Cerita nyata ini saya dapat ketika saya menunggu adik yang operasi tumor di sebuah rumah sakit di bilangan Cilandak, Jakarta Selatan. Rumah Sakit lama tetapi lengkap, adik saya di kelas II, satu kamar berisi dua pasien.
Adik saya menggunakan asuransi swasta yang dibayarkan oleh kantornya, tidak semua gratis, ada biaya sisa yang tidak ditanggung asuransi dimana pasien harus membayar. "Yang penting gak ribet kayak BPJS, harus rujukan dulu," begitu katanya.
Ketika menunggu saya mengintip ruang pasien sebelah yang hanya dibatasi tirai warna kelabu, tirai kedua pasien kebetulan sedang dibuka ketika saya disitu.Â
Saya melihat seorang gadis kecil berusia sekitar 10 tahun, berkulit putih dan berwajah cantik yang terbaring lemah, habis operasi, pikir saya.
Gadis kecil itu ditunggui ibundanya yang berperawakan kurus, juga cantik. Demi menjaga keindonesiaan saya, saya pun mengangguk dengan senyum dan sedikit bertanya, gadis kecil itu sakit apa.
Sang ibu menjawab bahwa gadis kecil itu habis operasi tumor juga, tepatnya tumor otak. Lemas saya mendengarnya, tapi tumor tersebut kini telah diangkat dan mudah-mudahan tidak ada lagi tumor tersisa.Â
Iseng lagi saya bertanya, di mana bapaknya.
"Bapaknya masih kerja."
"Kantor?"
"Bukan, ojek online, motor mas."
Oo, saya melongo. Sang ibu seperti menebak apa saya pikirkan, dia menyambung.