Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Maria Sharapova Gantung Raket, Alasannya Sungguh Mengharukan!

27 Februari 2020   19:50 Diperbarui: 28 Februari 2020   13:07 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: https://www.bola.com/

Saya terhenyak membaca berita kemarin, seorang petenis berbakat, cantik dan terkenal, tiba-tiba pensiun dari arena tenis, ya Maria Sharapova (32) memutuskan gantung raket. Tak butuh waktu lama, saya langsung menelponnya dan akhirnya kami sepakat untuk langsung bertemu sore itu juga. 

Hujan gerimis ketika saya menemui Maria. Ditemui di sebuah kafe kecil di bilangan Cilandak, Jakarta Selatan, Maria tampil anggun dengan jaket biru berlogo Nike kualitas premium, wajah cantiknya masih tetap seperti dulu.

Senyum cantiknya tidak memudar dan tangannya sungguh kuat mencengkram ketika kami bersalaman, khas petenis gaek. Wajar saja, Maria sudah 28 tahun menggeluti olahraga tenis ini. Prestasinya pun tak bisa dianggap remeh, salah satunya adalah menjuarai Wimbledon 2004 ketika umurnya baru 17 tahun.

Wajahnya berubah sedikit sendu ketika saya mulai bertanya soal alasannya gantung raket. "Mbak kan masih muda, umur baru 32 tahun, apa gak sayang?"

"Ya kalau sayang ya sayang mas, tapi mau bagaimana lagi.." Wajahnya menunduk, di ujung matanya sedikit tersirat gumpalan air yang siap terjatuh. Saya buru-buru mengeluarkan tisu.

"Memang bagaimana tho mbak ceritanya?"

Maria mulai bercerita, tutur katanya lembut seperti raut wajahnya. Dia bercerita bahwa hal ihwal yang membuat dirinya mantap pensiun berawal ketika suaminya mengajak dia dan anaknya pindah ke Indonesia.

"Suamiku itu kolot, dia ngajak pindah Indonesia karena menurut dia Indonesia itu gemah ripah loh jinawi, Indonesia negeri yang kaya, makmur dan sejahtera, suamiku itu cita-citanya jadi petani" Ujarnya.

Tapi alih-alih jadi petani, sang suami malah tertipu agen tenaga kerja yang berjanji membantunya untuk bekerja di ladang milik konglomerat. Maria dan keluarga justru "terdampar" di kota Jakarta yang keras. Mereka pun memulai hidup mereka dengan mencari kontrakan.

Dari hasil tenis, Maria akhirnya bisa membeli rumah, mobil dan kursus bahasa Indonesia, hidup mereka berangsur-angsur sejahtera sampai bencana itu tiba.

"Habis mas, habis..habis semua.." Kata Maria mulai terisak, air matanya pun tak terbendung. Saya pun dengan sigap mengelap pipinya yang basah.

"Waktu itu pas tahun baru 2020, kami baru saja pulang dari tahun baruan pas di kabari tetangga kalau rumah kami kebanjiran, ya Allah Gusti..kasur, TV, radio, perabotan semua kampul-kampul, paling parah motor dan mobil kami, mobil entah kemana, hanyut seperti di video whatsapp itu mas.." Sambungnya sambil terisak.

Seluruh hasil kerja kerasnya hilang. Mata saya pun menerawang membayangkan mobil Maria ada di salah satu tumpukan mobil yang ada di video viral tersebut dengan kondisi hancur, tentu saja, mobil tersebut tanpa asuransi.

"Mobil seken" Ujarnya.

Maria pun berpendapat bahwa banjir besar di daerah rumahnya karena pompa bendungan yang tidak berfungsi alias rusak.

"Mungkin tidak pernah di cek mas, sama Pemda kesel saya, bertahun-tahun gak pernah banjir kok sekarang banjir ya mas, apa sih kerja Pemda itu?" Ujarnya geram. Saya hanya bisa menyabarkan.

"Sabar mbak, karena orang sabar jadi komisaris" Kata saya. Maria menatap heran, tapi untungnya tak ambil pusing dengan ucapan saya, mungkin dia tidak paham, Maria sibuk mengelap matanya yang sembab.

Akibat itu semua, saat ini hidup mereka kembali ke titik nol. Suami yang tadinya bisa bekerja dari rumah sambil urus anak ketika Maria berlatih tenis, saat ini tidak lagi. Sang suami harus bekerja keluar rumah, salah satunya dengan menjadi driver ojek online.

Suami sibuk, anak pun tak terurus, rumah tangga Maria menjadi dilematis.

"Maklum mas, biaya hidup semakin sulit, suami juga harus bekerja menafkahi, suami narik Ojol dari subuh sampai lepas isya, ya akhirnya saya yang harus rela tinggalkan tenis demi anak-anak, bagi saya yang penting ridha suami dan tetap bertawakal, lumayan uang pensiun bisa buat modal buat warung kecil-kecilan kan mas" Ujarnya.

Saya tertegun, ternyata kepahitan hidup bisa membuat seseorang itu berhijrah.

"Tenang mas, karena yang setia akan kalah dengan yang selalu ada" Sambungnya menutup pembicaraan sambil mengutip seuntai kalimat di bokong truk, entah apa maksudnya.

Saya hanya bisa mengangguk dan mengiyakan, Maria pun berbalik menuju motor suaminya yang tampak menunggu sambil sesekali tangannya membetulkan jas hujan.

Sementara di dalam kafe sayup-sayup terdengar lantunan keroncong "Ojo Lamis" ala Endang Retnowati mengalun syahdu di tengah acara TV soal berita banjir yang masih mengguncang Jakarta.

Ah, goodbye Maria..

--------------------------

ditulis juga di www.ryokusumo.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun