Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Indonesia 2016: Banyak Masalah, Banyak Kesempatan!

30 Desember 2015   13:24 Diperbarui: 30 Desember 2015   13:31 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita terlalu hapal dengan bait lagu Koes Plus "bukan lautan hanya kolam susu..tiada hujan tiada badai kau temui..". Nikmat betul kan. Lautan kita adalah lautan surga, kita tidak perlu membuat kapal canggih, kita cukup membuat perahu kecil untuk menjala ikan. Kita tak perlu berpikir teknologi untuk sekedar menanam benih padi, kopi dan teh. Tinggal cari daerah suhu yang pas, tancep benih, jadi deh.

Apalagi berpikir sistem keuangan ala Dinasti Rothschild, kejauhan. Ya sudah, terus maksud penulis apa? 

Secara tidak langsung pikiran kita dijebak dalam hegemoni, yang menurut Antonio Gramsci adalah hegemoni persuasi/tanpa paksaan atau diterjemahkan bebas oleh penulis sebagai hegemoni manja.

Kita terlalu sering mendengar istilah negeri kita kaya, sumber daya alam yang tidak akan habis sampai anak cucu.

Ya betul, tidak akan habis jika yang mengambil hanya bangsa kita sendiri. Kalau semua bangsa yang ambil bagaimana? Ya habis tidak sampai anak cucu. Saatnya kita berhadapan dengan bangsa lain.

Lintas generasi

1945 kita merdeka, 1965 peralihan orde. 20 tahun kita merdeka belum bisa dibilang ada kemajuan, generasi baby boomers Indonesia masih sibuk urusan agresi militer dan masalah internal.

1966-1998, 32 tahun menciptakan generasi X (Gen X) yang bermental birokrat dan priyayi, yang hobinya leyeh-leyeh. Parahnya ditambah dengan mental sogok dan korupsi. 

Indonesia yang selama 32 tahun itu membangun pondasi harus menghadapi kenyataan kopi pahit; semerbak di fisik, pahit di mental.

1980-2000 adalah masa generasi harapan, generasi Y (Gen Y). Generasi yang dinamis, cepat menyerap informasi dan terbuka. Tapi, Gen Y adalah sosok yang dilahirkan dari Gen X, dimana di negara kita, Gen X memiliki pengaruh wibawa yang luar biasa, setidaknya di prediksi hingga 2020 banyak perusahaan BUMN yang masih di pimpin oleh Gen X.

Bersyukurlah Singapura memiliki Lee Kwan Yew, seorang Gen X visioner yang alih-alih memikirkan dirinya, dirinya justru sibuk berpikir Singapura 50 tahun dari sekarang.

Jadi kalau Indonesia sibuk menghadapi MEA di tahun 2014, Singapura sudah sibuk 30 tahun lebih dulu, dan MEA bagi mereka bukan hanya ASEAN, tapi DUNIA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun