Berada lama-lama di dalam hutan dan tidak membawa bekal makanan yang cukup, bukan menjadi kendala bagi masyarakat Dusun Begagan, Desa Begagan Limo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Pasalnya, mereka memiliki trik khusus dalam mengatasi perut keroncongan, meski harus tinggal berhari-hari dalam hutan belantara.
Dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di sana, masyarakat Begagan tetap bisa menikmati menu enak ala survival yang tak kalah lezat dengan menu rumahan. Seperti yang dilakukan oleh Kardi, salah satu warga yang sehari-hari menggantungkan hidupnya untuk menggarap tegal yang ada tepat di dalam hutan lereng Gunung Anjasmoro.
Hanya berbekal beras yang dibawa dari rumah, Kardi bersama teman-temannya memasak demi memanjakan perut yang sudah berontak saat berada jauh dari pemukiman. Sebagai petani yang banyak menghabiskan waktu di tengah lebatnya pepohonan, tak membuat Kardi berharap membeli makan enak selayaknya di rumah.
Untuk menyiasati itu, Kardi membuat Sego Bumbung atau nasi bambu yang dimasak dengan cara dibakar. Untuk memasaknya, ia memanfaatkan pohon bambu yang tumbuh liar di dalam hutan. Pertama-tama, seruas bambu dipotong dengan membuat lubang secukupya sebagai tempat menanak beras. Sedangkan untuk ukuran bambu, disesuaikan dengan banyaknya nasi yang akan dimasak.
Untuk menghasilkan nasi yang pulen, komposisi air yang digunakan sama persis seperti memasak nasi di rumah. Setelah nasi dan air tercampur dalam satu bambu, lubang yang dibuat tepat di tengah bambu kemudian ditutup dengan sedikit kuncian supaya nasi masak dengan sempurna.
Uniknya dalam memasak nasi menggunakan bambu, mereka tidak perlu membolak-balik. Bambu tetap dibiarkan sejajar begitu saja, hingga aroma nasi matang keluar dari dalam. Setelah matang dan diangkat dari perapian, nasi akan didiamkan beberapa saat supaya tanak.
Sambil menunggu nasi tanak, Kardi kemudian menyiapkan lauk istimewa yang tidak dijual dimanapun. Di sini, ia memanfaatkan tanaman yang tumbuh subur dalam hutan. Yakni, tunas rotan atau yang biasa disebut oleh warga sebagai umbut. Selonjor umbut kemudian dibakar hingga. Jika umbut telah matang, Kardi hanya mengambil bagian tengahnya saja.
Selanjutnya, umbut tersebut ia tumbuk dengan bumbu yang telah dibawah dari rumah. Bumbu teserbut seperti, cabai, kemiri dan garam. Bumbu yang dihaluskan tadi, kemudian dicmapur dengan umbut yang telah dibakar hingga matang. Setelah semuanya siap, Kardi bersama warga lainnya pun siap menyantapnya dengan menggunakan alas daun pisang.
"Makan sego bumbung, ya lauknya sama sambel kocok. Atau sabel umbut yang sudah ditumbuk halus dengan bumbu. Sebenarnya, makan seperti ini paling enak ditambah sama ikan asin. Tidak perlu digoreng, hanya dibakar saja. Untuk rasa sambel umbut-nya mirip makan biji mlinjo, agak pahit sedikit," kata Kardi.
Meski demikian, rasa khas sambel umbut yang disandingkan dengan sego bumbung, menciptakan kenikmatan tersendiri terlebih dinikmati saat masih panas. Sego bumbung sambel umbut ini, merupakan makanan khas ala masyarakat hutan di Dusun Begagan. Menu unik ini, telah turun-temurun dan hingga kini masih dilestarikan masyarakat untuk bertahan hidup di tengah hutan.