Mohon tunggu...
M. Yusuf Apriyadi
M. Yusuf Apriyadi Mohon Tunggu... -

Seorang pemuda yang hanya mencoba mengisi hidup yang bernilai. Merupakan salah seorang pendiri komunitas Kalfa (http://www.facebook.com/groups/kalfa/).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pertunjukkan Teater Satu "Visa"

5 Juni 2011   09:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:51 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masing-masing melakoni alamiah, pria maho bertingkah laku dan berpakaian banci, mahasiswi bersikap membaca buku, dua pelajar berbincang-bincang yang sepertinya membahas pelajaran, orang gaul jadi autis bbm dan sms, bapak-bapak sibuk teleponan, ibu-ibu sedang berbicara dengan pemuda kantoran yang gagap, dua pekerja sales saling berdiam diri dengan gaya duduk yang berbeda di kursi masing-masing.

Terdengar mereka berbicara sesuai dengan masing-masing urusannya sehingga kita melihatnya seperti menonton sebuah adegan di TV tetapi dengan format real show. Sebetulnya mungkin lebih tepat kita melihat sepotong kisah kejadian di dunia nyata yang dibawa ke alam panggung ini.

Dalam penceritaannya terasa sekali khas Indonesia disini kendati dalam kenyataannya tidak mungkin ada disebuah kedubes AS, contohnya ada pengamen yang ngamen di kedubes AS, adanya lakon autis bbm, sms, dan telpon yang seenaknya (berteriak-teriak gak jelas), antrian yang gaduh, main dorong-dorongan dan rebutan menjadi yang terdepan. Melihat dari pengalaman nyata seorang sahabat, tidak mungkin ada pengamen yang berani mengamen, hp/bb/alat elektronik dilarang dibawa kedalam kedubes, dan yang penting tidak ada antrian gaduh karena AS tipenya paranoid dalam hal keamanan.

Yang menarik bagi saya adalah tidak adanya orang yang berlakon menjadi petugas kedubes AS disini. Saat adegan antrian yang gaduh, mahasiswi yang mendapat antrian depan berlaku seolah-olah sedang berbicara dengan petugas keamanan yang galak tetapi petugasnya sendiri tidak ada. Yang hebat itu akting mahasiswi, dia berlaku seolah-olah ada orang didepannya dan meminta maaf kepada petugas invisible yang galak itu.

Selain itu, adapula adegan bercerita, dimana beberapa pelakon diberi porsi berbicara ke depan penonton. Maksud kedepan adalah benar-benar kedepan penonton, seolah-olah pelakon sedang berbicara kepada para penonton. Bagi saya yang pertama kali nonton teater, buat saya menjadi menarik, didalam cerita ini seolah-olah penonton itu adalah para petugas-petugas kedubes AS yang mengawasi mereka.

Cerita terus mengalir dari awalnya ceria, segar, lucu (banyak penonton yang tertawa terbahak-bahak melihat polah maho yang bencong sekali, terutama di antrian gaduh dimana maho itu terjepit diantara kedua salesman yang saling dorong), suram, stress, dan depresi.

Setelah beberapa adegan demi adegan, muncullah tiba-tiba seorang petugas kedubes AS. Dia bertindak memeriksa formulir visa dan mewawancarai pemohon visa. Tidak semua pelakon diwawancarai, hanya sebagian seperti pekerja gagap, mahasiswi, dan ibu-ibu. Cara mewawancarainya pun berbeda. Petugas kedubes AS, berdiri di belakang panggung yang dilatari gambar anjing bulldog besar dan pemohon visa menatap para penonton.

Dari sini kita bisa melihat ekspresi mereka berdua. Mereka bercakap-cakap, sayangnya ane susah menangkap suaranya soalnya tempat duduknya ga bagus, berada diatas banget, bagi saya suaranya terdengar sayup-sayup, belum lagi emang ane bukan termasuk pendengar yang baik... Well, kata sahabat sih, mereka bercerita banyak hal bahkan ada puisi yang dibacakan, katanya isinya begitu padat sehingga kalau dituliskan bisa berbab-bab untuk menjelaskannya. Katanya pula kata-kata puisinya bagus sekali. Well tak banyak komentar yang bisa saya katakan... T-T .

Terlepas dari dialog, buat saya yang menarik adalah simbol-simbolnya yang dihadirkan. Berupa ekspresi senang, sedih, stress, depresi dan down ada disini. Klo tangisan, jangan harap ada. Ceritanya sendiri berakhir ketika semua orang akhirnya mendapat visa dari kedubes AS yang paranoid, dan prosedur yang berbelit-belit. Setelah itu semua pelakon menggandengkan tangan dan menundukkan kepala seraya mengucapkan terima kasih, para penonton bertepuk tangan bersahut-sahutan.

Acara selesai, sebagian penonton ada yang menyalami, berbincang-bincang, foto-foto dengan para pelakon, adapula yang ngobrol-ngobrol antar temannya. Klo saya dan sahabat langsung keluar membeli minuman karena haus :P . Disela-sela pembicaraan mengenai pertunjukkan teater, kata sahabat, sebenarnya pelakon petugas AS adalah pelakon pemuda gaul karena di akhir pertunjukkan tiba-tiba pemuda gaul hilang tak berbekas diganti petugas kedubes AS.

Katanya pula bukan petugas AS menyamar jadi pemohon tetapi mungkin kekurangan pemain sebab tidak ada cerita yang menceritakan kalau ada pergantian peran pemohon ke petugas. Bahkan para pemohon tidak ada yang berekspresi kaget bahwa petugas AS adalah pemohon gaul yang bikin ribut-ribut dengan autisme dan teriak-teriak gak jelas di hp-nya. Kalau menurut saya sih mungkin saja itu adalah intel AS buat memantau para pemohon sebagai tanda arogansi dan keparanoidan AS terhadap para pemohon visa. Yah pendapat bisa aja berbeda kan? :P .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun