Lha trus apa kabar ayam goreng saya ini? Sudah ada label halal nya, MUI lho, tapi apa harus di tambah Fried Chicken "Syariah"? Apa kabar ayam goreng buatan istri saya yang di beli dari pasar?
Jika niatnya informasi kehalalan is okay, tapi kalau niatnya sudah ke arah laris manis, kok miris. Kalau ingin laris ya usaha saja, berdoa, tahajjud, dhuha dan itu saya dan kawan blogger lain tidak perlu tahu!
Kalau begini caranya anda sudah coba memperdagangkan Tuhan.Â
Termasuk bank, kalau bank itu berniat memberi informasi bahwa ada sistem perbankan yang murni syariah, monggo. Tapi kalau niatnya untuk menjaring nasabah muslim atas dasar keuntungan, sampai menjelekkan bank-bank lain..wah..
Termasuk juga soal jilbab, kalau niatnya untuk memberi informasi ke para wanita lain, "ini lho yang syariah", monggo, tapi kalau sampai menjelekkan, apalagi mengkafirkan sebagai dalih niat penglaris, ya salah.
Anda kira jembatan Shirotol Mustaqim akan lebih lebar kalau lontong/jilbab anda berlabel syariah? Plis deh..
Saya pun berlalu, tetap makan ayam goreng dengan rasa yang agak ganjel di leher..
Tapi..
Satu bulan kemudian, ndilalah saya ketemu dengan sang ustad sosmed di restoran pizza terkenal, kaget saya melihat beliau.
Yang dilihat cuma mesam-mesem..sambil elus perut dia berkata,
"Laper bos, hehehe.."
Alamakjang!
***
Tulisan dimuat di blog pribadi, disini