Jika ada hal di dunia yang paling sepele selain hoax tujuh kontainer tak lain dan tak bukan adalah soal "buang hajat kecil" di toilet, tentu saja saya merujuk ke toilet pria, karena kalo toilet wanita mana bisa saling berinteraksi, eh gak tau ding, saya belum pernah masuk.
Ya toilet pria, pria tulen yang kalo kencing itu berdiri padahal di sunnah-kan untuk duduk, padahal kita tahu kalo kencing itu sambil duduk, kencingnya cuma 1 menit, 20 menit lainnya adalah main game.
Inilah yang membuat kaum yahudi Barat membuatkan kita toilet berdiri, efisien.
Perkara "buang hajat" ini sedemikian menggelitik saya, ketika tempo hari di suatu siang yang pelik tiba-tiba saya di datangi oleh rekan kerja. Perkaranya so simple bin so yesterday banget. Rekan saya tiba-tiba ngomong:
"Pak, apa tho pak salah saya?"
"Hah?? Salah bapak apa emangnya? kenapa?" Tanya saya bingung.
"Anu lho pak, tadi di toilet, pas kita lagi kencing bareng, kan bapak sama saya sebelahan, tapi kok saya di cuekin gitu lho?"
Omaigot demi meteor pegasus. Saya kaget.
"Masyaallah, tiada makhluk yang lebih baper di planet ini ketimbang makhluk yang kalo kencing sebelahan harus minta di tegur" Ujar saya.
"Oh, jadi bapak gak marah ya pak sama saya? Saya kira marah gitu.."
Sejak peristiwa ajaib itu, saya mulai memperhatikan "adab" di toilet. Ada aturan tak tertulis yang mengatakan bahwa menegur kawan kencing anda itu adalah pahala.