Ali : Lo berdua puasa?
Jhos : Masak kita biarin lo puasa sendiri!
Cindy :Kan biasanya puasa pertama sama keluarga!!
Percakapan itu adalah sebagian dari cuplikan iklan toleransi keberagaman dalam agama, yang dibuat oleh Google Indonesia saat Ramadan pada tahun 2016 lalu. Iklan yang dikemas begitu apik ini, menonjolkan sisi persahabatan yang memiliki perbedaan dalam keyakinan beragama.
Persahabatan yang tak mengenal status, agama dan ras ini begitu kental terlihat dalam film pendek karya Rudi Soedjarwo. Ali, Cindy dan Josh, merupakan tiga pemain yang ada di dalam film berjudul Google Ngulik Ramadhan-Satu Dalam Kita.
Cerita persahabatan dalam bingkai keberagaman beragama dimulai saat, ketiga sahabat tersebut mendapatkan sebuah panggilan audisi musik band di Bali. Namun, karena panggilan audisi tersebut tepat di awal puasa Ramadan. Ali tak tega meninggalkan ibunya seorang diri saat berbuka pertama.
Mengetahui hal tersebut, Cindy dan Josh mengurungkan niat untuk berangkat audisi. Akan tetapi, berkat ijin dari ibunya Ali, mereka akhirnya bisa berangkat ke Bali. Tapi dengan syarat, Ali meminta kepada dua sahabatnya tersebut untuk berangkat dari rumahnya selepas sahur bersama ibunya.
Meski telah mendapatkan restu dari ibunya Ali, namun Cindy dan Josh merasa sungkan. Karena Ali harus melewatkan buka pertama tanpa ibunya. Untuk itu, kedua sahabat yang beragama Nasrani ini memilih berpuasa selama perjalanan ke Bali demi menemani Ali.
Kisah ini begitu simpel, namun sangat mengena di hati. Keakraban, kekeluargaan, dan sikap saling menghargai begitu kental terlihat di antara mereka. Sikap tersebut, nyata tergambarkan dalam semboyan bangsa ini, Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu.
Ya benar. Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman. Baik suku, adat, budaya, agama hingga bahasa. Untuk itu, sudah sepatutnya kita sebagai warga Indonensia berbangga diri telah memiliki itu semua. Memiliki kerukunan antar agama yang masih terus terjaga dengan baik hingga saat ini.
Melihat keberagaman seperti ini, saya jadi ingat sosok Gus Dur yang tidak lain adalah bapak pluralisme agama. Beliau begitu dicintai dan dielu-elukan berkat pluralisme dan kedamaian yang ia ciptakan. Baik dalam pemikiran maupun praktis berkehidupan. Beliau pun, sangat melindungi kaum minoritas yang selama ini hanya dipandang sebelah mata saja.
Sebenarnya, Indonesia akan sangat baik-baik saja jika kita bisa menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari, tanpa embel-embel apapun. Janganlah kotori negeri ini, dengan tindakan dan perkataan yang dapat menyakiti semua orang. Karena hidup damai itu sangat indah!!