Mohon tunggu...
RYO FEBIFIRNAWAN
RYO FEBIFIRNAWAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ryo Febi Firnawan

Mahasiswa stkip pgri trenggalek program study bahasa dan sastra indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pentigraf "Penunggu Sanggar Bahasa"

17 Mei 2022   14:00 Diperbarui: 17 Mei 2022   14:05 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pentigraf ini adalah karangan yang dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Apresiasi Dan Kajian Prosa Fiksi yang diampu oleh Ibu Irma Arifah, M.Pd.

"Penunggu Sanggar Bahasa"

Oleh : Ryo Febi Firnawan

Dari pagi sampai malam berada di sanggar yang tidak cukup ramai. Ya memang hari libur, jadi tidak banyak berpenghuni. Entah kegiatan apa saja yang ia lakukan. Dani memang satu-satunya mahasiswa yang sangat sering berada di sanggar, bahkan tak mengenal waktu. Bagi Dani, sanggar merupakan rumah kedua baginya. “Fik...kamu baru datang ya...”, sapa si Dani yang sedari tadi sudah di sanggar. “Iya ini, karena masih ada urusan di rumah”, jawab Fikri. Mereka bekerja sama untuk mempersiapkan suatu agenda yang diadakan kampus. Memang bulan ini banyak kegiatan yang harus dipersiapkan, belum lagi tugas-tugas dari mata kuliah.

Menjelang sore hari, Fikri sudah berpamitan mau pulang. “Semangat ya bro...aku pulang dahulu karena mau kencan hehehe...”, kata Fikri. “Situ enak kencan, lah sini boro-boro kencan, yang ada malah kencan sama hantu. Hati-hati di jalan ya”, jawab Dani. Dani berada di sanggar sendirian dan sampai malam hari. Malam itu pun Dani baru makan, padahal ia hanya sarapan ketika berangkat pagi tadi. Karena Dani sudah terbiasa makan ketika jam sepuluh ke atas. Baru sempat, itulah kata-kata yang selalu didalihkan.

Ketika makan hampir selesai, ada seorang yang melintasi depan pintu sanggar. “Mahasiswa sekarang sudah jauh berbeda dengan mahasiswa dulu, dulu sanggar sangat ramai. Tetapi sekarang hanya segelintir mahasiswa yang mau mengunjungi sanggar bahasa ini”, perkataan seorang pria paruh baya. Seketika Dani terkejut, karena memang di kampus sudah sepi. Namun Dani tetap bersikap biasa saja, karena ia berpikir itu memang Dosen di kampusnya. Ya walaupun selama ini Dani belum pernah melihat wajah Dosen tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun