Bagi Anda pengguna gadget Blackberry, pastilah sudah tidak asing dengan salah satu fitur penyampaian pesan berantai yang menjadi headline dari tulisan saya. Yap, salah satu fitur yang menjadi keunggulan dari aplikasi chatting Blackberry Messenger ini telah "menjatuhkan" fungsi SMS sebagai media penyampaian pesan secara massal dengan biaya yang lebih murah serta akses yang lebih cepat sampai kepada individu yang dituju.
Saya pribadi yang sudah menjadi pengguna Blackberry dari tahun lalu hingga saat ini memandang fitur ini sebagai sesuatu yang positif bagi perkembangan teknologi penyampaian pesan, namun sekitar beberapa bulan ke belakang psikologis saya agak terganggu dengan adanya pesan berantai yang bernada provokatif bahkan mengancam. Tidak sedikit pesan yang bernada mengancam dikorelasikan dengan hal-hal yang berbau klenik dan mistis. Saya memilih untuk bersikap apatis dengan tidak meyakini bahwa "jika saya tidak meneruskan pesan ini maka akan ada wanita berambut panjang dan bersimbah darah yang akan tidur disamping saya tengah malam nanti". Dan memang terbukti ketika saya terjaga di waktu Subuh, kasur saya tidak ada bercak darah setitikpun.
Masih banyak pesan-pesan lain dengan nada mengancam yang tidak kalah bodohnya dibanding "tidur bersama sundel bolong" itu. Meskipun di awal tersirat pesan positif seperti mendoakan ibu, namun di tengah dan di akhir pesan emosi menjadi memuncak karena diakhiri dengan kalimat "forward pesan ini jika kamu tidak ingin menyesal nanti." Si pengirim pesan telah mentasbihkan diri sebagai Tuhan karena dia berani menambahkan embel-embel itu.
Lebih menyedihkan lagi adalah orang-orang atau kawan-kawan di contact list kita yang dengan sangat mudahnya terhipnotis dan terstimulasi untuk mengirimkan pesan berantai tersebut secara sadar. Ketika saya tanya apa motif mengirim pesan tersebut, maka jawaban yang didapat adalah "forward dari temen aja kok gw" ini belum lagi ditambah dengan statement "just for fun aja". Menurut saya, kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh beberapa kawan saya ini mengindikasikan bahwa mereka tidak peduli dengan isi pesan maupun opini orang terhadap diri mereka jika pesan diteruskan. Dengan kondisi demikian, maka bukanlah sesuatu yang mengherankan apabila fitur Broadcast Message menjadi cerminan betapa mudahnya masyarakat Indonesia terprovokasi oleh pernyataan yang tidak penting yang dibuat oleh manusia yang kurang kerjaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H