Sekonyong-konyong para fans MU emosi, Ustad Syafiq bahkan dianggap pendukung radikalisme, ujung-ujungnya fans tersebut me-mention Presiden Jokowi dan Menkominfo untuk memblokir video tersebut. Ya Allah gusti ~
Saya sendiri nasionalis dan jelas mengecam radikalisme, tapi dalam kasus ini, dimana radikalismenya? Lambang MU itu jelas-jelas lambang setan kok, coba deh klean lihat lagi, masih lambang setan atau justru berubah jadi padi dan kapas?
Jadi, fans MU belum berubah, masih suka emosi dan tetap jumawa seperti dulu. Padahal hikmah dari ucapan Ustad Syafiq adalah mengajak fans MU untuk berhijrah. Ya, hijrah dari kesombongan dan kebanggaan masa lalu.
Mereka tidak menyadari bahwa Ustad Syafiq hanyalah menjawab pertanyaan dari masyarakat.
Justru pertanyaannya, kenapa masyarakat ada yang (berani) bertanya demikian? Jawabannya jelas, karena era MU sedang memudar. MU tidak lagi superior. Seperti Indonesia selepas era Soeharto.Â
Dulu, tidak ada yang berani mengkritik MU, MU tidak tersentuh, bagi yang mengkritik dipastikan besoknya dia akan menyesal karena timnya pasti kalah, bagi yang taruhan dipastikan isi dompet tinggal kenangan.Â
Bagi yang masih berharap, lupakan karena umpan Beckham akan pasti disambut Dwight Yorke di depan gawang, dan itu mimpi buruk. Persis seperti kamu yang masih berharap cinta namun pupus di ujung lidah calon mertua.
Tapi sekarang, tim MU? MU yang mana ya? Ooh yang ada setan-setannya itu??
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI