Sebetulnya saya agak malas ketika menulis artikel ini, Pertama: Sedang bosan politik. Yang kedua: Di K (Kompasiana) sudah banyak artikel politik yang bikin takjub, heboh dan viral, artikel saya mah apalah atuh.
Tapi kamarin, saya kebetulan nebeng teman dalam perjalanan pulang kantor. Maklum, mungkin karena macet, hujan dan suasana syahdu, teman saya tiba-tiba meminta saya untuk menulis soal Prabowo. Hakul yakin, pasti dia sedang keracunan iklan Kompasianival 2016 yang gemebyar dengan rencana hadirnya tokoh bangsa, pujaan para Penulis di K sebagai pendongkrak elektabilitas tulisan, Prabowo Subianto.
Saya sempat mati kutu, dan meminta saran kepadanya, bagusnya apa artikel yang ringan untuk seorang Prabowo. Jujur, saya sedang kurang mood untuk berorasi di tulisan.
"Cinta mas bro, coba dari sisi cinta.." Ujarnya
"Cinta? Modyar koe cak, kamu mau mancing aku mengompasianakan dia dari sisi percintaan? itu sih sudah basi kang"
"Apanya yang basi, cinta itu ndak pernah basi mas bro.."Â
Mobil pun berlalu perlahan menembus kemacetan Jakarta, pandangan saya tertumbuk pada bulir air hujan yang menempel di kaca mobil, menimbulkan bokeh lampu kota yang mistis namun cantik.
Cinta, adalah hipotesa analitis yang tidak pernah salah dan selalu hadir dalam setiap kondisi perputaran roda dunia.Â
Cinta bukan hanya soal asmara dua abege di balik motor matik, atau kisah ihik-ihik pak Camat dengan istri orang, tapi juga soal ekonomi, soal budaya dan tak terkecuali soal politik.
Konstelasi pembahasan cinta itu sejatinya tidak rumit, dan mengenai Prabowo yang telah membuat kawan saya heboh karena rencana kehadiran beliau di acara Kompasianival 2016, tentulah juga memiliki kaitan sederhana soal cinta.
Utamanya ketika beliau mendeklarasikan -yang oleh Kang Pepih Nugraha disebut-"Janji Suci" Batutulis dengan Megawati Soekarnoputri pada tahun 2009 lalu.
