Suatu sore, Klobot asik berjalan santai selepas sekolah, menuju kerumah. Meskipun wajahnya ceria, tapi hatinya gundah. Sebab musabab, di sekolah tadi dia habis di palak oleh kakak kelas, uang jajannya sepuluh ribu ludes diambil secara semena-mena.
Tapi Klobot anak yang sabar, dengan hati mantap dia pun berdoa agar di beri rejeki dari arah yang tak di duga, sesuai ajaran Haji Rohmat, guru agamanya.
Klobot pun tiba di depan rumah dan mengucap salam. Tak ada jawaban, ah mungkin ayah sedang tidur, pikirnya.
Ayahnya memang seorang pengusaha mebel, ya Klobot lahir dari keluarga yang berkecukupan, setidaknya 12 tahun sebelum kebersamaan kami.
Klobot masuk ke ruang tengah, rumah kosong, sang mama sedang belanja dengan Maskur, si supir.
Klobot masuk ke belakang dapur ingin ambil minum, tapi tiba-tiba terdengar suara kasak-kusuk nan aneh dari sebelah kiri arah gudang yang letaknya persis dibelakang dapur. Klobot tercekat, rasa hausnya hilang berganti rasa penasaran.
Dengan langkah terjungkit, Klobot pun perlahan melangkah ke arah suara, menyusuri lorong yang tak seberapa lebar hingga tiba di ujung pintu, pintu gudang ndilalah terbuka, betul-betul kaget Klobot melihat pemandangan yang luar biasa bagi seorang anak 9 tahun.
Ayahnya sedang bersama pembantu barunya, Mirah.
Ketiganya sama kegetnya. Ayahnya langsung bertindak, segera mengambil selimut sambil meloncat menghadang Klobot di depan pintu. Dengan sigap sang ayah dengan muka masam langsung mengambil dompet dan merogoh uang 50 ribu.
Di berikannya ke Klobot dengan dengan perkataan pamungkas "Jangan bilang mama!".
Klobot tak keberatan, 50 ribu adalah jawaban doanya di sekolah tadi. Terkabul.