Sore hari saya keselek kopi, seorang kawan tiba-tiba me-WA saya:
"Bray, udah liat belom hasil survei Kompas?? Kompas lho ini!"
"Belum bray, emang apa isinya, kok heboh banget?" Saya sedikit pura-pura ketika jawab ini, karena saya pun menunggu hasil survei Kompas, munafik kalo saya bilang tidak.
"Jagoanmu keok! *icon ketawa sampai mengalir air mata*, Jokowi KO!"
"Hah, mosok bray, bentar tak cek"
Tak lama saya mengecek portal berita mainstream soal hasil survei Kompas, di survei itu memaparkan hasil yang sedikit mengejutkan, Jokowi-Amin di posisi 49,7% dan Prabowo-Sandi di posisi 37,4%, undecided voter: 13,4%.
Saya pengen ketawa, tapi takut dosa.
Jokowi-Amin ada di posisi di bawah 50% menurut Litbang Kompas itu memang di luar dari hasil survei papan atas selama ini (kecuali survei internal Gerindra) yang selalu menempatkan Jokowi-Amin di posisi 52%-57%. Untuk jadi pemenang Pemilu, cukup dibutuhkan hasil lebih dari 50%. Meskipun 50%+1 suara.
Tapi Kompas tampil beda, Jokowi-Amin dipasrahkan di angka di bawah 50% dikiiit, sangat sedikit. Perlu diketahui bahwa angka 50% adalah angka psikologis.
Jika anda jualan kacamata, modal anda 80 ribu, anda jual 130 ribu dengan harapan pembeli akan menawar di angka 100 ribu. Nah 100 ribu adalah angka psikologis. Jika pembeli mampu menawar di angka 100 ribu, maka pembeli biasanya merasa sudah "menang", padahal oleh penjual, memang angka itulah yang dituju.
Tak heran jika pendukung Prabowo-Sandi lantas berjingkrak girang, bahkan seperti teman saya, beberapa di antara mereka merasa pasangan Calon 02 sudah di atas angin karena pasangan 01 sudah di bawah 50%. Di atas angin apanya?