Mojokerto, 12 Juli 2024 --- Mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) sebagai peserta Belajar Bersama Komunitas (BBK) ke-4 berinisiatif untuk meningkatkan perekonomian Desa Sugeng dengan mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) setempat melalui inovasi branding. Kegiatan BBK 4 ini berlangsung selama 25 hari, dari tanggal 2 hingga 27 Juli 2024, dengan berbagai program kerja di beberapa bidang salah satunya bidang ekonomi dengan tema GEMA KARYA (Gerakan Ekonomi Mandiri dan Berkarya). Tujuan utama program kewirausahaan ini adalah untuk meningkatkan daya saing produk lokal Desa Sugeng di pasar yang lebih luas. Dalam Profil dan Potensi Desa 2023, Desa Sugeng memiliki 723 jiwa penduduk, yang juga dikategorikan sebagai salah satu desa dengan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Trawas. Karenanya, desa tersebut memiliki sedikit UMKM yang berpotensi, juga seringkali terkendala dalam hal pemasaran dan branding produk. Mahasiswa BBK 4 di Desa Sugeng melihat adanya peluang untuk membantu UMKM dengan memberikan pendampingan terkait strategi branding dalam meningkatkan nilai jual produk.
Program kewirausahaan yang dilakukan terdiri dari beberapa langkah branding. Pertama, melakukan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT) untuk memahami posisi UMKM Desa Sugeng. Kedua, mengenalkan pentingnya branding melalui pengembangan identitas merek yang kuat dengan membantu pembuatan desain logo, spanduk, dan stiker pada kemasan untuk UMKM agar lebih menarik dan sesuai dengan tren pasar saat ini. Ketiga, membantu dalam pemasaran digital berupa pendaftaran profil bisnis pada aplikasi Google Maps yang berisi detail produk, informasi kontak dan alamat, foto produk, serta membantu mengumpulkan minimal 100 rating dan review bagi setiap UMKM untuk memperluas jangkauan pasar online. Kegiatan ini mendapat respon positif dari para pelaku UMKM yang merasa sangat terbantu dengan ilmu dan bantuan yang diberikan.
Sasaran UMKM yang dipilih oleh tim mahasiswa BBK 4 UNAIR Desa Sugeng ini yaitu usaha pembuatan rempeyek khas Trawas yang dikelola oleh Bu Nur, dan Bu Latifa yang menjual berbagai makanan pedas seperti mie gaco, seblak, pangsit chili oil, dan makanan kekinian lainnya yang sulit ditemukan di wilayah pedesaan. Ibu Nur sudah 3 tahun menekuni usaha dalam pembuatan rempeyek khas Trawas ini dengan logo dan branding seadanya. Sementara produk dari Bu Latifa sendiri masih dijangkau oleh warga Desa Sugeng saja, karena keterbatasan waktu dan tenaga. Namun, setelah melakukan diskusi dengan mahasiswa BBK 4 UNAIR di Desa Sugeng, kedua UMKM ini kini memiliki logo baru, kemasan yang lebih menarik, dan strategi pemasaran digital yang lebih terarah. Para pelaku UMKM yang terlibat dalam program ini mengapresiasi dan merasakan manfaat langsung atas bantuan dan upaya yang dilakukan oleh mahasiswa BBK 4 UNAIR. Melalui kegiatan pendampingan yang telah diberikan, mereka optimis bahwa pembaruan branding ini akan menjadikan produk mereka untuk lebih mudah diterima dan menjangkau lebih banyak konsumen.
Program inovasi branding ini merupakan bagian dari komitmen UNAIR dalam mendukung pengembangan ekonomi lokal melalui pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kapasitas UMKM. Dengan alat dan kemampuan yang dimiliki seadanya, para tim Mahasiswa BBK 4 UNAIR di Desa Sugeng ini sadar akan pentingnya UMKM khas lokal yang dimana dapat menjadi sarana Economic Growth yang tidak lain yaitu dalam menjadikan desa supaya lebih maju, khususnya di bidang perekonomian lokal. Selain itu, adanya peningkatan kesadaran tentang pentingnya branding di kalangan pelaku UMKM setempat diharapkan dapat membawa perubahan jangka panjang dalam pengembangan ekonomi desa. Kedepannya, melalui strategi yang tepat, diharapkan UMKM yang ada di Desa Sugeng ini dapat berkembang lebih pesat dan mampu berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian lokal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H