Dimana letak kesalahan antara pengemis dan mengemis?
Menjadi pengemis dan bekerja dengan cara mengemis, sebenarnya sebuah kesalahan. Karena, jika penyakit masyarakat ini ada sedikit perhatian khusus dari pemerintah daerah, maka saya yakin tidak ada lagi namanya pengemis.
Tidak akan ada pemandangan orang meminta-minta di pinggir jalan. Atau bayi-bayi yang digendong ibunya sebagai modus mencari belas kasih. Padahal, tindakan ini terbukti sebagai eksploitasi anak dibawah umur.
Namun, kenapa pemerintah seakan cuek dan tutup mata membiarkan mereka. Kenapa tidak ada tindakan tegas yang membuat mereka jera dan enggan kembali di jalan. Kenapa dan kenapa!!
Padahal, Pemerintah Kota Surabaya saja bisa menerapkan Peraturan Daerah yang melarang tegas adanya pengemis. Bahkan, hampir di semua sudut kota tak ada satu pun pengemis yang mangkal. Kenapa Surabaya saja bisa, kota lain tidak.
Dan di bulan Ramadan ini, saya tak mau menyalah siapa-siapa. Baik itu pengemis atau pemerintah daerah. Jika keberadaan pengemis cukup mengganggu mata, maka jangan beri mereka uang. Cukup bersedekah di masjid saja, jika anda merasa ragu.
Namun, jika anda ikhlas tanpa embel-embel apapun. Baik itu terkait perda atau rasa iba, jika anda ingin memberi, maka bersedekahlah. Biarkanlah sedekah yang anda berikan menjadi urusan Allah, bukan urusan orang lain. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H