: http://goo.gl/Kihyqf"]
Cara mencegahnya, dapat dilakukan dengan berbagai cara, beberapa tips dari saya di antaranya:
1. Ubah kebiasaan-kebiasaan buruk, beri pola baru, sadari bahwa sikap kita terbentuk dari pikiran yang dikonstruksikan oleh kegiatan kita sehari-hari. Biasakan pola hidup yang lebih rapi, letakkan barang di tempat yang memang mudah kita ingat dan biasakan kebiasaan tersebut. Tidak ada yang mustahil, semua bisa dilakukan jika diiringi niat.
2. Beri sugesti positif terhadap diri sendiri, hindari penggunaan kata-kata negatif seperti, “semua orang menganggap saya bodoh” dan sebagainya. Ganti dengan kata-kata seperti misalnya, “saya akan jadi lebih baik” dan sebagainya.
3. Mulailah mencatat dan mengingat mimpi-mimpi Anda. Hal ini akan membantu kita untuk lebih fokus dan lebih mudah dalam proses recall memory atau ingatan kita, sehingga akan mengurangi kemungkinan false memory.
4. Tuangkan imajinasi atau pikiran, juga emosi ke dalam bentuk sebuah karya. Bisa berupa gambar, tulisan dan sebagainya, dengan demikian kita bisa mengurangi tekanan-tekanan yang memungkinkan kita untuk mengalami false memory.
5. Meditasi dan melatih pernafasan adalah salah satu cara untuk memperkuat daya ingat dan melancarkan pasokan oksigen ke otak. Penelitian membuktikan bahwa otak yang dipenuhi masalah atau tegang, terutama untuk mereka yang merokok, kekurangan pasokan oksigen. Kurangnya oksigen menyebabkan menurunnya konsentrasi dan kemampuan recall memory.
6. Istirahat yang cukup dan makan makanan bergizi. Apa yang kita komsumsi dan waktu istirahat yang cukup membantu otak untuk bekerja lebih baik.
Semoga dengan memahami tentang false memory, kita bisa selangkah lebih paham bagaimana cara memperbaiki kemampuan mengingat kita. Untuk artikel-artikel terkait tentang false memory, bisa dilihat pada sumber-sumber yang saya cantumkan dalam referensi.
Tulisan ini adalah tulisan ringan dan ringkas untuk memahami sekilas mengenai false memory. Kritik dan saran, serta komentar, silakan isi di kolom komentar.
Tulisan ini adalah karya pribadi dan beberapa di antaranya adalah pengalaman dari beberapa orang atau buku, juga televisi.
Silakan copy paste, tapi tetap cantumkan nama dan email penulis.
Referensi:
Penulis: Hong Kosan Djojo
Email: ryukiseki@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H