Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ketika Yusril Berambisi dan Mama Dedeh Berfilosofi

28 April 2016   11:41 Diperbarui: 28 April 2016   14:53 8501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.news.liputan6.com

Tentu bukan ucapan sembarang dari seorang Mahatma Gandhi ketika berucap:

"Those who believe religion and politics are not connected, don't understand either". 

Jika diterjemahkan tanpa google translate maka arti bebasnya, bahwa agama dan politik adalah berhubungan, siapa yang tidak percaya maka dia tidak memahami keduanya.

Hal ini dilatar belakangi kepada perjuangan seorang Gandhi, seorang pengacara yang mengalami tindakan Apertheid di Afrika Selatan lalu kembali ke India dan memperjuangkan kemerdekaan India dari tangan Inggris. Gandi, seorang pejuang aktivis anti maintstream, terus berjuang dengan caranya (Satyagraha) bukan hanya untuk memerdekakan India dari tangan Inggris tapi juga perjuangan dari pemberontakan India Muslim yang menginginkan negara sendiri (Pakistan). Atas perjuangan itulah maka tak heran jika seorang aktivis setengah provokatif seperti Gandhi mampu mengilhami dunia.

Diduga keras terobsesi Gandhi, dengan predikat profesi yang sama, politik agamis secara terang benderang di gaungkan oleh Yusril Ihza Mahendra, seorang pengacara dan politikus yang memiliki power syndrom berlebih. Selama ini politik agamis seperti ngumpet malu-malu tikus. Buktinya, masih banyak dari kita yang berpikir "Ah, kok politik bawa-bawa agama, gak bisa lah". Anda gak percaya? coba cek Facebook anda, cari artikel yang tampak provokatif dan lihat komentar di bawah.

Di sebuah Tablig Akbar, secara cerah bung Yusril mengatakan bahwa "45% warga Jakarta menghendaki pemilih muslim, ini karena mayoritas warga Jakarta adalah muslim". Tidak perlu mencari lembaga survey mana karena kita pun bisa menyebut angka sesuka hati. Tapi yang lebih penting adalah substansi ucapannya.

Bung Yusril, sudah meng-klasifikasikan apa itu politik dan agama, bung Yusril clear menjelaskan tanpa perlu berbusa-busa bahwa politik bergandengan tangan dengan agama, mereka terkoneksi seperti cloud. Jika masih ada pemahaman yang memisahkan ya artinya belum paham. Atau memang sengaja memisahkan supaya dikira anti-primordialis dan pendukung garis keras demokrasi, yang ujung-ujungnya di komentari "Ah, munafik"

Pasti banyak yang mencemooh, pasti, penulis yakin. Karena seperti penulis pernah tulis sebelumnya (disini), bahwa primordialis sudah luntur, tidak laku lagi membawa isu agama, lho kok? nanti dijelaskan dibawah. 

Terlepas dari itu, langkah bung Yusril membawa agama dan politik dibenarkan dan dimaklumi. Kenapa? Karena memang begitu sifatnya, langkah bung Yusril adalah langkah yang benar, beliau mengambil tema yang substansial, agama. Siapa yang bisa mengelak?

Tidak ada yang berani (atau mengerti) lalu lantas mengelak, paling banter para bapak-bapak akan tersenyum kecut di atas sajadah sambil ngomong "ah, politik lu.. males ah gua", begitu pula para santriwan-santriwati yang cuma melongo melihat pesona bung Yusril seperti Christiano Ronaldo. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun