Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas dapat dirumuskan beberapa hal. Pertama, panutan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi perilaku anggota masyarakat sehingga mereka bersedia mematuhi dan mengikuti saran atau nasehat pimpinannya. Kedua,dalam masyarakat Jawa yang paternalistik pola panutan masih berakar dalam kehidupan masyarakat sehingga berpengaruh dalam bidang politik khususnya dalam perilaku pemilih . Ketiga, besarnya pengaruh pola panutan terhadap perilaku pemilih tidak dapat dipisahkan dari rendahnya tingkat pemahaman masyarakat terhadap arti dan makna pemilihan umum.
2. Isu-isu Kontemporer
Menurut Longman Dictionary of Contemporary Englisah (1989: 651), isu yang berasal dari kata "issue" berarti suatu pokok permasalahan yang akan dibicarakan, diperdebatkan atau diputuskan. Dalam penelitian ini isu dimaksudkan suatu permasalahan yang muncul sebelum pemilu, dibicarakan dan diperdebatkan dalam masyarakat.
Dalam dunia politik khususnya  pada pemilu berbagai isu yang muncul dalam masyarakat dapat mempengaruhi persepsi dan sikap politik seseorang yang pada gilirannya akan menentukanperilaku politiknya. Oleh karena itu para ahli ilmu politik melihat adanya pengaruh isu-isu kontemporer yang muncul sebelum pemilu terhadap perilaku pemilih.
Adanya pengaruh isu terhadap perilaku memilih dapat dilihat dalam berbagai penelitian di negara-negara maju terutama di Amerika Serikat. Misalnya hasil penelitian Norman H. Nie, Sidney Verba dan John R.Petocit yang berjudul The Changing American Voter" yang mengemukakan bahwa pada tahun 1960-an masyarakat Amerika lebih berorientasi kepada isu dari pada identifikasi partai (Niemi & Weisberg, 1984). Penelitian mereka tentang pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 1964, 1968 dan tahun 1978 menunjukkan adanya konsistensi pengaruh isu terhadap perilaku memilih. Mereka menyimpulkan bahwa warga negara Amerika Serikat telah berfikir tentang isu secara konsisten (Huckshorn, 1984). Laporan penelitian Norman H.Nie dan kedua koleganya itu merupakan revisi terhadap hasil penelitian kelompok Michigan sebelumnya dalam "American Viters" yang menekankan besarnya peranan identifikasi partai terhadap perilaku pemilih (Niemi & Weisberg, 1984).
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh V.O.Key yang mengemukakan secara umum pemilih bertindak rasional dan bertanggungjawab. Pada pemilihan Presiden Amerika tahun 1972 faktor isumakin penting dan terlihat hubungan antara isu dengan keputusan memilih lebih kuat dari pada hubungan antara identifikasi partai dengan keputusan memilih. Isu-isu yang menonjol pada tahun 1972 ialah perang Vietnam, legalisasi marijuanadan demonstrasi kampus. Pemilihan Presiden Amerika tahun 1980 dianggap sebagai pemilihan yang sangat berorientasi kepada isu (issu oriented). Isu-isu yang menonjol pada waktu itu ialah inflasi, pengangguran, penampilan administrasi dan penyanderaan warga Amerika di Iran. Karena berbagai isu tersebut warga negara Amerika kehilangan kepercayaan terhadap Jimmy Carter dan memberi suara bagi kemenangan Ronald Reagan (Huckshorn, 1984). Jadi sejak tahun 1970-an adanya tendensi makin besar pengaruh issu terhadp perilaku pemilih di Amerika Serikat.
Dewasa ini ada berbagai pendapat tentang pentingnya isu dalam pemilihan umum. Pertama, pendapat Carmines dan Stimson yang membedakan isu atas dua kategori yaitu hard issuesdan easy issues. Hard issueshanya penting bagi pemilih yang memiliki level informasi yang tinggi, sedangkan easy issuesakan penting bagi pemilih yang memiliki level informasi yang rendah. Mereka itu juga berpendapat bahwa issue votingterjadi pada umumnya bila easy issuesterdapat dalam suatu pemilihan dan realignmentcenderung terjadi menyangkut easy issues(Carmines & Stimson dalam Niemi & Weisberg), 1984). Kedua,pendapat Fiorina yang membedakan issue voting atas dua kategori yaitu, prospective votingdan retrospective voting. Prospectivevoting ialah dimana warga negara memberi suara untuk kandidat atau partai yang membuat janji akan melaksanakan kebijakan yang menguntungkan pemilih (policy oriented) , sedangkan restrospective votingdimana pemilih memberikan suara berdasarkan performen atau penampilan partai dimasa lalu (result oriented). Menurut Fiorina adalah rasional bila pemilih tidak memberikan suara kepada partai yang tidak mempunyai penampilan yang bagus dalam pemerintahan (Fiorina, 1981).
Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan sebelumnya dapat dikemukakan beberapa hal. Pertama, faktor isu dapat mempengaruhi persepsi, sikap, dan perilaku politik seseorang atau pemilih bila isu-isu yang muncul dalam masyarakat mereka ketahui dan pahami. Karena itu faktor isu  bisa berpengaruh terhadap perilaku politik masyarakat pemilih bila mereka mempunyai akses informasi terhadap berbagai isu yang berkembang dalam masyarakat. Kedua, faktor isu dapat mempengaruhi persepsi , sikap dan perilaku masyarakat pemilih bila pnyebaran isu-isu itu bersifat intensif dan dapat menjangkau masyarakat secara luas. Sebaliknya bila penyebaran isu bersifat seketika dan jangkauannya terbatas pada golongan masyarakat tertentu maka pengaruhnya terhadap sikap dan  perilaku masyarakat pemilih tidak begitu kentara. Ketiga, pengaruh isu terhadap perilaku masyarakat pemilih juga berkaitan dengan kepedulian masyarakat terhadap berbagai isu yang muncul. Karena itu menentukan pilihan berdasarkan isu menuntut tingkat pengetahuan dan kesadaran politik yang memadai.
Referensi :Â
Asfar, Muhammad. 1996. "Beberapa Pendekatan dalam Memahami Perilaku Pemilih", dalam Jurnal Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia