Aku merasa bersalah pada seseorang. Ini ada hubungannya dengan postinganku sebelumnya. Masih tentang bakat. Ini salahku, aku yang berfikir terlalu jauh. Hingga aku menyalahkan seseorang yang memicu pemikiranku itu. Aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf.
Kemarin aku kembali disadarkan pada give yang aku punya. Aku masih belum mendapatkannya sampai sekarang. Aku mulai membandingkan diriku dengan 3 orang di sampingku saat itu. Aku bukan pelukis, sama sekali nggak ada bakat di musik, atau design. Hah, itulah yang membuatku mulai berpikir macam-macam tadi malam.
Aku sampai di Perguruan Tinggi ini dengan banyak rendah diri yang sampai sekarang masih ada. Di sini tempat orang-orang dengan bakat istimewa dan intelegensi di atas rata-rata. Sementara aku? Apa yang bisa kuperbuat? Apa yang bisa kulakukan dengan baik? Aku tidak tau. Ini membuatku selalu saja berpikiran negatif pada diriku sendiri. Apa aku mampu? Apa aku sanggup? Dan semua itu kadang membaut ku sesak dan tidak bisa bernafas. Itu sakit kadang. Dan parahnya aku masih terus saja berpikir seperti itu sekarang.
Yang terburuk dari semua itu adalah, ketika aku mulai berpikir mengenai esensi dan hakikat aku dilahirkan. Memang ini terlalu aneh untuk dipikirkan, tapi hal semacam ini muncul begitu saja di kepalaku saat aku menghabiskan waktu sendiriku. Aku benci sendiri. Aku perlu keramaian.
Stop dengan curhatnya, kembali ke judul awal, faith. Sebenarnya ini ada hubungannya dengan paragraf awal juga. Ini hal yang seharusnya aku pikirkan. Kepercayaan pada diriku sendiri, itu yang belum aku miliki. Bahkan yang yang paling esendi dari semuanya. Jadi apa yang harus aku perbuat? Apa yang harus dimengerti? Apa yang harus aku hilangkan dari diriku?
Setiap orang punya esensi jiwa. Tujuan mereka dilahirkan di muka bumi ini. Hakikat dari jari diri individual. Lalu apa? Hal inilah yang biasanya menjadi sangat penting untuk diketahui oleh sebagian besar orang agar hidup mereka menjadi berarti. Dan untuk aku yang bahkan mengerti diri sendiri saja belum mampu, hal ini bukan sesuatu yang bisa aku pahami dalam beberapa hari saja. Bahkan aku tidak tahu butuh waktu berapa lama untuk menemukan dan memahami itu semua.
Aku bukan orang yang percaya hal semacam zodiak, tapi ini menggelikan. Kenapa isinya gini ya?
Ivy – The Survivor
Among other cherished qualities of the Ivy Celtic tree astrology sign, most prized is your ability to overcome all odds. You have a sharp intellect, but more obvious is your compassion and loyalty to others. You have a giving nature, and are always there to lend a helping hand. You are born at a time of the waning sun so life can be difficult for you at times. This sometimes seems unfair because it appears that obstacles are coming at with no prompting on your part. Nevertheless, you endure troubling times with silent perseverance and soulful grace. Indeed, Ivy signs have a tendency to be deeply spiritual and cling to a deep-rooted faith that typically sees them trough adversity. You are soft spoken, but have a keen wit about you. You are charming, charismatic, and can effectively hold your own in most social settings. Ivy signs are attracted to the Celtic tree astology sign of Oak and Ash signs.
yang menggelikan itu bagian kalau hidupku bakalan susah karena aku lahir di waktu titik balik matahari. Nggak ngerti sih sebenarnya hubungannya apa? Tapi peduli amat.
Bukan hal yang diramalkan yang paling penting, juga bukan ramalan itu sendiri. Tapi bagaimana kita bisa menyikapi dan mengubahnya menjadi sesuatu yang berharga bagi diri kita. Tak peduli serumit apapun dan sesulit apapun, kita yang mnegendalikan hidup kita. Bukan orang lain. Faith, bukan sesuatu yang muncul karena kita berusaha memahaminya, tapi keyakinan adalah sesuatu yang kita yakini, nilai komprehensif dalam diri kita, dan apa yang benar-benar membuat kita mengerti apa hakikat dari hidup kita ini. Keyakinan didasari dari diri sendiri, pemikiran secara individual. Semua besaral dari dalam diri kita, bukan dari orang lain. Semua hal yang kita putuskan dan yakini adalah hasil dari pola pikir dan karakter kita sendiri. Jadi semua itu terserah pada apa yang ingin kita miliki. Semua ada pada diri kita.
Intinya semua yang kupikirkan itu harus segera kuhentikan. Ini merusak semua hal baik yang ada di dalam diriku. Membuatku semakin tidak bisa melihat sisi positif dari semua hal yang aku miliki. Suatu saat nanti aku akan jadi seorang yang dewasa dan benar-benar mengerti apa yang harus kulakukan di dalam hidupku ini. Aku akan menemukannya. Aku yakin.